Unduh Aplikasi
2.1% The Dangerous Love Zone / Chapter 4: The Dangerous Love Zone - 01

Bab 4: The Dangerous Love Zone - 01

"Azami-kun! Kamu yakin tidak ingin ikut ayah dan ibu mengunjungi rumah kakek?" Tanya seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat tetap awet muda pada Azami yang merupakan putra sulungnya.

Azami menggelengkan kepala pelan sambil tetap menyantap menu makan malam di hadapannya.

"Tidak bu. Aku harus mengerjakan projek baru dengan teman semasa kuliah ku."

Terlihat jelas ekspresi kecewa tercetak diwajah perempuan paruh baya itu. Sang suami yang melihat istri tercintanya nampak kecewa pun menggenggam erat jari-jemari sang istri. Memberikan isyarat melalui mata untuk memaklumi kesibukan putra sulung mereka.

"Jadi kali ini, kalian membuat projek apa lagi?" Tanya sang pria paruh baya menoba untuk mencairkan suasana di meja makan.

Azami yang sedang mengunyah makanannya pun menyelesaikannya terlebih dulu, sebelum menjawab pertanyaan sang ayah.

"Kami akan mendekorasi sebuah kafe salama musim panas ini. Jadi maaf, musim panas ini aku tidak bisa ikut kalian untuk berlibur kerumah kakek."

Pria paruh baya menganggukan kepalanya mengerti. Dirinya sangat mengetahui jika putra sulungnya ini sangatlah menyukai desain interior.

"Baiklah, kali ini biarkan hanya ayah, ibu dan adik mu yang berkunjung. Tetapi di saat musim dingin nanti, kamu harus ikut berkunjung dengan kami."

Azami menganggukan kepalanya patuh. "Ya, aku akan usahakan untuk ikut berkunjung bersama kalian."

Seulas senyum tercetak diwajah perempuan paruh baya dan pria paruh baya, mendengar perkataan sang putra sulung.

Setelah selesai menghabiskan menu makan malam. Azami pun berjalan kembali menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Ibu, Ayah dan Adik perempuannya yang masih berada diruang makan.

Sesampainya di dalam kamar, Azami berjalan menuju meja belajarnya untuk melanjutkan desain interior yang sedang dirinya buat.

Knock.. Knock.. Knock..

Azami yang sedang serius membuat desain interior, sedikit merasa terganggu mendengar pintu kamarnya yang di ketuk dari luar.

"Azami-kun? Bisa buka pintunya sebentar?"

Azami dapat mendengar suara ibunya yang berasal dari luar kamar.

Dengan perlahan Azami berjalan menuju pintu dan membukanya.

Azami mengerutkan dahinya heran saat melihat sang ibu berbalutkan pakaian rapih. Padahal saat ini jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.

"Azami-kun. Ibu minta tolong untuk menjaga adik mu ya. Tadi bibi mu menelepon, berbicara jika kakek mu saat ini sedang berada dirumah sakit."

Azami tertegun mendengar perkataan sang ibu.

"Apa kakek baik-baik saja?" Tanya Azami yang ikut merasakan khawatir.

Ibu Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Semoga saja kakek mu dalam keadaan baik. Malam ini ibu dan ayah akan pergi menuju rumah sakit. Jadi ibu minta tolong padamu untuk menjaga Yuri selama kami tidak berada dirumah."

Azami melayangkan tatapan tidak setuju mendengar perkataan sang Ibu. "Tidak, kenapa kita tidak pergi bersama? Biar nanti aku bergantian mengemudi dengan ayah menuju bandara."

Ibu Azami menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu. Kamu harus tetap disini. Bukankah kamu memiliki projek dengan teman semasa kuliah mu? Lagi pula ibu dan ayah akan baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, ada Jiro-san yang akan bergantian mengemudi dengan ayah mu."

"Tapi bu.."

Ibu Azami mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya. Mengisyaratkan Azami untuk tidak melanjutkan perkataannya.

"Kamu tidak perlu khawatir. Besok pagi kamu jangan lupa untuk mengantarkan Yuri pergi ke sekolah, ya. Besok Nagisa-san akan membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuk kalian, lalu Sanji-san yang akan mengantarkan kalian ke sekolah Yuri." Ujar ibu Azami sambil menepuk pelan pundak Azami.

"Sayang, ayo kita pergi. Jiro sudah bersiap di luar." Ujar Ayah Azami yang sedang menggendong putri bungsunya, berjalan menghampiri sang istri dan putra sulungnya.

"Baik, aku juga sudah selesai berbicara dengan Azami." Balas Ibu Azami sambil tersenyum kecil.

Azami mengalihkan tatapannya pada adik kecilnya yang masih berada di pelukan sang Ayah. Azami sangat yakin jika adiknya itu sangat ingin sekali ikut dengan kedua orang tua mereka.

"Yuri-chan, untuk beberapa hari kedepan kamu tinggal lah bersama kakak mu, Nagisa-san dan Sanji-san dulu ya. Ayah dan Ibu harus pergi menjenguk kakek." Ujar Ayah Azami pada Yuri yang masih berada didalam gendongannya.

Yuri yang tidak ingin berpisah dengan sang Ayah pun menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak. Yuri ingin ikut dengan ayah dan ibu. Niichan juga pasti ingin ikut kan dengan ayah dan ibu untuk menjenguk kakek?"

Azami yang di layangkan tatapan memohon oleh sang adik pun merasa bingung. Dirinya juga ingin ikut bersama kedua orang tua mereka, tapi disatu sisi dirinya juga tidak ingin merepotkan kedua orang tua mereka dengan ikut pergi menjenguk sang kakek.

"Yuri-chan, kamu kan besok masih harus mengikuti ujian disekolah. Nanti jika kamu sudah selesai ujian, kamu dan kakak mu bisa ikut untuk menjenguk kakek." Ucap Ayah Azami mencoba membujuk putri bungsunya.

"Ayah benar, Yuri. Kamu besok masih ada ujian sekolah. Nanti jika kamu sudah menyelesaikan semua ujian mu, niichan akan mengajak mu untuk mengunjungi kakek." Ujar Azami mencoba membantu sang Ayah untuk membujuk adiknya.

Yuri menyipitkan kedua matanya, menatap Azami tajam. "Niichan tidak bohong kan?"

Azami dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Niichan tidak bohong. Niichan janji, jika kamu sudah menyelesaikan ujian, kita akan pergi menjenguk kakek."

Meski dengan perasaan berat hati, Yuri pun menuruti apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya dan sang kakak.

"Azami-kun. Tolong jaga rumah dan adik mu sampai kami kembali ya." Ucap Ibu Azami dan langsung di balas dengan anggukan kepala.

"Baik, Ibu dan Ayah tidak perlu mencemaskan aku dan Yuri. Kami bisa menjaga diri kami dengan baik."

Ibu dan Ayah Azami menghela nafas lega. "Baiklah kalau begitu. Kami jadi tenang untuk fokus dengan kesehatan kakek kalian."

"Kalau begitu kami berangkat dulu. Kalian langsung lah pergi tidur, jangan sampai bangun terlambat besok pagi."

Azami dan Yuri yang berada didalam gendongan sang kakak menganggukan kepala cepat.

Kini Azami, Yuri, Nagisa dan Sanji mengantar kepergian Ayah dan Ibu Azami bersama Jiro sampai ke depan pintu gerbang utama.

Setelah memastikan kedua orang tua mereka sudah pergi, Azami dan Yuri berjalan kembali masuk kedalam rumah untu beristirahat.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C4
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk