Bandar Udara Internasional Pudong Shanghai.
Arrival gate airport.
Terlihat seorang pria berbadan tinggi, memakai setelan jas baru saja keluar dari gerbang kedatangan penerbangan Amsterdam-Shanghai. Dia tidak terlihat seperti orang yang ramah dan bisa diajak bicara oleh orang lain, auranya saja membuat orang bergidik ngeri apabila berpapasan ataupun tidak sengaja membuat kontak mata dengannya.
Dia sangat kesal saat ini hingga ingin menghajar semua orang yang dia lihat dan dia temui di bandara itu. Dia sangat kelelahan dalam menempuh perjalanannya yang berlangsung selama kurang lebih 14 jam, dan lebih parahnya lagi dia harus melakukan transit terlebih dahulu ke Amsterdam, Belanda sehingga dia harus menunggu 3 jam lebih lama untuk bisa sampai ke bandara ini. Yaitu, Bandar Udara Internasional Pudong Shanghai.
Pria itu adalah Benvolio Constanzo. Kedatangannya yang sangat tidak diinginkan oleh 'sarang monster' yang sedang ia buru, membuat dia mengalami beberapa masalah dalam perjalanannya dari Milan-Italia ke Shanghai-China. Helicopter pribadinya atau kendaraan yang dia tumpangi saat menuju ke Shanghai itu ditolak kehadirannya saat ingin memasuki Negara China, dan dia diharuskan kembali ke negara asalnya jika tidak memiliki surat Izin yang resmi untuk memasuki Negara China.
Tentu saja dia tidak punya surat itu. Bukannya tidak bisa bagi seorang pengusaha besar seperti dia memiliki surat izin resmi seperti itu. Hanya saja, dia tidak sempat untuk mengurusnya karena waktu yang dia punya untuk misinya ini tidaklah banyak. Lagipula, dia juga tidak harus mempunyai surat itu untuk dapat masuk ke wilayah China, dengan kata lain, dia memiliki hak khusus yang memungkinkannya dapat bebas keluar masuk ke negara manapun yang bekerjasama dengan perusahaannya itu. Tak terkecuali dengan Negara China, yang juga menjalin banyak kerjasama dengan perusahaannya.
Akan tetapi, karena kedatangannya yang awalnya rahasia ini diketahui oleh salah satu informan dari 'sarang monster' itu, dia pun tidak mempunyai pilihan lain selain memberitahukan perjalanannya ini secara terang-terangan dan menarik perhatian mereka dengan helicopter pribadinya. Karena menurutnya, para pengecut yang selalu bersembunyi dan mengakibatkan banyak kerugian bagi manusia dan alam hanyalah seonggok sampah dan kumpulan tikus yang harus dibasmi segera.
***
"Maledetto bastardo! (Brengksek!)" teriak Benvolio mengumpat dengan Bahasa Italianya.
Sambil berjalan keluar dari bandara tersebut dia terus saja mengumpat dan berbicara semua bahasa kasar dengan mulutnya itu.
"Pav, jemput aku sekarang juga!" ujar Benvolio di sebuah panggilan yang terhubung dengan Pavlo.
Setelah berbicara seperti itu, dia langsung menutup panggilannya tanpa mendengarkan jawaban dari Pavlo terlebih dahulu. Tentu saja Pavlo akan segera menjemputnya walaupun dia tidak mendengarkan jawaban dari Pavlo, lagipula dia juga tidak punya kesabaran yang banyak untuk mendengarkan jawaban 'ya' dari Pavlo.
Dia pun segera memasukkan handphone nya kedalam saku yang ada di jasnya. Dan tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita yang juga terlihat terburu-buru keluar dari bandara itu.
"I'm sorry, Sir," ujar wanita tersebut dengan nada yang sama sekali tidak ramah kepada Benvolio, padahal wanita itu lah yang sebenarnya menabrak Benvolio lebih dulu, dan membuat mereka jatuh sejenak hingga keduanya saling bertatapan satu sama lain dan saling berkontak mata.
Setelah mengucapkan kata maaf yang sangat tidak tulus itu, wanita tersebut langsung pergi dari hadapan Benvolio dengan terburu-buru tanpa mengucapkan apapun lagi.
