Malam ini adalah malam terindah untuk Viona. Seharian penuh ia menghias rumahnya untuk menyambut kedatangan Miko dan keluarganya. Bagaimana tidak, pria yang beberapa hari menolongnya dari maut telah membuatnya semakin jatuh cinta.
Hari ini Miko memang masuk sekolah. Tapi ia hanya menghabiskan waktunya dengan melamun dan berdiam diri. Pikirannya kacau, ia ingin segera bergegas pulang dan pergi ke rumah sakit menemani Kania.
Tiba-tiba Diego dan komplotannya datang memasuki ruang kelas Miko. Satria, Revan, dan Sendy sudah berjaga-jaga. Biasanya jika Diego dan komplotannya datang ke kelas-kelas lain mereka akan membuat onar. Tapi sepertinya tidak dengan sekarang. Diego mendatangi Miko yang saat itu sedang duduk melamun di bangkunya.
"Miko!! Hai Miko!!" panggil Diego.
Miko menatap Diego dengan tajam.
"Ngapain lu kesini??" tanya Miko.
"Gue cuma mau balikin ponsel Kania. Gue ke kelasnya ternyata Kania nggak masuk. Begitupun dengan Willy" papar Diego.
"Apa?? Willy juga nggak masuk??" tanya Miko.
Tanpa mengulur waktu Miko meraih ponsel Kania, mengambil tasnya dan berlari keluar kelas.
"Miko. Mik... lu mau kemana??" panggil teman-temannya. Tapi Miko tetap saja berlari tanpa menghiraukan mereka.
Miko berlari ke parkir mobil dan segera pergi dari sekolah. Beberapa satpam sudah menghadangnya. Akan tetapi saat mereka tau kalau itu Miko, mereka membiarkan Miko pergi. Bagaimana tidak. Orang tua Miko merupakan salah satu penyumbang dana terbesar untuk yayasan sekolahnya. Karena itu mereka yang terlahir sebagai anak orang kaya sangat beruntung dapat sekolah di International Hight School itu.
Miko melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak rela jika Willy yang menemani Kania. Ia pergi ke sekolah karena permintaan Kania. Tapi ternyata Willy tidak masuk sekolah. Miko tidak terima akan hal ini.
Sesampainya dirumah sakit Miko segera berlari ke ruang dimana Kania dirawat. Miko begitu terkejut saat melihat ruangan itu kosong.
"Suster, kemana pasien yang ada disini??" tanya Miko kepada suster yang kebetulan lewat.
"Maaf, pasien sudah pulang satu jam yang lalu!!" jawab suster.
"Apa? Pulang?? dengan kondisi Kania yang masih lemah??" tanya Miko lagi.
"Iya, keluarganya meminta paksa!!" jawab suster.
"Baiklah kalo gitu. Makasih!" kata Miko dan segera berlalu.
'Ada apa sebenarnya? Kenapa mereka tiba-tiba pergi??'
Miko berkali-kali menelfon Willy tapi tidak ada jawaban. Miko pun menancap gasnya dan pergi kerumah Kania. Akan tetapi dia tak menemukan Kania disana. Satpam bilang, Kania dan Delon sedang berlibur. Miko pun akhirnya terpaksa pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah, ia melihat mobil mamanya masih terparkir di bagasi.
'Mama masih di rumah??'
Ia segera berlari menuju kamarnya. Dan terkejut saat melihat mamanya sedang tertidur lelap di ranjangnya. Miko duduk di sofa kecilnya melepas sepatu dan jaketnya. Ia menyandarkan kepalanya di sofa itu. Ia merasa lelah mencari Kania, akan tetapi tak membuahkan hasil. Kania tetap tidak di temukan.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Dari Willy.
"{Dimana Kania sekarang??}"
"{Gue sharelok tempatnya}"
Miko menutup ponselnya. Ternyata Evelyn sudah terbangun dan mendengarkan semua percakapan Miko di ponsel.
Miko segera meraih jaketnya kembali dan bergegas akan pergi.
"Mau kemana kamu??"
Seketika langkah Miko terhenti, saat mamanya bertanya.
"Apa ini??" kata Evelyn sembari mengangkat kertas kwitansi rumah sakit milik Viona.
Miko hanya menundukkan kepalanya. Tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Hari ini jangan pergi kemana-mana. Kita akan datang ke alamat yang tertera di kartu nama ini!!!" kata Evelyn dan kemudian berlalu dari kamar Miko.
