Unduh Aplikasi
19.47% The Dangerous Love Zone / Chapter 37: The Dangerous Love Zone - 34

Bab 37: The Dangerous Love Zone - 34

Ctar!

Joe yang sedang melakukan sambungan vidio dengan Ren, sedikit tersentak saat mendengar suara halilintar yang bergemuruh dari langit malam kota Tokyo.

"Ya kau benar. Sejak siang tadi cuaca disini sedang hujan deras." Ujar Joe pada Ren yang berada diseberang sana.

'Tapi kau tidak memiliki jadwal pemotretan malam ini bukan?'

Joe menggelengkan kepalanya. "Tidak. Maka dari itu malam ini Hori-san menyuruh ku untuk beristirahat di apartemen."

'Dan kau tidak beristirahat. Tetapi menghubungi di jam malam seperti ini.' Gerutu Ren yang memasang raut wajah datarnya.

"Aku tahu diantara kau dan Azami, yang selalu memiliki waktu luang saat malam adalah kau." Sahut Joe sambil terkekeh geli.

Nit.. Nit.. Nit...Nit.. Nit.. Nit..

Trining..

Ceklek..

Joe dan Ren yang dapat mendengar suara seseorang memasukan kode pada pintu dan berhasil membukanya pun saling melayangkan tatapan pada satu sama lain.

'Siapa yang datang berkunjung ke apartemen mu malam-malam?' Tanya Ren dengan mata menyipit menatap Joe penuh intimidasi.

"Tunggu, yang mengetahui password pintu apartemen ku hanya, aku, kau , Azami dan Hori-san saja. Tetapi Hori-san saat ini bilang sedang ada pertemuan dengan anggota keluarganya"

Suasana hening seketika mengudara di antara Joe dan Ren, sebelum kedua pria tersebut membulatkan kedua mata mereka terkejut.

"Azami!"

'Azami!'

***

Azami yang baru saja selesai membersihkan dirinya, berjalan menuju ruang televisi dimana terdapat Joe yang masih melakukan panggilan vidio dengan Ren dan juga terdapat dua buah cangkir yang mengeluarkan uap panas dari dalamnya serta satu buah piring berisikan kue.

Ren dari seberang sana yang menyadari jika Azami berdiri dibelakang Joe pun menyapanya.

'Yoo Azami!'

Azami menganggukan kepalanya dan memilih untuk duduk tepat disebelah Joe.

Joe yang menyadari jika rambut Azami masih dalam keadaan basah dengan handung yang melingkar di pundak sahabatnya pun menghela nafas panjang.

"Kau, tidak bisakah mengeringkan rambut mu terlebih dulu dikamar mandi? Aku sudah sengaja meletakan hairdryer disana, untuk kau gunakan." Gerutu Joe sambil mengeringkan rambut Azami.

Ren yang mendengar Joe menggerutu pun terkekeh diseberang sana. Sedangkan itu, Azami hanya bergumam sambil meminum air yang ada digelas diatas meja dan ternyata berisikan cokelat hangat.

'Azami, kenapa kau bisa berada di Tokyo? Apa kau memiliki janji dengan seseorang?' Tanya Ren saat melihat Azami sudah meletakan kembali gelas diatas meja.

"Ehm, aku menghadiri rapat keluarga mengenai pesta ulangtahun perusahaan." Jawab Azami yang membuat Ren dan Joe membulatkan kedua bola mata mereka terkejut.

"Ba-bagaimana bisa? Bukankah para paman dan bibi mu tidak mengetahui jika kau masih berada di Jepang?" Tanya Joe yang membuat Azami menghela nafasnya panjang.

"Ya, mereka memang tidak mengetahuinya. Tetapi kakek mengetahui aku masih berada di Jepang dari paman Renji."

'Lalu, bagaimana dengan reaksi para paman dan bibi mu saat melihat kau hadiri dirapat hari ini?'

"Tentu saja mereka terkejut. Sebenarnya aku tidak ingin menghadiri rapat tadi, tetapi orang-orang suruhan kakek sudah menjemputku di pintu gerbang universitas tempat ku berkuliah."

Ren dan Joe berdecak bersamaan merespon jawaban Azami. "Tsk! Benar-benar Yano-sama sekali."

