Lama-lama Chika dan Angel bosan menunggu Alika yang masih setia berbincang dengan seorang wanita paruh baya, mereka bingung harus meninggalkan Alika atau menunggunya. Tapi, jika mereka meninggalkan Alika, mereka takut Alika akan marah. Sebaliknya, jika mereka menunggu Alika selesai berbincang itu membuatnya bosan.
"Mending kita keliling aja dulu, Chik," saran Angel
"Ayo, deh!"
Mereka berdua pergi meninggalkan restoran itu, lihat saja saking asyiknya Alika, ia tak menyadari kedua sahabatnya yang beranjak dari tempat duduk mereka.
"Iya, Bunda, waktu itu di Bandung aku sempet ketemu sama Alfie,"
"Kamu fans yang kasih dia rainbow cake?" tebak bunda Alfie, Elina Gracia.
Alika tersenyum lalu menganggukkan kepalanya
"Alfie sendiri yang cerita ke bunda, soalnya baru pertama kali ada fans yang kasih makanan kesukaan dia," jelasnya
Jujur saja saat ini di dalam diri Alika sedang berbunga-bunga, dirinya merasa jika ia begitu spesial. Tapi, sebisa mungkin ia menepis pikiran itu. Ia tidak boleh terlalu percaya diri, tapi tidak bisa. Apalagi saat mendengar penuturan Elina membuat Alika semakin yakin jika dirinya memang spesial, berarti Alfie menceritakan tentang dirinya pada calon mertuanya ini, eh.
Alika tersenyum malu, "Cuman kebetulan aja, Bunda,"
Elina hanya terkekeh melihat Alika, ia kira semua penggemar Alfie memiliki sifat yang bar-bar. Karena pada saat itu ia mengajak Alfie pergi ke cafe dan disana mereka langsung diserbu oleh penggemar Alfie. Jika semua penggemar Alfie seperti Alika mungkin ia akan sangat senang.
Elina melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Alika yang mengerti itu pun lantas bersiap untuk beranjak dari hadapan Elina.
"Bunda, mau pulang ya?" tanya Alika ragu
"Iya nih, sebentar lagi suami bunda pulang, gapapa bunda tinggal?"
Alika mengangguk cepat, "Iya gapapa kok, Bunda, aku sama teman-teman disini," Alika berdiri dari duduknya, "titip salam ya, Bunda, ke Alfie sama Om Ferry."
Elina tersenyum, "Pasti bunda sampaikan, Alfie seneng banget kayaknya kalo tahu bunda ketemu sama orang yang dia ceritain," tuturnya dengan tangannya yang mencolek dagu Alika gemas
Alika mengulum bibirnya salah tingkah, jangan lupakan wajahnya yang sudah merah.
"Kalo gitu, Bunda duluan ya, Nak!" Alika mencium punggung tangan Elina lagi, selepas kepergian Elina dari hadapannya Alika menggigit bibir bagian dalamnya dan juga tangannya yang mengusap dadanya. Ia sangat senang hari ini, bagaimana tidak senang bertemu dengan calon mertua.
Alika menatap tempat duduk yang tadi ia dan teman-temannya tempati, tapi seketika ia mengerjapkan matanya berkali-kali, kemana perginya mereka?
Tangannya merogoh sakunya guna mengambil ponselnya, "Kalian dimana?!"
"Gue kesana!"
Alika menghela napasnya kasar, ia belum selesai memakan nasi gorengnya. Tapi, tidak apa-apa lah, yang penting hatinya sangat senang.
Gadis itu berjalan menuju tempat Angel dan Chika berada, tapi langkahnya berhenti di tempat kedai es krim. Kakinya melangkah masuk ke kedai es krim dan memesan es krim favoritnya, Matcha.
Setelahnya, ia keluar sambil memakan es krimnya dengan lahap. Jika dipikir-pikir sudah lama ia tidak membeli es krim matcha ini, karena memang dirinya yang malas jadi hanya membeli es krim mang Asep. Tapi, menurutnya es krim mang Asep tidak kalah jauh dengan es krim kedai-kedai seperti ini.
"Alika!"
Alika menoleh saat mendengar teman-temannya memanggil, "Kalian kenapa ninggalin gue gitu aja, sih?!" sewot Alika
Angel memutar bola matanya malas, "Heh! lo asik-asikan ngobrol, kita nunggunya bosen!" ucap Angel tak kalah sewot.
"Iya bener tuh! emang tadi lo ngobrol sama siapa, sih?" tanya Chika penasaran
"Kalian gak tau yang tadi ngobrol sama gue siapa?" sungut Alika dengan matanya yang membulat
Keduanya menggeleng membuat Alika berdecak kesal, "Dia itu calon mertua gue!"
