Di dalam IGD, Dayana langsung di tangani oleh pihak rumah sakit. Dari pemerikasaan ttv, pemasangan infus, dan pemberian obat anti nyeri.
Dokter visite ke berangkar Dayana.
"Bagaimana keadaan teman saya, dok?" tanya Riska.
"Kemungkinan kaki adik ini terjadi fraktur ringan, untuk lebih jelasnya nanti akan dilakukan foto X-ray. Saat ini mau di lakukan pemasangan perban elastis agar mengurangi pergerakan" jelas sang dokter. "Baiklah saya pamit dulu"
Setelah kepergian dokter, datang seorang perawat untuk melakukan pemberian salep dan pemasangan perban elastis.
"Ris kamu sama Kak Anderu pulang aja nggak apa-apa. Mungkin sebentar lagi Bang Satria datang" ucap Dayana sambil menatap Riska dan Anderu.
"Nggak Day, gue mau nungguin loe nyampe Abang loe datang" ucap Riska.
Anderu tak merespon hanya berdiri di samping tempat tidur Dayana.
"Loe istirahat aja" perintah Riska. Dayana merebahkan tubuhnya membelakangi Riska. Dayana memejamkan mata seketika air matanya menetes, Ia segera mengusapnya.
"Dayana..." teriak seseorang.
Dayana menengok, ternyata Satria sudah sampai. Satria datang memeluk Dayana.
"Abang...." Dayana tak bisa lagi menahan air matanya. Ia mencurahkan nya di pelukan kakaknya, sampai menangis sesenggukan. Ia mencoba tegar, namun tak bisa menahan lagi setelah bertemu kakaknya.
"Udah nggak apa-apa. Lain kali kamu harus lebih hati-hati lagi" Satria menenangkan sambil mengusap kepala Dayana "Jangan menangis lagi, malu tuh ada temen kamu".
Dayana tersadar jika Riska dan Anderu masih disana, dia segera menyeka air matanya.
"Bang kenalin ini Riska temen sebangku Dayana, dan ini Kak Anderu kakak kelas Dayana" Dayana memperkenalkan ke Satria.
"Gue Satria, Abangnya Dayana." Satria mengulurkan tangannya.
Anderu dan Riska membalas jabatan tangan Satria.
"Makasih banget kalian udah mau nolongin Dayana. Gimana ceritanya, kok Dayana bisa keserempet motor?" tanya Satria.
"Jadi gini Bang..." Riska menceritakan kronologi kejadiannya.
Dayana mulai tenang, dia sudah berhenti menangis.
"Riska sama Kak Anderu udah bisa pulang, aku udah di temenin Bang Satria. Makasih banget udah nganterin aku kesini." Dayana merasa nggak enak.
"Kalo gitu gue pulang dulu ya, loe cepet sembuh oke?" pamit Riska.
"Iya Ris, makasih banget. Kamu hati-hati ya pulangnya"
"Kak Anderu, Bang Satria, duluan yah" pamit Riska lagi sembari berjalan keluar.
🌿🌿
(Anderu POV)
"Baiklah saya pamit dulu" pamit dokter setelah memeriksa kaki Dayana.
"Ris kamu sama Kak Anderu pulang aja nggak apa-apa. Mungkin sebentar lagi Bang Satria datang" ucapnya.
~Keras kepala juga nih cewek~
Aku tidak mengerti dengan cewek ini, sebenarnya dia kelihatan tidak bisa menahan sakit, tapi dia masih berusaha menahannya. Dia pandai berpura-pura. Mungkin dia merasa tidak nyaman mencurahkan apa yang dia rasakan kepada orang lain yang belum terlalu dekat dengannya. Dia penuh dengan rasa sungkan.
Setelah kakaknya datang dia mencurahkan segala perasaan yang di rasakan nya. Dia menangis sampai sesenggukan. Dia yang tadi berusaha tegar dan kuat akhirnya runtuh juga. Aku tidak menyangka dia bisa sedekat itu dengan kakaknya, dia merasa nyaman dengan kakaknya.
Kedua kalinya dia memintaku pulang, tak tahu kenapa tubuhku seperti terpaku, seolah tubuhku menolak untuk pergi. Sampai temannya pulang, aku masih berdiri mematung.
"Loe belum mau pulang?" tanya Satria kepadaku. "Tolong jagain Dayana sebentar, gue mau ngurus administrasi" sambungnya.
Tubuhku seakan tak mau menolak. Ku tarik kursi didekat bed, ku duduk disana. Ku tatap wajahnya, dia terlihat canggung. Suasana seketika hening, dia tak berani menatapku, sesekali dia mengalihkan pandangannya ke lain arah.
"Kak... Kenapa kakak masih disini? Kakak belum mau pulang?" tanya nya memecah keheningan.
"Kamu mau ngusir?" ucapku menohok.
"Bukan gitu... ini kan udah malem, lagian aku udah ada Bang Satria" terangnya.
"Aku juga heran, kenapa masih disini. Kakiku seolah nggak mau pergi" jelas ku.
Dia tak mengelak lagi. Ekspresi wajahnya menyiratkan antara bingung atau salah tingkah. Lalu dia tidur dengan membelakangi ku.
"Kamu pengen aku ngobrol sama punggung?" sindir ku. Dia langsung mengubah posisi tidurnya menjadi telentang.
"Terserah kakak, Dayana capek mau tidur" ucapnya pasrah sembari memejamkan matanya.
Ku tarik selimut yang di pakainya sampai ke bahu "Ya udah kamu istirahat aja" lirihku dan kembali duduk.
Dia membuka matanya lagi, mengernyitkan dahinya seolah tak menyangka dengan apa yang kulakukan.
"Abang kenapa lama banget?" ucapnya ketika tiba-tiba Satria datang.
Dia berusaha mengalihkan perhatian.
"Tadi Abang telfon Bunda, ngasih tau keadaan kamu."
"Trus Bunda gimana?"
"Bunda jelas khawatir, Bunda tadinya mau nyusul kesini, tapi udah Abang cegah. Kata dokter kamu boleh pulang malam ini, kalo hasil foto X-ray nya tidak fatal. Tapi ingat kamu harus istirahat total. Tadi Abang udah minta surat izin sakit sekalian, buat kamu izin nggak masuk sekolah"
"Makasih Abang" Dayana memeluk kakaknya.
Aku hanya diam, memerhatikan percakapan antara dua kakak beradik ini. Mereka terlihat sangat akrab dan saling respek satu sama lain.
"Permisi, Nn. Dayana mau dibawa ke Radiologi, mau dilakukan foto X-ray" datang seorang perawat yang hendak mengantar Dayana ke ruang radiologi.
Aku dan Satria juga ikut mengantarnya.
Perlu waktu sekitar satu jam untuk menunggu hasil foto X-ray nya, dan ternyata kaki Dayana mengalami fraktur ringan. Dayana sudah dibolehkan pulang malam ini juga.
"Makasih Bro, sudah mau repot-repot nemenin adik gue" ucap Satria setelah mengantar Dayana ke mobil "Gue duluan yah. Kapan-kapan main ke rumah" pamitnya.
"Iya Bang" jawabku singkat. Aku tidak tahu harus ngomong bagaimana lagi.
Mobil mereka sudah melaju meninggalkan rumah sakit. Aku segera ke parkiran untuk mengambil mobil.
~Kenapa sih gue hari ini??~
Add your library and comment-comment