'Ah, Azami-kun. Tadi kau bilang orang-orang suruhan Yano-sama menunggu mu di gerbang universitas tempatmu berkuliah. Apa kau sudah benar-benar resmi menjadi seorang mahasiswa magister?' Tanya Ren lagi untuk memastikan pada Azami.

Azami menganggukan kepalanya. "Ya, mulai minggu depan aku sudah menjadi seorang mahhasiswa lagi."

'Waaah! Selamat Azami-kun! Setelah aku pulang dari pemotretan, kita harus merayakannya bersama!'

"Pasti itu Ren! Aku akan menyiapkan keperluan perayaan kita di apartemen ku ini." Sahut Joe menyetujui perkataan Ren.

Azami yang mendengar Ren dan Joe begitu antusias untuk menyiapkan pesta perayaan, terkekeh pelan. "Terserah kalian saja. Yang pasti jangan sampai mengganggu jadwal kalian."

"Tenang saja! Itu tidak akan mengganggu jadwal kami! Benar bukan Ren?" Tanya Joe pada Ren dan direspon anggukan kepala oleh pria itu.

'Benar itu! Lagi pula jika itu menganggu jadwal kami, kau bisa melakukan perubahan jadwal untuk kami bukan?' Ujar Ren sambil terkekeh dan disusul dengan kekehan juga oleh Joe. Kecuali Azami yang kini berdecak sebal.

"Kalian memintalah pada atasan kalian. Aku bukan atasan kalian."

Sebelah alis Joe terangkat keatas. "Ayolah Azami, kau kan atasan kami yang sesungguhnya. Paman mu pasti harus menyetujui apa yang kau katakan, karena dia hanya memegang alih perusahaan sementara saja."

"Kalian ini. Itu sama sekali tidak profesional. Merubah jadwal pekerjaan yang sudah ada demi kesenangan sendiri."

Ren terkekeh melihat ekspresi kesal diwajah Azami. ' hahaha, sesekali tidak masalah Azami. Kami kan jarang merubah jadwal pekerjaan kami.'

"Tapi tetap saja. Jika kalian ingin merubah jadwal pekerjaan kalian, maka kalian harus berbicara lah dengan atasan kalian."

Joe menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis. "Maka dari itu, cepatlah menjadi atasan kami Azami-kun. Apa kau tidak bosan bekerja di kafe saja?"

Kedua mata Azami menyipit. "Tentu saja aku tidak bosan. Disana aku dapat berinteraksi dengan banyak orang disana."

"Tapi itu tetap tidak lebih menyenangkan dari mengambil alis perusahaan entertaimen milik ayah mu. Kau bisa bertemu dengan artis-artis dan model cantik setiap harinya." Ucap Joe yang membuat Azami dan Ren memutar kedua bola mata mereka malas.

'Ren-kun! Cepatlah istirahat. Besok pagi-pagi sekali kita harus sudah berada di lokasi pemotretan.'

Azami dan Joe dapat mendengar suara perempuan dari tempat Ren berada.

'Ya Sarah-chan. Aku akan segera beristirahat.'

Ren yang berada diseberang sana terlihat sudah mematikan lampu ruangannya dan menyisahkan lamu tidur yang masih menyala.

'Hei, aku istirahat terlebih ok? Nanti kita lanjut lagi jika ada waktu luang selanjutnya.' Ucap Ren yang direspon anggukan kepala oleh Azami dan Joe.

"Ok. See you later, Ren." Ucap Joe yang di acungkan ibu jari oleh Ren.

"Good night Ren." Sahut Azami yang membuat Ren terkekeh.

'Ya ya ya, good night guys. Byeee.'

Flip.

Setelahnya sambungan vidio pun terputus. Joe langsung menutup laptopnya, sedangkan itu Azami menyalakan televisi milik Joe.

"Kau tidak istirahat juga Joe? Bukankah besok kau ada pemotretan bersama Kenosuke lagi?" Tanya Azami yang membuat Joe terdiam sesaat, sebelum menolehkan kepalanya kearah jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam.

"Nanti. Kau juga tidak istirahat?" Tanya Joe kembali pada Azami.

