Nyonya Esther Melody tersenyum sendiri.
Setidaknya sekarang ini dia tidak perlu mengotori tangannya.
"Tina...Tina... Ternyata kamu pemburu yang cerdik. Kamu lebih cepat menemukan Mathilda daripada Iskandar.
Nyonya Esther Melody tertawa terbahak-bahak.
Dia punya mainan kecil.
Nyonya Esther Melody menatap foto-foto Mathilda dengan hati sakit. Mathilda, asistennya itu telah melukainya begitu dalam.
Dia tidak mengira jenderal Yakub Mikail sembarangan membuang hajat.
"Yakub Mikail... ternyata bukan aku yang menghancurkan kamu. Kamu hancur karena hawa nafsumu sendiri!" nyonya Esther geram.
"Mengapa hidupku jadi kacau begini?"
Nyonya Esther Melody menyesali diriya. Tapi hanya sebentar.
pernikahannya dengan jenderal Yakub Mikail hancur berantakan. Tapi mereka belum bercerai. Tidak mudah menikah dan bercerai dengan seorang petinggi militer.
Nyonya Esther Melody masih menerima tunjangan dari gaji jenderal Yakub Mikail.