Unduh Aplikasi
0.32% MY JERK PRINCE / Chapter 1: Rhysand Grissham
MY JERK PRINCE MY JERK PRINCE original

MY JERK PRINCE

Penulis: Dark_Prince1

© WebNovel

Bab 1: Rhysand Grissham

"BUKA PAKAIANNYA."

Itu kalimat yang pertama kali dilontarkan oleh Rhysand ketika seorang gadis masuk ke dalam ruangannya.

Pada siang hari yang terang benderang, Rhysand Grissham mengadakan pemilihan maid entah sudah yang keberapa kalinya pada tahun ini.

Rhysand Grissham adalah seorang pangeran dari Kerajaan Atalaric. Meskipun berposisi sebagai pangeran, ia telah memiliki sebuah istana yang tinggi menjulang dengan penduduk mayoritas rakyat jelata.

Mademoiselle Edeva, salah satu kepala pelayan wanita, mengangguk kepada seorang gadis yang berdiri di hadapan Rhysand.

"Pangeran Rhysand memintamu untuk membuka pakaian,"

Gadis itu sedikit menunduk. Ia menelan ludahnya. Jelas sekali, ia canggung.

Rhys, panggilan pangeran itu, tersenyum bengis. Ia suka menikmati pemandangan gadis yang masih suci dan ketakutan seperti itu.

"Buka saja. Toh aku tidak pernah tertarik padamu. Aku hanya ingin memeriksa tubuhmu secara keseluruhan."

Perempuan itu membuka kancing pakaiannya satu per satu. Tubuhnya bergetar seperti anjing yang kedinginan.

Plash.

Seluruh pakaiannya terlepas, hanya tersisa pakaian dalam yang menempel di tubuhnya.

Rhys tersenyum miring. "Cih. Kubilang apa, Edeva. Aku meminta tubuhnya yang tanpa cacat dan goresan sedikitpun. Bagaimana bisa, kau membawa masuk seorang gadis ke dalam ruanganku yang sudah terluka?"

Mademoiselle Edeva mengernyit. Dia belum menemukan bekas luka satu inci pun pada gadis itu. "Luka?"

"Berbalik," perintah Rhysand jengah.

Gadis itu menurut. Ia membalikkan tubuhnya.

Di bagian belakang pahanya, terlihat bekas luka sayatan di sana. "Bekas luka apa itu?" tanya Rhys padanya.

"I... ini... saya pernah tidak sengaja jatuh dari kuda sewaktu kecil," gadis itu menjawab pertanyaannya dengan memunggungi tubuh Rhys. Ia mengaitkan kedua tangannya di depan perut.

Rhys mengerucutkan bibirnya. "Gadis tidak tahu diri."

Gadis itu baru berbalik. Ditataplah Sang Pangeran yang murka padanya. Gadis itu menciut. Ia sudah ketakutan luar biasa.

Rhysand berdiri dari duduknya. "Siapa bilang kau boleh menjawab pertanyaanku dengan memunggungi wajahku?!!!"

Mademoiselle Edeva menyipitkan matanya. Suara menggelegar Rhys terdengar menggelegar di istana ini.

"Enyahlah kau, gadis jalang."

Gadis itu berkaca-kaca. Ia menyapukan tangannya ke lantai, tempat pakaiannya terjatuh. Ketika itu, dia langsung melesat pergi dari ruangan Pangeran Rhysand dengan tubuh nyaris tanpa pakaian.

Pangeran Rhysand kembali duduk. Amarah menguasai hati dan pikirannya.

"Edeva, aku begitu kecewa padamu."

"Pangeran, engkau mengerti betapa sulitnya mencari maid yang tepat untukmu. Pangeran memiliki selera dan standar yang unik. Dan mereka yang sesuai dengan selera Pangeran, tidak betah untuk tinggal lebih lama di istana."

Pangeran Rhysand menggeram. "Maka dari itu, aku jelas turun tangan untuk memilah dan memilih maid pribadiku."

