Lapas Khusus Wanita kelas 2 A kota Komam.
Sebuah bangunan peninggalan penjajahan Belanda berukuran 4100 meter menjadi rumah 600-an orang wanita dan 10 orang bayi.
Idealnya bangunan itu di huni oleh 165 warga binaan Over kapasitas 300 persen.
Ibaratnya, bangunan itu adalah isi warga sebuah kecamatan yang dijadikan tempat tinggal para wanita yang bermasalah dengan hukum.
Nindy, wanita bertubuh gemuk dia hampir tidak kelihatan menarik dengan wajahnya yang kusam dan berjerawat. Ketika batu masuk ke Lapas ini dia ditempatkan di blok V, blok khusus tahanan dan penghuni baru. Satu Minggu kemudian, dia pindahkan ke blok IV,
yakni blok bagi mereka yang memiliki kasus, seperti bukan pencurian, penggelapan, trafficking, dan lain sebagainya. lama masa hukuman napi di blok ini bermacam-macam, ada yang di bawah satu tahun dan ada yang di atas satu tahun.
Satu bulan setelah putusannya di tetapkan oleh pengadilan menetapkan dia bersalah atas kepemilikan narkoba dan mendapatkan hukuman pidana penjara selama empat tahun.
Tidak ada yang bisa diharapkan Nindy diluar sana, suami tercintanya berjanji akan mencarikan pengacara terbaik untuknya.
Frans suaminya datang menjenguknya hampir setiap hari, memberi dukungan moril.
"Ibumu sakit dan aku harus merawatnya di rumah sakit, dua harus segera di operasi...aku...aku bingung... gaji-ku tidak cukup untuk menyewa pengacara untukmu...dan ibumu...!" Kata Frans dengan suara terbata dan kepala tertunduk tak mampu melihat wajah istrinya.
"Kak Frans tolong selamatkan ibuku...kakak tidak usah memikirkan aku...aku tidak apa-apa di sini...aku...!" Nindy tak kuasa menahan air mata. Menangis tanpa suara. Pasrah dengan nasib buruknya, vonis empat tahun penjara harus dia terima dengan ikhlas sekalipun dia tidak tahu bagaimana narkoba itu bisa berada di mobilnya. Dia telah di jebak. Tetapi siapa yang menjebaknya? Tidak ada.
Frans menegang tangan istrinya, matanya menunjukkan ketidakberdayaan.
"Aku minta persetujuan-mu ibu harus segera operasi...!"
"Apa yang harus aku lakukan...?"
Nindy menghapus air matanya dengan lengan bajunya.
"Kamu harus menandatangani surat persetujuan operasi!"
"Mana suratnya?" Nindy kehilangan akalnya, tak mampu lagi berfikir. Nyawa ibunya lebih penting daripada dirinya.
Frans mengeluarkan berkas dari tas kulit miliknya.
"Aku tidak bawa kaca mata!" Nindy kebingungan, tanpa kacamata minus miliknya dia tak bisa membaca.
"Tanda tangan di sini...di sini...di sini...!" Frans mengarahkan tangan Nindy. Sama sekali tidak tahu apa yang telah ditandatangani. Di berkas pertama memang ada lambang rumah sakit. Nindy tahu, itu adalah lambang rumah sakit mahal di kotanya.
Setelah di menjalani hukuman, Frans
datang sepuluh hari kemudian
"Aku minta maaf...baru bisa menengok mu sekarang. Aku dipindah tugaskan ke luar kota!" Kata Frans.
"Ibu...bagaimana ibuku...?" Nindy seperti kehilangan separuh jlwanya. Di dunia ini hanya Frans dan ibunya yang paling dekat dan paling dicintainya. Ayahnya sudah lama meninggal. Nindy menikah dengan Frans, karyawan ayahnya. Perusahaan ayahnya bangkrut sebelum ayah Nindy jatuh sakit.
Ayah Nindy meninggalkan sebuah rumah besar, dan sebuah villa atas nama ibunya di luar kota, selain itu ayahnya meninggalkan 10 hektar tanah dan dua buah mobil.
Nindy memiliki seorang paman Ridwan, adik ibunya. Dia tinggal di desa setelah menikah. Jarak desa ke kota sangat jauh, apalagi desa Repanga merupakan desa tertinggal dan terisolir.
"Ibu di jaga perawat...dia sudah bisa makan dan bangun dari tempat tidur, tetapi ingatannya terganggu...dia tidak bisa mengingat kita!"
"Astagfirullah...!" Nindy menangis. Setelah agak tenang, Frans memberikan sesuatu.
"Ini ATM untukmu, dan ini uang untuk jaga-jaga. Aku juga menitip uang untukmu dengan penjaga kamu bisa mengambilnya tiap bulan untuk semua keperluan-mu!"
"Banyak sekali kak?" Nindy terkejut melihat uang dalam amplop coklat sebanyak 20 juta rupiah.
"Itu untuk 3 bulan...aku akan datang ketika ada libur panjang setiap 3 bulan...!" Frans berkata dengan wajah tertunduk. Mungkin dia juga menderita seperti Nindy.
Frans memang tidak datang lagi setelah itu. Frans tidak pernah juga menelponnya. Nindy tidak tahu kabar beritanya. Frans menghilang.
Bulan berikutnya, Nindy di pindahkan ke blok III. Blok ini khusus untuk hukuman satu tahun ke atas, dengan kasus narkoba.
Sebagian besar penghuni Lapas Perempuan Kelas II B ini tersandung kasus narkotika. Sehingga pada blok ini tidak cukup untuk menampung WBP¹ narkotika saja. Ada sebagian WBP yang ditempatkan di blok II.
Blok Khusus WBP Kasus Narkotika
6 bulan berikutnya, Nindi dipindahkan lagi ke blok satu, yakni blok khusus untuk anak dan ibu menyusui.
Blok ini juga dihuni oleh semua WBP yang memiliki anak atau sedang menyusui, serta rehabilitasi.
Nindy di pindahkan di blok ini setelah dia di ketahui hamil.
"Ya Tuhan...aku harus bagaimana...?" Nindy tertegun.
"Kamu jangan khawatir, kita akan mengasuhnya bersama-sama!" Kata Soraya. Teman dekat Nindy setelah menjadi penghuni tetap di Lapas ini.
***
Rumah sakit penjara kota Komam.
Nindy bahagia menunggu kelahiran bayinya. Uang yang diberikan Frans cukup untuk biaya melahirkan.
Selama di penjara dia hanya memiliki dua orang sahabat, dia adalah Soraya dan Ratna.
Ratna sebenarnya putri keluarga kaya raya dan terhormat. Dia terjebak ke dunia narkoba karena frustasi setelah mengetahui kekasihnya Berselingkuh dengan seorang wanita, putri jenderal berkuasa.
Sementara Soraya masuk penjara karena di tuduh menjadi pengedar narkoba. Soraya di hukum seumur hidup, sebelumnya dia sempat di vonis hukuman mati.
Agaknya Tuhan masih sayang kepadaku, aku diberi kesempatan hidup lebih panjang dan bertobat, tetapi aku bersumpah akan menghukum mereka yang telah memfitnahku... tetapi siapa yang percaya kalau aku tidak bersalah. Aku di jebak__!" kata Soraya dengan putus asa tapi tanpa air mata. Air matanya sudah kering.
"Aku percaya!" Kata Nindy sambil mengusap perutnya yang sakit. Bayinya sudah tidak sabar ingin keluar dari perutnya.
"Terima kasih...kamu termasuk orang ke sepuluh yang percaya kalau aku tidak bersalah!" Soraya tersenyum tipis. Walaupun ada yang percaya kalau dia tidak bersalah, hal itu tidak bisa membawanya keluar dari Lapas ini.
Tetapi hari ini, dia bahagia, setelah sekian tahun... akhirnya dia bisa menginjakkan kaki keluar penjara karena mendampingi Nindy yang akan melahirkan.
Sekalipun hanya di rumah sakit penjara, dia seperti mendapatkan anugrah bisa menghirup nafas udara luar. Jalan-jalan ke kota dengan mobil khusus tahanan.
Jarak lapas wanita ke rumah sakit ada 5 kilometer. Perjalanan paling jauh selama 5 tahun ini bagi Soraya.
"Apa kamu sudah tahu...kalau Ratna akhirnya dibebaskan?" tanya Nindy dengan raut wajah yang bahagia.
"Iya...aku sudah dengar! Orang tuanya sangat kaya. Mereka tidak ingin putrinya menghuni "rumah besar" terlalu lama.
Mereka menyebut Lapas dengan "Rumah Besar!.
Nindy tersenyum. Mereka tidak bisa iri dengan Ratna.
Ratna baru 2 bulan masuk ke lapas, awalnya dia juga di tempatkan di blok V, satu Minggu kemudian dia ditempatkan di blok I. Blok ini tempatnya lebih lebih baik dari blok lainnya. Seharusnya Ratna ditempatkan di Blok II blok diperuntukkan kasus narkoba dengan masa hukuman satu tahun.
Sedangkan Soraya di tempatkan di blok ini karena tugasksn sebagai perawat. Dulunya Soraya pernah kuliah di akademi perawat. Sayangnya dia tidak sempat menyedekahkan kuliahnya karena menikah.
***
Ratna tiba di rumah sakit dengan bebas, baju mahal, bukan baju khusus tahanan .
"Aku dibebaskan! Free! Merdeka!" Ratna melebarkan kedua tangannya, tertawa sambil berlari ringan menemui kedua sahabatnya. Ratna memeluk keduanya dengan suka cita.
Hari ini Ratna tampil sangat cantik dengan busana yang tentu saja yang bermerek kelas desainer internasional.
Tiga jam kemudian,~
Nindy melahirkan bayi perempuan yang cantik.
"Dia mirip denganmu cantik dan montok!" Kata Ratna sambil tertawa. Soraya mengakak. Ratna mem-bully Nindya, yang di bully tidak tersinggung. Sekian bulan di penjara mereka menjadi teman akrab dan saling membutuhkan.
Nindy memang cantik, tetapi tubuhnya teramat subur. Anehnya selama dia hamil, jerawat nya menghilang, yang tersisa hanya pipinya yang chubby dan menggemaskan.
"Jangan salah ya...tunggu bayiku besar...aku pasti lebih langsing darimu!" Bakas Nindy. Mereka tertawa lagi. Sulit dibayangkan kalau Nindy berubah jadi langsing, dia pasti lebih cantik daripada kedua sahabatnya itu.
Ketika mereka sedang bersenda gurau datang petugas dari Lapas membawa surat untuk Nindy.Soraya yang menerima.
"Surat dari siapa?"
Soraya diam tak mampu menjawab.
Surat itu dari pengadilan agama.
Frans menceraikan Nindy!
___
¹ WBP : Warga binaan Pemasyarakatan.