"Aku masih belum mengantuk. Jika kau sudah mengantuk, tidurlah terlebih dulu." Jawab Azami yang di angguki kepala oleh Joe.

Suasana hening mengudara diantara Azami dan Joe saat ini. Hanya ada suara pembawa berita dari televisi yang mengudara diantara mereka berdua.

"Ehm, Azami." Panggil Joe sambil menatap Azami yang tengah menatap televisi.

Azami yang sedang melihat berita pun hanya bergumam merespon panggilan Joe, tanpa menolehkan kepalanya kearah Joe.

"Apa kau akan datang keacara pesta ulang tahun perusahaan?" Tanya Joe.

"Aku bilang pada mereka, jika aku tidak akan datang."

Joe membulatkan matanya terkejut. "Apa?! Kau tidak akan datang? Kenapa?"

Azami terdiam sesaat masih dengan tatapan mata mengarah pada televisi. "Kau tahu pasti akan seperti apa acara ulang tahun perusahaan setiap tahunnya bukan? Akan ada banyak media yang meliput dan juga akan ada banyak pengusaha yang datang menghadiri pesta ulang tahun."

"Jika aku menampakan diri di depan publik pasti mereka akan ramai mewawancarai ku dan bertanya perihal mengambil alih perusahaan." Lanjut Azami dengan kerutan dikeningnya, membayangkan apa yang akan terjadi jika dirinya datang ke pesta ulang tahun perusahaan.

Puk.

Azami sedikit terkejut saat tiba-tiba saja jari-jemari tangan Joe berada di keningya dan perlahan mengusap pelan keningnya.

"Kau hanya perlu menjawab semua pertanyaan itu. Jangan terlalu banyak berfikir Azami." Ujar Joe yang kini membawa kepala Azami untuk mendarat pada bantal sofa yang ada diatas pahanya.

"Apa kau lupa bagaimana sikap kakak dan adik ayah ku? Bahkan kakek sampai tidak mendug jika anak-anaknya memilii sikap dan sifat seperti itu." Ucap Azami sambil memejamkan kedua matanya, menikmati usapan jari jemari Joe pada keningnya yang berubah menjadi pijatan ringan.

"Bukankah masih ada Yuno-sama yang akan melindungi mu? Mengingat kau adalah cucu yang paling sangat disayang oleh nya." Sahut Joe yang membuat Azami terkekeh.

"Aku tidak ingin merepotkan kakek, Joe. Biarkan dia menikmati masa-masa lansianya."

Cup.

Azami membuka kedua kelopak matanya saat merasakan kecupan di keningnya. Kini dirinya dapat melihat dengan jelas wajah Joe yang berada tepat di depannya.

"Kening mu sedikit hangat. Memang seberapa lama kau berada di bawah hujan?"

Azami terdiam sesaat mengingat berapa lama dirinya berada di bawah hujan."Hmm, tidak terlalu lama."

Sebelah alis Joe terangkat keatas. "Benarkah? Tidak biasanya kau akan langsung terkena demam saat berada dibawah hujan."

"Mungkin karena belakangan ini aku sibuk mempersiapkan dokumen untuk melanjutkan pendidikan ku." Sahut Azami yang membuat Joe terdiam.

"Kau tidak bisa berbohong kepada ku, Azami. Kau itu pemilik imun terkuat diantara aku, Ren dan teman-teman kelas saat kita masih sekolah dan kuliah."

Sebuah decakan keluar dari bibir Azami. "Tsk. Ayolah Joe. Aku sama sekali tidak berbohong pada mu."

Joe pura-pura menulikan pendengarannya dan kini sebelah tangannya terulur untuk mengambil remote, lalu mematikan siaran televisi.

"Hei, hei. Kenapa kau mematikan televisinya? Aku masih ingin melihat acara berita." Ujar Azami menatap tidak senang pada Joe.

Joe tetap berpura-pura menulikan pendengarannya dan menjulurkan kedua tangannya pada tengkuk dan bawah lutut Azami.

"Hei, hei! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!" Seru Azami saat Joe mengangkat tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruang televisi.

"Kau sedang demam." Sahut Joe singkat.

"Tetapi kau tidak perlu mengangkat ku seperti ini. Aku masih bisa berjalan sendiri." Gerutu Azami yang sama sekali tidak di respon oleh Joe.