Miko melempar jaketnya ke ranjang tidurnya. Ia membanting tubuhnya ke kasur itu dan menghembuskan nafas panjangnya.
'Kania....'
Sampai akhirnya matanya mulai terpejam.
....
Wildane melajukan mobilnya melewati jalan yang berkelok-kelok. Untuk masalah menyetir mobil, Wildane dan Willy sangatlah ahli. Hal ini karena mereka telah dilatih oleh ayahnya. Untuk menjadi seorang pengawal pribadi keluarga Wijaya, haruslah pandai membawa mobil. Begitu pesan ayahnya.
Kania masih terasa lemas, ia bersandar di kursi belakang. Sedangkan disebelahnya adalah Willy. Delon memilih duduk di depan di sebelah Wildane. Tak satu katapun terlontar dari bibir Kania. Ia belum sepenuhnya ingat siapa pria yang ada di sebelahnya. Tiba-tiba Wildane menginjam rem dengan mendadak karena ada gembala domba yang lewat di depan mobilnya. Kania terpental. Dengan reflek Willy memeluk Kania dan memegangi kepala Kania dengan telapak tangannya. Ia takut kepala Kania terbentur kaca mobil.
"Sial!!!" kata Wildane kesal.
"Ingat Wildane. Kita sudah masuk wilayah pedesaan. Jadi kurangi kecepatanmu!!!" perintah Delon.
Kania menatap Willy, tiba-tiba terbersit dalam benaknya saat Willy memakaikan jaket di tubuhnya, memeluknya dan kemudian membopongnya.
"Awww..." teriak Kania.
"Kania, kamu kenapa?? Kepalamu sakit lagi??" tanya Willy khawatir.
"Sabar Kania. Sebentar lagi kita sampai!!" kata Delon.
Kania hanya mengangguk. Willy merasa tidak tega melihat Kania yang masih sangat lemas. Ia memberanikan diri meraih kepala Kania dan menyandarkannya di dadanya. Meskipun ia tau Kania tak begitu mengenalnya.
Entah apa yang dirasakan Kania. Ia begitu tenang saat bersandar di dada Willy. Terdengar suara gemuruh detak jantung Willy. Tapi Kania tetap merasa tenang, dan akhirnya matanya pun terpejam.
...
Hari ini Miko memilih memakai kemeja berwarna biru dongker, dengan celana berwarna abu-abu. Tak lupa dengan sepatu pantofelnya. Sedangkan Evelyn dan Angel memilih memakai dress mewahnya untuk berkunjung kerumah Viona.
Hal ini adalah hal yang paling menjengkelkan untuk Miko. Dengan berat hati ia terpaksa menuruti apa kata mamanya. Miko paham kemarahan mamanya adalah karena pembayaran biaya rumah sakit yang tidak sedikit itu. Mamanya pasti akan marah jika Miko terlalu banyak mengeluarkan uang untuk hal yang tidak penting. Apalagi jika untuk orang yang tidak di kenal oleh mamanya.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah Viona. Alangkah terkejutnya Evelyn saat melihat rumah Viona ternyata begitu besar. Bahkan lebih besar dari rumahnya. Hal ini membuat Evelyn memasang wajah sumringahnya. Beberapa asisten rumah tangga mengantar mereka ke sebuah ruangan megah yang terletak di lantai dua. Sebuah meja besar dan mewah terpampang di ruangan itu. Begitupun dengan berbagai masakan dan hidangan sudah tertata rapi diatasnya.
"Selamat malam semuanya. Mari silahkan duduk!!" sapa Leo papa Viona.
"Terimakasih sudah mengundang kami!!" jawab Evelyn sembari tersenyum. Dan alangkah terkejutnya Evelyn yang ternyata mengenali Leo.
"Evelyn itu kamu kan??"
"Benar. Leo kan??"
"Hahahaha....ternyata dunia begitu sempit. Akhirnya kita bisa bertemu lagi"
Mereka semua tercengang saat melihat ternyata Leo mengenali Evelyn.
"Pak Leo ini teman sekelas mama waktu SMA. Senang sekali akhirnya bisa bertemu kembali" papar Evelyn kepada Miko dan Angel.
Viona merasa sangat senang saat ternyata papanya mengenal baik keluarga Miko. Hal ini menguntungkan baginya, karena Viona tidak perlu lagi bersusah payah mengenalkan pria yang dia sukai kepada keluarganya.