Di sela-sela obrolannya terdengar suara mesin mobil berhenti tepat di depan kosan mereka. Lalu tidak lama Devi datang dengan di temani sang kakak (Abram).
Setelah kedatangan Devi dan Abram, mereka berempat seolah mengadakan meeting dadakan. Devi terlihat sangat antusias untuk segera membuat Ayla bercerai dengan laki-laki brengsek itu.
"Kalau itu keputusan kamu Ay, aku pasti akan mendukungnya," ucap Abram memberi semangat setelah Ayla memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan meminta ijin padanya berhenti bekerja di restoran.
"Iya kak, makasih sudah mengijinkan aku untuk pergi ke Jakarta, aku janji setelah masalah ini selesai, aku akan kembali bekerja di restoran tempat kakak," ucap Ayla.
"Iya santai saja, selesaikan dulu masalahmu, setelah selesai, kita bisa bertemu dalam kondisi yang lebih baik dari pada ini," ucap Abram.
"Iya kak, makasih atas dukungan kakak dan juga kamu Dev," ucap Ayla kemudian menggenggam tangan Devi.
"Kamu jangan putus asa Ay, dan soal gugatan cerai kamu nanti, aku akan membantumu, yang penting sekarang selesaikan dulu permasalahan kamu dengan N.H group yang mengirimkan uang tanpa sepengetahuan kamu itu," ucap Devi.
"Iya Dev, aku akan mencari tahu tentang itu."
Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya di putuskan jika Ayla akan ikut dengan Ferdy ke Jakarta. Sebagai sahabat yang baik Devi mendukung apapun yang jadi keputusan Ayla saat ini.
Walaupun Abram tidak rela melepas Ayla untuk pergi ke Jakarta, namun demi kebaikannya, Abram pun ikut mendukung keputusan Ayla tersebut.
"Ay, kalau kamu mau masuk ke dalam perusahaan itu, aku ada kenalan orang dalam," celetuk Abram.
Mendengar ucapan Abram, Ayla, Devi dan juga Ferdy saling pandang dan akhirnya melihat ke arah Abram. "Kenapa kakak tidak bilang dari tadi?" Ucap Devi.
Abram hanya terkekeh lalu kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tadi awalnya kakak berpikir jika Ayla tidak akan sampai masuk ke perusahaan itu Dek," ucap Abram membela diri. "Dia hanya akan mengembalikan uang itu dan menyerahkan surat gugatan cerainya."
"Belum sampai di kembalikan uangnya, mungkin aku udah di usir kali kak." Ucap Ayla sambil tertunduk lesu. "Lagian aku juga akan meminta penjelasan laki-laki itu kak, kenapa dia ngirim uang padaku? Untuk apa uang itu?"
Ferdy yang sekilas melihat kesedihan di wajah sang kakak, tidak berani untuk bertanya lebih banyak lagi. Ferdy merangkulkan tangannya di pundak sang kakak.
"Tenang kak, di sana ada aku, siapapun yang berani ngejahatin kakak, akan berurusan denganku," ucap Ferdy sambil tersenyum.
Mendengar ucapan sang adik, senyum manis mengembang dari bibir Ayla. "Makasih dek, kamu memang adikku yang paling baik sedunia," puji Ayla.
"Sudah, sudah, gak usah melo gitu, nanti aku tanyakan ke temanku, supaya dia carikan posisi di perusahaan N.H," ucap Abram. "Tapi aku gak janji posisinya bagus apa gak nanti di sana, mengingat banyak yang ingin masuk dan bekerja di N.H group," Lanjut Abram.
"Apapun pekerjaannya aku mau kak, asal bisa bekerja di perusahaan itu," jawab Ayla bersemangat. "Tujuanku bukan pekerjaannya kak, tapi bisa bertemu lelaki itu,"
"Iya, baiklah, besok secepatnya aku kabarin, Ay," jawab Abram.
Terlihat Ayla bahagia mendengar ucapan Abram. "Makasih kak Abram, kakak baik banget sama aku selama ini," ucap Ayla.
Abram dan Devi ikutan tersenyum melihat hal itu. Abram hanya mengangguk sebagai jawaban atas ucapan terimakasih dari Ayla.
'Semoga masalahmu cepat selesai Ay, setelah itu aku akan melamarmu untuk jadi istriku,' batin Abram. 'Aku tidak peduli apapun statusmu, yang aku tahu aku ingin membahagiakanmu, Ay.'
Mereka berempat ngobrol sampai lupa waktu, bahkan Abram dan Devi keluar dari kosan Ayla sudah lewat tengah malam.
Obrolan panjang lebar itu pun membuahkan hasil yang menurut mereka adalah keputusan yang tepat. Yaitu Ayla akan pergi ke Jakarta bersama dengan Ferdy. Kemudian melamar pekerjaan di N.H group, supaya bisa bertemu dengan Wibbi Nugraha sang pemilik perusahaan.
*******************
Hari ini adalah hari dimana Ayla dan Ferdy memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Walaupun berat bagi Ayla meninggalkan pekerjaan dan juga kota Surabaya yang selama beberapa bulan ini menjadi tempat untuknya bernaung.
Tapi masalahnya dengan Wibbi Nugraha harus segera di selesaikan. Apalagi Ayla sudah lama mencari informasi tentang siapa suaminya yang meninggalkannya di hari pernikahan setelah acara ijab qobul.
Setelah semua di dapatkan, Ayla tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Bagi Ayla perceraian adalah hal yang paling di inginkannya saat ini. Dari pada berstatus istri tapi tidak tahu yang mana suaminya.
Perjalanan ke Jakarta tidak memakan waktu lama, kini Ayla dan Ferdy sudah sampai di ibu kota. Tanpa sepengetahuan mereka ternyata Abram sudah menyiapkan semuanya.
Mulai dari ada yang menjemput mereka di Bandara sampai tempat tinggal juga telah di siapkan oleh Abram. Sungguh kebaikan Abram membuat Ayla merasa sangat beruntung.
"Kenapa bukan kak Abram aja yang jadi kakak iparku? Kalau sampai kak Abram melamar kakak, aku orang pertama yang akan menyetujuinya," ucap Ferdy ketika baru saja sampai di depan sebuah rumah sederhana yang telah di siapkan oleh Abram.
Senyuman tulus terlihat jelas di wajah Ferdy saat mengatakannya. Mendengar ucapan sang adik, Ayla melotot kan matanya. "Hust, ngaco kamu dek, udah di bantu sejauh ini aja kakak udah berterimakasih sama kak Abram, jangan ngelunjak dengan minta dia jadi kakak ipar kamu, dasar tidak sopan," ucap Ayla.
Ferdy hanya tergelak tawanya mendengar ucapan Ayla. "Kakak peka dikit dong kak, aku aja tahu kalau kak Abram itu suka sama kakak, makanya sampai sejauh ini kak Abram mau bantuin kakak," ucap Ferdy sambil membuka kunci pintu yang tadi di berikan oleh sopir yang mengantarkan mereka.
Ayla tertegun mendengar ucapan Ferdy. Benarkah jika Abram menyukainya? Tapi dulu Abram bilang hanya menganggap dirinya sebagai adik. "Ah tidak mungkin, itu hanya pandai pandainya Ferdy saja," gumam Ayla sambil menggelengkan kepalanya.
Tak lama Ayla pun berjalan masuk ke dalam rumah baru yang sudah di sediakan oleh Abram untuknya dan juga Ferdy.
Rumah sederhana itu terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur, ruang makan, dan juga ruang bersantai.
Kejutan berikutnya adalah jika rumah itu telah lengkap dengan isinya, meja kursi, bahkan isi kulkas telah lengkap semua.
'Kak Abram ternyata telah menyiapkan semuanya, beruntung banget ada kak Abram yang selalu membantuku dan juga Ferdy,' batin Ayla sambil tersenyum.
Karena capek seharian, Ayla memutuskan untuk mandi dan di lanjut tidur. Sedangkan Ferdy lebih memilih untuk menyiapkan bekal apa saja untuk besok dirinya mulai magang.
Harapan Ayla adalah semoga besok semua berjalan lancar seperti yang ia dan Ferdy harapkan. Memikirkan jika ia akan segera berpisah dengan lelaki brengsek yang telah membuat masa depannya tak jelas, hati Ayla merasa sangat senang. Bahkan Ayla seakan tak sabar menantikan hari itu tiba, hari dimana ia bisa kembali ke kehidupannya yang dulu sebelum menikah dengan lelaki itu.
Bersambung ...