"Saya hargai perjuangan pangeran yang turut serta memilih mereka... tapi..."

"DIAM! Pergilah dari sini. Bubarkan pemilihan maid hari ini. Panggil saja Hugo untukku."

Mademoiselle Edeva itu menutup mulutnya tiba-tiba. Ia tidak berani lagi menyangkal perkataan pangeran negerinya. Dengan menunduk taat, lalu undur diri dari hadapan Rhysand.

Sesaat berikutnya, Hugo tangan kanan kepercayaannya, membuka pintu. Dengan kumisnya yang tebal, ia bertanya tanpa memandang wajah Rhysand sedikit pun.

"Apakah pemilihan maid hari ini menyenangkan, Tuanku Pangeran?"

"Kau pikir ini menyenangkan?!!! Bagaimana bisa Edeva membawa perempuan yang sudah terluka sebelumnya. Aku jelas-jelas memberikan peraturan, wanita yang memiliki bekas luka tidak boleh mendaftarkan diri sebagai maid. Berani sekali dia masuk ke istana dan mempertunjukkan bekas lukanya padaku. Menjijikkan."

Hugo hanya menunduk dalam. Ia tidak berani menjawab perkataan Pangeran Rhysand, sebab, sekali ia menjawab, Pangeran Rhysand akan langsung mencecarnya.

Sudah terhitung lima tahun, Rhysand mengadakan pemilihan maid secara pribadi. Ia memberikan berbagai macam kriteria yang tidak masuk akal.

Dimulai dari standar kecantikan tinggi, memiliki kulit putih bersih, tinggi badan 165 cm, berat badan 50 kilogram, berambut cokelat lurus, bermata biru, dan berukuran dada yang sedang. Tidak kurang dan tidak lebih.

Belum cukup dengan itu, ia juga mematok keterampilan bawaan mereka. Tiga pilar keterampilan utama; memasak, menjahit, dan kemampuan membersihkan ruangan.

Ia juga harus jujur, ramah, dan sedikit pemalu.

Dan, Hugo yakin, tidak ada perempuan di dunia ini dengan kriteria itu semua. Dia terlalu pemilih. Sampai-sampai, hanya Hugo dan Mademoiselle Edeva yang masih bertahan.

"Aku benci ketika mereka tidak sempurna. Aku benci melihat ketidaksempurnaan mereka akan terlihat oleh tamuku dari negeri seberang. Itu jelas begitu memalukan."

"Tentu saja, Pangeran."

"Tetapi, kenapa, tidak ada orang yang seperti itu??"

Tentu saja, orang itu hanya dalam mimpi dan anganmu saja, sialan. Hugo menjawabnya dalam hati. Namun, sebaliknya, ia malah tersenyum manis pada Rhysand.

Hugo membungkukkan tubuhnya, "Pangeran, apakah Anda merasa lelah hari ini?"

"Tentu saja, kau gila menanyakan itu padaku?"

"Pangeran negeriku, bolehkah saya memberikan saran?"

"Saran? Saran apa itu?"

"Pangeran, saya tidak mau melihat pangeran dipusingkan dengan pemilihan maid yang sejatinya sepele. Problematika yang ada di Kerajaan begitu banyak. Rasanya tidak baik jika pemilihan maid ini memperlambat kinerja kerajaan. Jadi... izinkanlah saya memberikan saran,"

"Apa?! Cepat katakan."

Hugo mengembuskan napasnya. Ia takut ketika sebuah ilham brilian yang mendarat di otaknya bisa menjadikannya masuk ke dalam penjara... atau lebih parahnya hukuman pancung kerajaan.

Hugo meyakinkan dirinya lagi. Dengan kesetiaannya sedari kecil, Rhysand pasti tidak akan menghukumnya.

Ia mengucapkan kalimat ini teramat hati-hati. "Jadi, saya meminta Pangeran untuk melaksanakan pemilihan maid secara buta."

"APAAA?!!!!!"

Rhysand melonjak berdiri. Tangannya terkepal kemudian. Matanya menatap nyalang ke arah orang yang paling dipercaya selama ini.

