Selesai sholat maghrib, Fatih dan Yola bersama-sama pergi ke sebuah mall untuk membeli beberapa kebutuhan untuk dirumah.
Dengan santai Fatih mendorong troli belanjaan bersama Yola disampingnya yang sedang mengambil beberapa barang keperluan ruamah.
"Yol, kamu sadar ga sih dari tadi kita diikuti orang."
"Sadarlah, tapi biarin aja, kita msih ditempat keramaian kayak gini, aku yakin mereka tak berani berbuat macam-macam pada kita." Kata Yola sambil melihat barang yang hendak di beli.
"Iya kamu benar, tapi gimana kalau nanti mereka terus mengikuti kita sampai kita pulang ke rumah?"
"Ya kita berbelok arah saja, jangan sampai mereka tahu kita tinggal dimana." Jawab yola.
"tapi kita juga belum tahu mereka siapa?" Kata Fahri sambil ikut meneliti barang-barang yang hendak mereka beli.
"Kamu takut?" Tanya Yola.
"Aku takut mereka mencelakaimu." Jawab Fatih tanpa menatap Yola.
"Kau bisa menjagaku."
"Semoga saja, lihat dong badan mereka gede-gede banget, kepalan tinju kita ga seberapanya dengan kepalan tangan mereka, Yol." Kata fatih yang membuat Yola tertawa cekikian.
"Iya kamu benar, gimana kita mau melawan kalau badan mereka aja segede gajah, nah kita deh kayak semut dimata mereka." Ucap Yola lalu tertawa kecil.
"Nah itu maksudku."
"Ya semoga saja Allah selalu melindungi kita, Amiin."
"Amiin."
Kedua pria berbadan tegap bersandar di pagar Mall lantai dua, mata mereka nyalang menatap dua anak manusia yang menjadi targetnya.
"Bos, kami sudah menemukan anak itu, tapi dia bersama seorang gadis." Ucap Seorang laki-laki bertubuh besar itu.
"Eksekusi kedua-duanya." Jawab sang bos diseberang telpon.
"Baik, bos." Jawab laki-laki bertubuh besar tadi.
Disisi lain, anak buah Martin mendeteksi bahaya menyelingkupi Yola dan Fatih dengan segera Ia menelpon Martin untuk menindak lanjuti hal tersebut.
"Malam, Bos."
"Malam."
"Ada bahaya yang mengincar Nona Yolanda dan Fatih, Bos."
"Apa?"
"Ada yang mengikuti mereka, dan saya cukup tahu siapa mereka itu?"
"Siapa mereka?"
"Mereka anak buah Zeklyn dari negara C."
"Bagaimana Yola bisa berurusan dengan mereka?"
"sepertinya yang menjadi target utamanya bukan nona Yola, tapi Fatih, namun karena mereka sedamg berjalan bersama, maka kini nona Yola juga menjadi target mereka."
"Awasi mereka, dan jaga mereka jangan sampai terjadi apa-apa pada mereka berdua."
"Baik, bos."
"Kirimkan lokasimu, aku akan segera kesana."
"baik."
Martin menutup telpon nya lalu menerima lokasi yang dikirimkan oleh anak buahnya, dengan segera Ia mengenakan jaket dan mengambil kunci mobilnya.
Martin berlari menyusuri tangga rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Yola, lalu segera menaiki mobil sport miliknya yang terparkir di halaman.
Mobil yang dikendarai Martin melaju dengan kecepatan tinggi, dalam pikirannya hanya satu 'menyelamatkan Yola', entah apa yang membuat Martin bisa segila ini pada Yola, entahlah, Martin hanya mengikuti kata hatinya saja.
Yola dan Fatih berdiri didepan kasir untuk membayar belanjaan mereka, setelah itu mereka keluar dari mall dan menuju ke parkiran mobil di lantai basement.
Saat Fatih akan menyebrang untuk mengambil mobil, tiba-tiba ada sebuah mobil yang hendak menabraknya, dengan langkah cepat Yola lalu mendorong Fatih sekeras-kerasnya hingga mereka berdua terjatuh ke lantai basemant, namun ternyata letak Yola sangat dekat dengan mobil yang akan menambrak Fatih alhasil Yola ditarik paksa masuk ke dalam mobil itu.
"Yola!" Teriak Fatih, dan saat itu juga Martin berhenti di samping Fatih dengan mobilnya.
"Masuk." Perintah Martin.
Fahri dengan cepat melompat ke dalam mobil setelah melihat jika yang menyuruhnya masuk adalah Martin, tetangga sebelah rumahnya dan sekaligus dosen Yola.
Sopir Yola dan Fatih yang sedang membawa belanjaan dan melihat kejadian itu langsung masuk kedalam mobil dan menyusul mobil Martin.
"Suruh sopirmu untuk kembali ke rumah." Perintah Martin pada Fatih, lalu Fatih menoleh ke belakang ternyata sopirnya mengikuti mereka, lalu segera fatih mengirim pesan pada sopirnya untuk tidak mengikuti mereka. Dan terlihat jika sang sopir membelokkan mobilnya menuju ke rumah mereka.
"Kemana mereka akan membawa mereka, Mr. Martin?"
"saya tidak tahu." Jawab Martin dengan tetap berkonsentrasi pada mobil yang membawa Yola.
Lalu tiba-tiba terdengar suara tembakan yang tertuju pada mobil mereka. Dengan cepat Martin mengeluarkan pistol yang ada di dalam dashboard mobil. Sungguh Fatih tak percaya jika sang dosen memiliki senjata api.
Martin segera menembak balik mobil yang membawa Yola, sedang kan anak buah Martin telah berpencar dari berbagai sisi untuk mengejar dan menghentikan mobil yang membawa Yola tersebut.
DOR
DOR
DOR
Berulang kali tembakan bertubi-tubi datang ke arah mereka, dan dengan cepat pula Martin membalas tembakan itu. Lalu setelah mendapatkan posisi yang tepat, Martin menembak ban belakang mobil yang membawa Yola tersebut sehingga menyebabkan mobil itu tergelincir dan terbalik disisi jalan.
Martin Fatih segera keluar dari mobil begitu juga dengan anak buah Martin yang langsung menodongkan pistol pada para penculik. Hingga terdengar beberapa kali tembakan karena penculik itu berusaha melawan namun akhirnya mati ditangan para anak buah Martin.
Martin lalu menarik tubuh Yola yang tergolek tak berdaya di dalam mobil, tapi Fatih memegang pundak Martin.
"Biar aku yang mengeluarkan Yola, dia tak suka disentuh oleh laki-laki lain selian keluarganya." Ucap Fatuh sesopan mungkin.
Martin mengangguk lalu menyingkir dari samping mobil dan membiarkan Fatih menarik tubuh Yola lalu mengendongnya menuju ke mobil Martin yang sudah terbuka.
Fatih mendudukkan Yola dipangkuannya sambil terus memanggil nama Yola, namun Yola tak juga sadar.
"Sepertinya dia hanya Shok, kita bawa pulang saja." Ucap Martin, lalu Fatih mengangguk.
Martin menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah mereka, hingga tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah dengan Emma yang menunggu dengan khawatir di depan rumah.
Emma tersenyum saat melihat ada mobil masuk ke halaman dan terlihat jika didalamnya ada kedua majikannya.
"kenapa dengan nona Yola?" Tanya Emma dengan berurai air mata.
"Emma tolong telpon dokter segera." Perintah Fatih yang sedang berjalan cepat sambil mengendong Yola ke kamarnya di lantai dua diikuti oleh Martin dibelakangnya.
Martin mengamati seluruh ruangan kamar Yola yang terdapat banyak foto Yola bersama Abdul, membuat dadanya terasa sesak, namun Ia mengacuhkannya dan membantu Fatih untuk merapikan bantal Yola.
"Terimakasih, Mr. Martin." Kata Fatih tulus, Martin hanya mengangguk namun tetap diam, dan tak lama dokter keluarga Yola datang untuk memeriksa kondisi Yola.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Martin.
"Oh, ada anda juga rupanya Mr. Martin." Ucap sang dokter.
"Ya, saya tetangga samping rumah."
"Anda pindah kemari ya?" Tanya dokter lalu dijawab anggukan oleh Martin.
"Nona Yola hanya shok saja, dan hanya sedikit memar di pelipis, tangan dan dikaki, itu akan segera sembuh." Ucap sang dokter yang membuat Fatih serta Martin bernafas lega.
"Kalau begitu saya permisi dulu, hubungi saya jika ada keluhan lain setelah Nona Yola bangun."
"Baik dokter, terimakasih.
Dokter itu melangkah pergi bersama dengan Emma, sedangkan Martin hanya berdiri disamping ranjang dengan tatapan mata yang tertuju pada Yola.
"Kenapa tidak dibuka kerudungnya?" Tanya Martin.
"Maaf, Mr, tapi anda bukan muhrimnya, maka dosa bagi perempuan untuk memperlihatkan auratnya pada laki-laki yang bukan muhrimnya." Ucap Fatih.
"Muhrim itu apa?"
"Saudara sedarah atau suaminya.
"Suami?"
"Ya."