Unduh Aplikasi
71.42% Unknown Empire / Chapter 5: Masih Kurang

Bab 5: Masih Kurang

Kami tidur dikamar menggunakan ranjang susun. Raga berada diranjang susun bagian bawah sementara aku bagian atas.

Aku selalu bangun lebih dulu dari Raga.

Setelah membenahi Selimut, Bantal, dan Kasur, aku segera turun dan membangunkan Raga.

Menurut Ayahanda dan Bunda, Raga selalu bisa bangun dengan mudah jika aku yang membangunkannya, entahlah tapi mungkin memang mereka tidak tahu bagaimana cara membangunkannya, atau tak pernah benar-benar berusaha keras untuk membangunkannya.

Aku lanjut berjalan ke kamar mandi yang masih berada didalam ruang kamar kami.

Raga terduduk, menyempurnakan kesadarannya setelah kubangunkan. Secara alami biasanya seseorang yang dibangunkan saat tidur membutuhkan waktu lebih lama bagi kesadaran dalam otaknya untuk beradaptasi dengan kondisi fisik dibandingkan mereka yang bangun dengan kesadarannya sendiri.

Setelah mengambil handuk, aku melangkah masuk ke kamar mandi dan segera menutup pintu.

Pintunya terasa berat, seperti ada yang menahannya agar tidak tertutup rapat.

"Raga?"

Aku memastikan barangkali ia menahan pintunya karena kebelet buang air atau apa.

"Ya..."

Ia menyahutiku dengan suara lemas.

"Kenapa, Ga?"

Aku membuka pintu untuk melihatnya, wajahnya masih kusut, tapi ditangannya sudah siap selembar handuk.

Ia tiba-tiba masuk dan mengunci kamar mandinya dari dalam.

"Kita mandi bareng..."

Tanganku menepuk dahi : "Jadi mandinya bareng itu masa satu ruangan? Kan ada Kamar mandi tamu, Ga..."

Tanpa menggubris ucapanku pakaiannya sudah bersih dari tubuhnya yang berwarna sawo mentah, kuning langsat sedikit gelap.

Dalam sekelebat mata aku bisa melihat bulu halus dibawah pusar hingga pangkal penisnya yang agak pendek dan gemuk.

Pandanganku kualihkan, aku memutar tuas Shower air hangat, sementara Raga sudah telentang di 'Bathtube', Air hangat perlahan membanjiri tubuhnya.

Wajahnya masih kusut, matanya masih terpejam seolah ada beban berat yang menggantung di kelopak matanya.

Sesekali aku melihat penisku yang jauh lebih panjang darinya, dengan kepala penis yang tak sebesar milik Raga, dengan bulu disekeliling pangkalnya yang jauh lebih lebat dibanding milik raga.

Kaki kanan kujulurkan untuk merasakan tingkat kehangatan air yang memancar dari Shower.

Cukup. Tak terlalu panas.

Mulai dengkul, betis, paha kujulurkan kearah pancaran air hangat yang memancar dari Shower.

Aku berbalik dan membiarkanair hangat lebih dulu membilas bagian belakang tubuh hingga setinggi pinggang sebelum aku membilas bagian pangkal paha dan sekitar Penis untuk membiasakan suhu air disekitar pangkal paha agar tak terlalu mengejutkan dan terasa panas.

"Ga, Jangan sampai ketiduran lagi."

Aku menoleh kearah Raga yang tersentak kaget karena suaraku barusan : "Hmmm...."

Ia mengiyakan ucapanku dengan dehem bernada rendah itu.

Kulihat ia menanggapi ucapanku dengan memijat tubuhnya mulai ujung jari kaki.

Yah, yang penting ia sudah bergerak.

Kugapai Sabun Cair dan Sponge, kubalurkan cairan wangi itu ke Sponge dan menekannya beberapa kali hingga busa tebal terbentuk.

Dibelakang, di Bathtube Raga menggapai Sabun batangan dan mulai menenggelamkan punggungnya kedalam air dalam Bathtube itu hingga ia bisa mengangkat kakinya keluar dari permukaan air dan membersihkannya dengan sabun batangan itu.

Sudah nyaris selesai mengusap seluruh tubuh bagian bawah hingga pinggang dengan busa sabun cair, tinggal selangkangan, pangkal paha, dan sekitar kemaluan.

Pada bagian ini aku bisa menghabiskan waktu hingga 5 sampai 10 menit hanya untuk membersihkannya. Fokus, dan tak ingin terlewat sedikitpun.

Awalnya aku membilas pangkal hingga kepala Penis dengan pancuran air hangat, mengusap dan menarik penisku dari pangkal hingga nyaris kekepala Penis beberapa kali sampai aliran darah mengalir dibagian itu hingga membuatnya terlihat merah.

Aku menoleh kebelakang, memastikan Raga tak terlalu penasaran dengan apa yang kulakukan hingga berpikir yang aneh-aneh.

Yah, aku terkejut ternyata ia melakukan hal yang sama. Aku tak pernah berbagi kebiasaan ini, tapi mungkin tak sedikit yang melakukannya.

Setelah nyaris 10 menit atau beberapa puluh kali tarikan, kubilas seluruh permukaan Penis dengan air hangat, lalu kuusap dengan busa sabun cair. Kuulangi tarikan tadi beberapa kali hanya untuk memastikan seluruh bagian Penis bersih, semua kotoran dan bekas keringat tak menempel sedikitpun.