Bagaimana bisa, orang kepercayaannya, menyarankan ide konyol seperti itu?

"Tuanku Pangeran, sebentar." Hugo menyentak mendadak. Ia memandang lurus kepadanya berusaha menjelaskan.

"Selama lima tahun ini, Pangeran selalu mendapatkan masalah karena maid yang tidak sesuai dengan selera Anda, Pangeran. Bukanlah lebih baik, Pangeran tidak mengetahui tentangnya sedikitpun, daripada dipermasalahkan oleh hal yang sama?"

"Kau bercanda??! Bagaimana jika tamuku dari seberang melihat maid di istanaku yang kotor dan menjijikkan?! Maid adalah pelayan! Mereka lah yang mengantarkan makanan dan minuman kepada tamuku!!! Kau tidak mengerti itu?"

Hugo menyela dengan cepat, "Tuanku Pangeran, jangan salah paham. Kami selalu memberikan kandidat terbaik kepada Pangeran. Akan tetapi, engkau selalu mempermasalahkan perihal fisik. Bukankah hal yang paling indah adalah hati seseorang?"

"Diamlah, Hugo. Kau tidak mengerti."

"Tuanku Pangeran, selama bertahun-tahun, sayalah yang paling mengerti kondisi dan keadaan Pangeran. Saya menyarankan seperti ini dikarenakan pemilihan raja sudah begitu dekat. Apakah Pangeran ingin memperpanjang urusan pemilihan maid dan menyia-nyiakan waktu lebih banyak?"

"Percayalah pada saya, Pangeran. Hati manusia lebih indah dari mutiara. Lebih indah dari kecantikan fisik semata."

Pangeran Rhysand hanya memandang Hugo penuh amarah. Akan tetapi, bibirnya dengan pelan berujar. "Cepat laksanakan pemilihan buta itu. Aku akan mencobanya."

*


PERTIMBANGAN PENCIPTA
Dark_Prince1 Dark_Prince1

HELLO! Congrats! You are finish chapter one in my novelssss! It is my first novel! Yuhuuuu~~ Remember ladies and gentlemen, your gift is my motivation. Dont forget to add it to library! Bye!

Bab 2: Audrey Frankie

Suara tapak kaki kuda mengiring di Kerajaan Atalaric. Hugo beserta dengan bala tentaranya menyebarkan selebaran dengan kecepatan tinggi. Para penduduk desa menerima selebaran yang turun dari langit.

"Pemilihan Buta Maid Istana"

Tulisan itu tercetak jelas di selebaran. Seorang lelaki berjenggot putih mendapatkan selebaran itu. Dengan cepat, ia membalas larik demi larik yang terdapat dalam selebaran itu. Selebaran itu menuliskan dengan jelas.

"Setiap gadis yang masih suci dan memiliki keterampilan pelayan dapat mendaftar. Barang siapa yang terpilih menjadi maid kerajaan, maka ia akan dibebaskan dalam jeratan hutang dan pajak kerajaan."

Kalimat itu terus terngiang dalam pikiran Loye Frankie. Loye adalah rakyat jelata yang hanya mengurus ladang tanah bangsawan. Boro boro untuk membayar pajak kerajaan, untuk menyambung hidup saja susah. Bahkan, hutangnya terhadap kerajaan sudah begitu besar. Selama empat tahun ia tidak pernah membayar pajak kerajaan karena tidak mampu. Tahun ini, adalah batas penalti kerajaan. Kalau keluarga Frankie menunggak lagi, salah satu dari mereka, akan dipenggal dan disaksikan oleh rakyat kerajaan Atalaric.

Salah satu bentuk pembangkangan terhadap Kerajaan Atalaric.

Dengan membawa selebaran di tangannya, Loye pulang ke rumah.

"Audrey di mana?" tanyanya sembari meletakkan peralatan berladang di pojok rumah.

Istrinya, Barsha Frankie menengok ke arahnya, lalu menjawab, "Audrey sedang bertani di desa seberang. Mungkin nanti sore ini pulang."

