Dua hari berlalu dan suasana di antara mereka perlahan mulai mereda. Oliver, yang begitu sabar menghadapi Vukan dan selalu siap serta bersedia mendengarkan dia meratap dan menangis sepanjang malam, perlahan-lahan mulai bosan dengan kejadian itu. Keadaan menjadi lebih buruk selama dua hari terakhir; Vukan menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar mandi, sementara Oliver memikirkan apa yang harus dilakukan tentang masalah saudara perempuannya di rumah.
Terperangkap dalam pikiran dan khawatir tentang apa yang mungkin terjadi pada saudara perempuannya, dia tersadar ketika tangisan Vukan segera memenuhi udara sekali lagi.
"Tidak! Tidak kali ini!" Oliver berteriak sekeras-kerasnya saat dia melemparkan buku yang berpura-pura dibacanya ke sisi tempat tidur.
Berjalan menuju kamar mandi kamar tidur cadangan tempat Vukan memilih untuk menjadi tempat menangisnya, Oliver meninju pintu dan merasa pintu itu menyerah dengan sedikit usaha.