Emosi Benvolio pun semakin memuncak setelah diperlakukan seperti itu oleh orang asing yang menabraknya tadi. Akan tetapi, seketika padam karena setelah dia melihat wajah wanita yang menabraknya itu, dia merasa familiar dengan wajahnya, dan seperti pernah melihat wanita itu.
***
Di perjalanan menuju Mint.
"Ada apa denganmu Ben? Dari tadi kau hanya diam saja, aku merasa curiga kau bukan Benvolio yang kukenal." Pavlo membuka pembicaraan di dalam mobil yang ditumpangi olehnya dan Benvolio mencairkan suasana yang sangat sepi itu.
Benvolio pun langsung menoleh kearah Pavlo dengan tatapan yang sangat terganggu karena perkataannya barusan dan berkata kepadanya, "Bukan urusanmu!"
Pavlo pun terkekeh mendengar jawaban dari Benvolio yang acuh tak acuh itu.
"Ya, baiklah aku mengaku salah. Aku tahu kamu harus melakukan perjalanan menyebalkan yang lebih panjang dari yang tertulis di jadwal karena aku meninggalkan jejak di surelku. Dan sialnya masih bisa terlacak oleh para musuh," ujar Pavlo meminta maaf dan tidak membenarkan apapun alasan untuk kesalahan yang dia buat kali ini.
"Baguslah jika kau sadar lebih awal sebelum menerima hukumanmu. Lalu bagaimana perkembangan situasi disini? Apakah tugas yang aku berikan untukmu di Shanghai selama aku belum tiba disini dapat kau jalankan Pav? Atau kau juga gagal melindunginya?" jawab Benvolio dengan santai tetapi tetap tegas dalam setiap kalimat dan pertanyaan yang dia lontarkan kepada Pavlo, dan meminta jawaban darinya.
Pavlo pun tersenyum dan menjawab, "Tenang saja, orang itu sudah kuamankan, dan sekarang kita menuju ke tempat orang yang kau maksud itu."
Namun dia juga melanjutkan perkataannya, "Tapi Ben, ada sedikit masalah..."
Benvolio pun berdecak kesal setelah Pavlo menjawab dengan demikian. Dia sudah cukup lelah dengan perjalanannya dan tentu saja dia tidak mengaharapkan adanya masalah lagi di misinya ini.
"Masalah apa lagi yang kau maksud itu Pavlo?! Bukankah sudah kuperingatkan kau, bahwa tidak boleh ada lagi kesalahan dalam misi ini?! Apa kau tidak mendengarkan perintahku sekarang?!" kata Benvolio dengan emosi kepada Pavlo.
Dia melanjutkan, "Mengapa kinerjamu merosot seperti ini Pavlo?! Ingat, aku tidak membayarmu untuk terus melakukan kesalahan. Dan kamu juga tahu, aku tidak memiliki cukup kesabaran untuk selalu mentoleransi kesalahanmu itu!"
Pavlo pun menghela napasnya setelah habis-habisan dimarahi dan mendapatkan peringatan dari Benvolio.
"Maafkan aku Tuan. Masalah yang ku maksud adalah, rekan dekat dari orang yang kita jaga ini berada di lokasi peledakan itu. Wanita itu pun ingin kita menemukannya. Jika tidak, dia yang akan pergi sendiri mencari rekannya, yang mungkin saja sudah tiada karena terkena ledakan di tempat itu, Tuan," ucap Pavlo dengan nada yang sedikit bergetar dan memanggil Benvolio dengan sebutan tuan.
Dia lalu melanjutkan perkataannya, "Bukankah bahaya baginya, jika dia datang langsung ke TKP untuk menemukan rekannya itu? Karena kita juga belum mengetahui kapan 'mereka' akan melancarkan serangan terorisnya lagi di tempat tersebut untuk mengalihkan para media dan warga sekitar demi menghalangi kita menemukan mereka."
Benvolio semakin frustasi mendengarkan pernyataan Pavlo tersebut. Rencana yang dia susun sudah banyak keluar dari jalur prediksinya. Dia pun harus memutar otak lagi untuk menyusun rencana barunya.
"Jika kita tetap tidak memiliki peluang untuk menangkap mereka, maka kita harus menciptakan peluang untuk kita sendiri." Ujar Benvolio, yang mulai memikirkan rencana barunya untuk menangkap 'sarang monster' itu.
"Temukan segera rekan dari wanita itu, dan urus sisanya," ucapnya lagi dengan singkat, jelas, dan padat kepada Pavlo.
"Dan ingat! Jangan sampai meninggalkan jejak apapun yang dapat melacak rencana kita!" Benvolio kembali mengingatkan Pavlo agar dia tidak lalai lagi dalam tugasnya dan tidak meninggalkan jejak ataupun sesuatu yang dapat merusak rencananya.
"Baik Tuan, mengerti."
***
CNY Company, Shanghai, China.
Markas utama CNY Company.
Mataya telah tiba di perusahaan penerbangannya di Shanghai. Lebih tepatnya di markas utama perusahaan penerbangannya itu, yaitu tempat dengan fasilitas yang sangat lengkap dan penjagaan yang sangat ketat yang dia didirikan. Vla dan para staff yang ada disana segera menyambut kedatangan Mataya dengan menunduk penuh hormat, dan mempersilakannya masuk.
Saat di Surabaya, Mataya memerintahkan Vla untuk naik pesawat yang berbeda dengan Mataya agar dia sampai lebih dahulu disana dan membantu Ahmed mencari Biserka. Karena di kejaksaannya seperti yang kita ketahui juga, sedang ada masalah dan Mataya pun harus mengurusnya terlebih dahulu.
"Selamat datang kembali Nona," sambut Vla dan para staff lainnya.
Mataya tidak menggubris sambutan tersebut dan langsung bertanya keadaan Biserka, "Dimana adikku? Apa dia baik-baik saja? Dimana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya."
Suasana pun menjadi hening seketika. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Mataya. Tidak, lebih tepatnya tidak ada yang berani menyampaikan jawaban dari pertanyaannya itu.
Mataya menghela napasnya dan emosinya mulai meluap, "Ku tanya sekali lagi pada kalian semua. Dimana adikku? Apa dia baik-baik saja?!"
Sekali lagi pertanyaan Mataya lontarkan. Namun, sama sekali tidak mendapatkan jawaban ataupun respon dari Vla maupun para staffnya.
"Hei! Apa kalian semua tuli?!" teriak Mataya, kini emosinya sungguh meluap.
"Mataya!" teriak seseorang dari kejauhan memanggil Mataya.
Di tengah suasana yang menegangkan ini dan dipenuhi dengan emosi Mataya yang sudah meluap, Ahmed datang dan memanggil Mataya.
Mataya pun segera menghampiri Ahmed dan mengajaknya mengobrol di ruangan pribadinya.
***
"Ahmed, terimakasih banyak sudah menghubungiku dan membantuku mencari Biserka. Tapi Ahmed, dimana Biserka? Aku sama sekali belum melihatnya sejak tiba di markas ini. Apakah kamu sudah menemukannya?" Mataya menanyakan banyak hal kepada Ahmed mengenai Biserka. Dia sangat mengkhawatirkannya. Mataya sangat takut telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap saudari kembarnya itu.
Ahmed pun menghela napasnya. Dia sangat tahu betapa sayangnya Mataya kepada Biserka. Dia memberanikan diri untuk menatap mata Mataya dan berkata, "Maafkan aku Mataya, aku sudah berhasil menemukan adikmu dan membawanya ke markas ini. Tetapi…."
"Tetapi apa Ahmed?" tanya Mataya tak sabar menunggu jawaban dari Ahmed.
"Biserka---"
-bersambung-
***
*Note*
Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja. Tidak terasa sudah hari sabtu lagi, dan hari ini jadwalnya Benvolio update.
Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^
Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 5 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^
Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^
Salam hangat
Chasalla
#Jadwal update: Sabtu & Minggu.
"Jika kita tetap tidak memiliki peluang itu, maka ciptakanlah peluang untuk kita sendiri" - Benvolio Costanzo