"Ibu, aku menemukan ini di setapak tadi."

"Apa itu?"

"Pengumuman pemilihan maid."

Barsha menghentikan aktivitasnya. Ia ikut membaca pengumuman itu. Seketika itulah ia memandang kepada suaminya.

"Maksudmu memberikan ini apa?"

"Aku ingin anak tertua kita, Audrey dikirim ke dalam pemilihan buta maid. Karena, hanya ini satu satunya kesempatan bagi kita melunasi hutang."

*

"AYAH PIKIR AKU MAU IKUT PEMILIHAN MAID KONYOL ITU?" seru Audrey ketika kedua orang tuanya meminta dirinya untuk menjadi maid kerajaan.

Kala itu, Audrey baru saja pulang dari ladang di desa seberang. Tubuhnya masih bersimbah keringat dan dekil. Namun, rasa lapar yang menggerogoti perutnya itu tidak tertahankan. Jadi, ketika pulang, ia membasuh wajah dan tangan, serta langsung menghambur ke meja makan. Ketika ia memakan roti gandum murahan yang begitu keras, ayahnya mengumandangkan pengumuman, kalau ia harus mendaftar pemilihan maid.

"Ayah bercanda?" tanya Audrey dengan tatapan tajam.

"Tidak. Ayah tidak bercanda. Pemilihan kali ini, adalah pemilihan buta. Mereka tidak memandang fisikmu, melainkan keterampilan dan kemampuanmu mengambil hati sang pangeran."

"Menjijikkan. Aku tidak mau menjadi pelayan dari pangeran jahanam itu."

Barsha, sang Ibu mendengar ucapan Audrey. "HUST!! Hati hati kalau bicara. Bisa saja kau dipancung di tengah kota dengan mulutmu yang berbisa!"

"Ibu, Ayah, aku tidak mau menjadi maid sialan itu! Sekali mereka masuk ke sana, pangeran bisa saja menjilati tubuh maid! Kita tidak tahu!"

Mendengar perkataan anak tertuanya, Barsha memukul punggung anaknya dengan keras. "Sudah Ibu katakan, hati hati kalau berbicara. Kita tidak tahu apakah tetangga mendengar atau tidak. Kalau tetangga mendengar ucapanmu, kau bisa mati!"

Audrey mendesah panjang. "Bahkan, ketika jauh dari sang pangerang, kita juga dihantui oleh kekejamannya. Ibu dan Ayah memintaku untuk datang ke sana?"

BRAK!!!

Loye menggebrak meja makan. Ia berdiri dari tempat duduknya. Tatapan Loye berubah begitu nyalang. "Audrey, kau adalah anak tertua di keluarga ini. Pruistine dan Nissim masih membutuhkan banyak biaya. Mereka masih kecil."

Bedebah. Bedebah. Bedebah.

"Kita juga memiliki hutang pada kerajaan. Tidak bisakah kau mengerti?"

Audrey mengembuskan napasnya. Sekali pun, ia tidak mau untuk menjadi maid. Ia merasa jijik pada para gadis maid yang mengagungkan kecantikan adalah segalanya. Ketika mereka pulang, mereka begitu cantik seperti pajangan.

Audrey yakin, selama di istana, mereka semua dinikmati oleh Rhysand keparat itu. Kalau tidak, mengapa Pangeran Rhysand begitu memperumit pemilihan maid?

"Menjijikkan."

"Audrey mengertilah," kali ini Barsha yang bertutur memelas.

"Baiklah. Aku akan ikut pemilihan maid. Tetapi, kalau aku tidak diterima tahun ini, aku akan hidup bebas semauku sendiri. Entah bertani atau menjadi petualang hutan. Aku tidak peduli." desis Audrey.

"Ini perintah terakhir ayahmu sebelum kau beranjak dewasa."

