Di sebuah kota di Indonesia, seseorang menonton acara resepsi pernikahan itu dengan mulut tertutup rapat, dan tangan mengepal.
Sementara itu di belahan benua lain, nyonya Esther Melody menonton acara itu dengan perasaan campur aduk. Perasaan malu, marah, benci dan penasaran bercampur jadi satu.
Kebenciannya kepada jenderal Yakub Mikail dan keluarga Salman naik ke ubun-ubun.
"Harusnya...aku yang berada di situ!"
Nyonya Esther Melody menyesali waktu.
Nyonya Esther Melody pernah berada di wilayah keluarga itu.
Keinginannya menjadi seorang wanita terhormat di sebuah keluarga kaya raya dan berkuasa lepas dari tangannya.
Nyonya Esther Melody menyesali dirinya bercerai dari jenderal Yakub Mikail.
Setidaknya dia bisa menikmati nama baik sebagai seorang nyonya besar keluarga terhormat, daripada sekarang jadi simpanan jaksa Ronald.
Ponsel nyonya Esther Melody berdering,
nomor telepon yang tak di kenal.
Nyonya Esther Melody,
"Halo!" suara yang dikenalnya. "Panjang umur!"_