Mereka sama-sama membulatkan matanya, "WHAT?!" teriak mereka bersamaan
Alika melihat sekelilingnya yang menatap mereka dengan tatapan penuh selidik.
"Kalian bisa gak sih gak usah teriak?" gumam Alika tapi dengan tatapan tajam kepada keduanya, "liat sekeliling kalian, mereka liatin kita!"
Chika dan Angel mengalihkan atensinya, dan benar saja orang-orang yang berada disana masih menatap mereka. Lalu Alika menarik keduanya keluar dari mall.
Saat ini mereka bertiga berada di dalam mobil Alika, yap mereka berangkat ke mall menggunakan mobil Alika.
"Alika, lo serius yang tadi lo omongin?" tanya Chika memastikan
Angel yang duduk di belakang lantas sedikit memajukan badannya agar lebih jelas mendengar obrolan serius ini. Sama halnya dengan Chika, gadis itu duduk menyamping menghadap Alika sepenuhnya.
Tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan Alika menjawab dengan santai, "Iya, calon mertua gue,"
"Lo di jodohin apa gimana, sih?"
Alika terkekeh, "Dia, bundanya Alfie," mendengar penuturan Alika, Angel dan Chika kembali seperti posisi semula dengan decakan kesalnya, "emang salah gue ngomong kalo bunda Elina calon mertua gue? enggak kan?" lanjutnya
Chika menjitak kepala Alika, "Enggak salah, tapi ekspetasi lo yang salah!"
Alika mengerucutkan bibirnya kesal, "Salah kalo gue berharap, Chik, Ngel?" sahutnya dengan menatap Chika dan Angel sekilas
Angel menghela napas, ia sudah tahu kemana nanti ujungnya topik pembicaraan kali ini.
"Berharap itu wajar, Ka, tapi jangan berlebihan."
***
"Assalamualaikum, Alika pulang!"
"Teh Alika!" teriak seorang balita laki-laki yang berlari menghampiri Alika
Alika mensejajarkan tingginya dengan bocah itu saat sudah di hadapannya. Lalu tangannya merentang meminta agar bocah itu masuk ke dalam pelukannya.
"Kangen banget sama Vano!"
"Vano juga kangen sama teteh Alika!"
Alika gemas kepada sepupunya satu ini, Vano merupakan anak dari Hilda, adik ayahnya. Hilda menikah dengan Andre dan memiliki dua anak, yang pertama seumuran dengannya namanya Jihan dan yang kedua adalah Vano. Jika dibandingkan dengan Jihan, ia lebih dekat dengan Vano. Walaupun seumuran dengannya tapi entah mengapa Jihan dan Alika memang tidak se-frekuensi.
Di tempat yang berbeda, Alfie sedang berbincang dengan orangtuanya lewat video call, karena lelaki itu masih berada di Bandung. Alfie merupakan anak satu-satunya dari keluarga Alexander. Mereka sangat sulit untuk bisa mendapatkan Alfie, Ferry dan Elina sudah melakukan segala cara agar bisa cepat memiliki keturunan tapi Tuhan berkehendak lain, tapi karena keajaiban Tuhan juga setelah mereka mengadopsi anak yang berada di panti asuhan akhirnya Elina mengandung. Jika kalian bertanya kemana anak yang diadopsi mereka? jawabannya adalah dia sudah diambil alih oleh orangtua kandungnya.
"Oh iya, bunda lupa," ujar Elina di seberang sana
"Kenapa, Bun?" tanya Alfie dengan mulut yang penuh dengan makanan, lelaki itu kebetulan sedang break.
"Tadi bunda ketemu fans kamu itu, lho!" seru Elina
"Fans yang mana, Bunda? fans Alfie banyak, soalnya!"
"Sombong ya, anak Ayah!" sahut Ferry, ayahnya. Yang tiba-tiba muncul di layar ponselnya. Alfie membalas dengan tawa ringannya
"Itu yang kasih kamu rainbow cake!"
Lantas Alfie membulatkan matanya kaget, hampir saja ia tersedak jika tidak buru-buru meminum airnya.
"Alika maksud Bunda?!" tebaknya
Elina menjetikan jarinya, "Right! dia juga titip salam ke kamu sama ke ayah,"
"Siapa, Bun?" tanya Ferry bingung, pasalnya ia baru mendengar cerita tentang fans putranya yang memberikan rainbow cake.
Baru Elina akan menjawab pertanyaan Ferry, Alfie sudah mendahuluinya dengan pertanyaan, "Bunda serius dia titip salam ke Alfie?"
Elina mengangguk tegas meyakinkan putranya, "Bunda suka sama dia, Fie, cari pacar yang kayak dia tuh!"
***