*

Audrey memegang kencang roknya yang setinggi lutut. Sialan, dalam pemilihan maid ini, mereka semua diberi pakaian seragam ketika masuk istana. Mereka tidak diperbolehkan mengenakan pakaian dari rumah. Ditakutkan, mereka membawa benda yang dapat melukai keselamatan Pangeran.

Selama hidupnya, Audrey tidak pernah mengenakan rok. Sebagai anak tertua di keluarga Frankie, dia harus bekerja. Ia bekerja di ladang sejak umur dua belas tahun. Umur yang begitu belia. Sementara, gadis lainnya masih belajar baca tulis.

Sementara Audrey, tidak pernah belajar membaca dan menulis. Ia buta aksara. Audrey tidak peduli. Asalkan ada roti gandum tersaji di meja makan keluarganya, itu sudah lebih cukup.

"CEPATLAH BERBARIS!" seru seorang wanita begitu keras.

Ia mengatur barisan. Di depan ruangan sang pangeran, berjajar para gadis yang cantik. Tubuh mereka begitu lembut seperti sutera. Kulit putih bersinar. Dan juga, begitu anggun. Mereka semua jauh lebih dewasa dibandingkan Audrey. Sudah jelas, mereka berusia dua puluh tahun ke atas. Sementara Audrey masih delapan belas tahun.

Audrey yakin seratus persen, sang pangeran tidak akan memilihnya.

"BERIKUTNYA!" wanita itu kembali berteriak.

Ketika itulah, tiba saatnya Audrey masuk ke dalam ruangan.

Audrey meletakkan tangannya di dada. Itu adalah perintah terakhir ayahnya. Sebelum ia akan meninggalkan keluarga mereka dan diberikan kebebasan.

Audrey, tenanglah.

Ia hanya perlu mengacaukan semuanya dan membuat Pangeran Rhysand mengacuhkannya. Maka, ia akan bebas.

Berpaku pada keyakinan itu, Audrey Frankie, peserta pemilihan maid termuda, memasuki ruangan Pangeran Rhysand.

*

HUGO dan seluruh maid istana Rhysand yang tersisa mengurus perlengkapan pemilihan maid secara buta. Hugo memasang tirai berwarna hitam legam di depannya.

"Tuanku Pangeran, izinkan aku untuk menjelaskan pemilihan maid ini."

"Baiklah."

"Jadi, nanti, seorang calon maid akan masuk ke dalam ruangan ini. Pangeran bebas untuk menanyainya apa pun. Lalu, dari situlah, Pangeran bisa mengerti karakter mereka."

Rhysand menunjukkan wajahnya yang tidak senang. "Bagaimana jika aku ingin melihat wajah mereka?"

"Pangeran tidak akan kami perkenankan untuk melihatnya. Jadi, saya meminta kepada Pangeran untuk menanyakan sepuasnya kepada mereka, sehingga Tuan tidak memikirkan wajah mereka sedikitpun,"

Rhysand mengangguk. Dan…, pemilihan itu dimulai.

Berbagai macam wanita masuk ke dalam bilik tirai gelap di hadapannya. Suara mereka melengking halus. Terkadang tertawa menggodanya.

Sial. Tidak ada yang menarik perhatiannya.

Saat Rhysand hendak menyerah, seorang gadis masuk ke dalam ruangannya. Gadis itu beraroma bunga dan rerumputan. Gadis yang membawa aroma musim panas. Terik matahari.

Secara refleks, Rhysand menegakkan tubuhnya. Aroma gadis itu begitu memabukkan.

Rhysand menelan ludahnya sendiri. Aroma itu melesak kuat di hidungnya tidak tertahankan. "Siapa namamu, gadis manis?"

"Namaku Audrey Frankie."

*


PERTIMBANGAN PENCIPTA
Dark_Prince1 Dark_Prince1

WELCOME TO BAB 2!!!! Saya membuka berbagai macam pertanyaan dari kalian tentang Audrey dan Rhysand yaaa! Silakan isi saja kolom review di bawah!!

Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C1
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank 200+ Peringkat Power
    Stone 0 Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk

    tip Komentar Paragraf

    Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

    Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

    MENGERTI