Sebetulnya bagian tubuh yang paling menyita banyak waktu ketika membersihkannya saat mandi adalah Penis, Bokong, Ketiak, Leher, dan Mulut.

Kami bisa menghabiskan waktu nyaris 45 menit hanya untuk mandi dan membersihkan diri.

Biasanya kami mandi dalam waktu yang bersamaan, di kamar mandi berbeda. Dengan waktu mulai dan selesai yang sama, sesekali beda tipis.

"Ternyata kamu juga sering bersihin Kontol ya Er..."

Raga menyapaku dengan suara yang nyaris normal, wajah kusutnya mulai terlihat segar.

"Bahasamu, Ga."

Aku menegur caranya mengucapkan kelamin Pria dengan bahasa yang terlalu vulgar.

"Kenapa, disini, di kota kita ini, pengucapan kelamin Pria dengan sebutan Kontol lebih 'normal', dibandingkan sebutan lain 'kan..."

Disinilah letak kekuatan Raga.

Biasanya diluar rumah, Raga terlihat sangat membela, mendukung, dan melindungiku.

Tapi ketika didalam rumah, ia menjadi sosok Rival yang sangat menyebalkan.

Ia tak ragu, sungkan, dan mengalah sedikitpun dariku. Seolah ia ingin menunjukkan bahwa 'Tak ada Kesempatan' bagiku untuk mengalahkannya, walaupun dirumah.

"Sebutan yang 'normal' bagi warga Surabaya yang pergaulannya 'normal' juga, Ga.

Kita ini beda, 'Taman Ilmu' membuat kita harus sadar bahwa kita ini 'Berbeda'."

Raga menggapai Sikat Gigi miliknya, Pasta Gigi setelah itu : "Ini 'kan dirumah, penerapannya beda."

Aku mengambil sikat dan pasta gigiku, berjalan ke cermin, dan Raga tiba-tiba sudah menabrak tubuhku dengan tubuhnya.

Tubuh kami yang telanjang bulat terlihat didepan cermin, sayangnya cermin itu kurang lebar sedikit agar cukup digunakan kami berdua sekaligus.

"Gantian, Ga."

Aku mendorong tubuhnya dengan tangan kiri.

"Ya, gantian, kamu yang minggir."

Ia menabrakkan tubuhnya yang berat hingga badanku mundur dua langkah.

"Ck... Yaudah sana buruan."

Aku mengoleskan Pasta ke Sikat gigi.

"Aku bakal lama, 15... nggak, 20 menit."

Raga juga mengoleskan Pasta ke Sikat giginya.

"Aku sudah selesai mengoleskan Pasta gigi lebih dulu, dan kamu telat karena terlalu banyak omong."

Aku membalasnya dan segera menggosok gigiku dengan sikat."

Raga mengikutiku dengan menggosok giginya setelahku.

Bagian luar gigi seri, taring, geraham atas.

Pindah ke rangkaian gigi bagian bawah.

Bagian gigi dalam, gusi, celah gigi, rongga mulut, lidah, puncak tenggorokan.

Sudah nyaris semua.

Raga meludahkan busa pasta di mulutnya ke wastafel didekat cermin dihadapannya.

Aku menunggunya hingga selesai.

"Aku selesai duluan, kamu belum selesai karena pasti belum bersih benar karena nggak bercermin."

Raga mencemooh seperti anak kecil berusia 5 tahun yang menyebalkan.

Aku mengacuhkannya dan berjalan kearah cermin, mempertunjukkan gigiku yang putih, bersih, cemerlang didepan cermin : "Karena sudah terbiasa, jadi tanpa cerminpun sudah bersih..."

Aku membalasnya dengan percaya diri.

Ia menyapukan Handuk dan mengeringkan bekas air diseluruh tubuhnya.

"Ctak!!!"

"Ugh!!!"

Ia bergegas lari keluar dari Kamar Mandi setelah menjentikkan jarinya dengan kuat hingga menimbulkan kejutan perih diujung kepala penisku setelah mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"Hahahahaha!"

Ia tertawa melihatku meringis menahan perih : "Dasar bocah...."

Aku bergumam dengan tegas hingga yakin ia mendengar suaraku dengan jelas.

Kuusap seluruh tubuhku hingga mengering dan segera keluar dari kamar mandi dengan handuk yang kubalut disekitar pinggang menutupi pusar hingga paha.

Raga sudah berganti pakaian bersih berwarna putih dan kembali ke kamar mandi, aku yakin ia sedang 'Mensucikan' diri.

Kuambil dan kukenakan pakaian berwarna cerah, satu set.

Lalu menyusul ke kamar mandi untuk 'Bersuci', persis berpapasan dengan Raga yang sudah keluar dari sana.

"Dari kecepatan kita saja, aku yakin kamu 'Masih Kurang' berusaha dan bersungguh-sungguh, Er."

Raga meledekku seraya mengambil beberapa buku dan kitab suci.

"Itu karena aku mengalah. Dan kamu nggak mau kalah."

Aku menjawabnya dan berlalu kekamar mandi untuk bersuci.

"Kamu terlalu banyak mengalah, itulah yang membuat 'Mereka' meragukan dan 'Meremehkan'mu..."

Balasan Raga barusan membuatku terdiam sejenak sebelum memulai bersuci.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk