Masih segar ingatan Sekar tentang Raras. Wanita yang dulu menjadi sahabat. Wanita yang selalu ada tiap kali Sekar susah, sedih, maupun bahagia. Potongan memori-memori menyebalkan mulai tersusun di otak, memutar kenangan masa lalu bak menonton filam jadul. Menimbulkan nostalgia yang sama sekali tak diharapkan.
"Sekar, dengar perkataanku. Aku tahu kamu sedih, kecewa, marah, tapi jangan biarkan perkataan orang yang meremehkanmu membuatmu patah semangat."
"Ingat ini. Balas dendam terbaik adalah dengan menunjukkan kesuksesanmu. Membuktikan perkataan mereka salah dan kamu benar."
Perkataan itulah yang memacunya untuk terus bergerak maju, tak peduli ada badai besar, banjir bandang, atau tsunami. Ia tak pernah mundur sekalipun orang lain melemparinya batu. Menyuruh berhenti. Melakukan segala cara untuk menghalangi Sekar menggapai mimpi.