Kini Azami dan Joe sudah memasuki sebuah kamar. Kamar yang sangat Azami ketahui adalah milik Joe.

"Kau harus beristirahat, agar besok pagi demam mu menurun." Ucap Joe sambil merebahkan tubuh Azami diatas kasurnya.

Azami yang sudah di selimuti oleh Joe, memutar kedua bola matanya malas. "Ayolah Joe. Badan ku hanya sedikit demam. Ini tidak seberapa."

"Tetap saja, kau harus banyak beristirahat dan meminum obat." Ujar Joe sambil berjalan menuju lemari dan mengambil sebuah kotak yang berisikan obat dan perlengkapan kesehatan lainnya.

Azami memilih tidak merespon perkataan Joe dan memperhatikan pria itu yang kini berjalan menuju salah satu meja untuk menuangkan air mineral kedalam gelas, lalu berjalan kembali kearahnya.

"Minumlah obat ini."

Azami yang di ulurkan sebuah obat oleh Joe, terdiam sesaat menatap obat tersebut sebelum dirinya mengambil obat itu dengan sambil menghela nafas panjang.

Melihat obat yang diulurkannya sudah diambil oleh Azammi. Kini Joe mengulurkan gelas yang berisikan air mineral dan sudah diambil oleh Azami untuk meminum obat pemberiannya.

Setelah menlihat Azami selesai meminum obat pemberiannya. Joe mengambil kembali gelas yang di pegang oleh Azami, lalu meletakannya pada meja tempatnya mengambil gelas tersebut.

"Sekarang kau tidurlah. Aku juga akan tidur disebelah mu." Ucap Joe sambil berjalan menuju kasur dan mendudukan dirinya di tepian kasur sebelah Azami yang sudah berbaring.

"Hei Joe. Apa kau tidak takut tertular demam ku?" Tanya Azami yang kini memposisikan tubuhnya miring kearah Joe yang sudah berbaring disebelahnya.

"Untuk apa aku takut tertular demam mu? Jika aku terkena demam juga, maka aku hanya perlu meminum obat yang tadi kau minum, lalu beristirahat." Jawab Joe dengan santainya dan kini sebelah tangannya terulur merangkul punggung Azami agar mendekat kearahnya.

Azami yang kini sudah berada di dalam rengkuhan tubuh Joe menghela nafas panjang. Belum lagi Azami dapat merasakan jika Joe mengecup puncak kepalanya.

"Joe." Panggil Azami yang dibalas dehaman oleh Joe.

"Apa perasaan yang kau miliki kepadaku masih belum berubah?" Tanya Azami yang kembali di balas dehaman oleh Joe.

"Hmm, kau tahu pasti bagaimana perasaan ku kepada mu bukan?"

Azami terdiam mendengar perkataan Joe.

"Meski aku tahu, perasaan mu kepadaku juga masih belum berubah. Kau hanya menganggap ku dan juga Ren seperti kakak mu sendiri. Aku masih akan tetap menyukai mu."

Azami masih terdiam mendengar perkataan Joe.

Joe yang menyadari Azami terdiam tidak merespon perkataannya pun menepuk-nepuk pelan punggung Azami.

"Kenapa kau tidak mencoba membuka hati mu untu yang lain? Bukankah kau selama ini selalu dekat dengan rekan-rekan mu sesama model?"

Seulas senyum kecil tercetak di wajah Joe. "Mereka tidak ada yang bisa membuat perasaan ku kepada mu berubah."

Azami mengulurkan sebelah tangannya untuk menepuk-neepuk punggung Joe.

"Aku berharap kau dapat menemukan seseorang yang benar-benar mencintai mu, Joe."

Joe yang mendengar perkataan Azami terkekeh pelan. "Aku sudah menduga kau akan menolak perasaan ku lagi."

Azami yang berada didalam rangkulan Joe, menghela nafasnya dalam. "Maaf."

"Kau tidak perlu meminta maaf. Sekarang cepatlah tidur, aku tidak ingin demam mu bertambah parah." Gumam Joe dan dibalas dehaman oleh Azami.

Kini Joe dan Azami pun mulai memejamkan kedua mata mereka.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C37
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk