Bayi lelaki dengan berwajah imut, lucu, dan menggemaskan dengan rambutnya yang berwarna pirang, tengah tertidur dengan pulas dalam pangkuan kakaknya. Si kecil Louis tertidur dengan begitu nyenyaknya dalam pangkuan Athena.
"Louis sama seperti ayahnya. Dia terlihat tampan dan rupawan," ungkap Simone.
Satu minggu pasca melahirkan Louis. Kanselir Leopold dan Elizabeth Malherbe menyerahkan Louis untuk diasuh oleh Simone yang kini tinggal di rumah masa kecilnya Elizabeth Malherbe.
Sebenarnya Nyonya Kanselir ingin Simone tinggal di sini bersama dengan Kanselir Leopold. Hanya saja Simone merasa tidak enak dan tidak ingin terjadinya sebuah skandal, mengingat dirinya adalah seorang lesbian, dan Prussia memiliki aturan yang keras terhadap kaum pelangi.
Di rumah yang berukuran cukup besar, berarsitektur Perancis masa abad pertengahan dengan halamannya yang luas, dan ditumbuhi pohon jeruk. Simone tinggal bersama dengan Athena, Louis, dan juga Charla. Walaupun Louis adalah anak tirinya, namun Simone memperlakukannya layaknya anak sendiri.
Simone menaruh tubuh kecil Louis di atas ranjangnya. Dia memberikan ciuman singkat untuknya.
"Tidur yang nyenyak, buah hatiku."
Walaupun Athena sudah dewasa. Entah kenapa dia merasa begitu iri dengan perlakuan spesial ibu kandungnya terhadap adik tirinya. Mengingat sejak lahir, Athena hidup diasuh oleh Puteri Juliana, dan Stadtholder Nikolaus. Athena tidak pernah merasakan kasih sayang ibu kandungnya dan dia baru merasakannya saat-saat ini saja.
Walaupun Athena memasang wajah datar, Simone tahu bahwa anak kandungnya sedang cemburu. Itu terdengar dari hembusan nafasnya yang terdengar terburu-buru.
Simone menyeringai lebar dengan wajahnya yang memerah. Dia mendekati Athena, dengan wajahnya yang saling berhadapan dengan anak kandungnya. Athena begitu terkejut melihat wajah ibunya yang tepat berada di hadapannya. Simone memegang pundak Athena dan memberikan ciuman singkat pada pipi bagian kanan Athena.
"Bagaimana, apakah kau senang? Sepertinya kau cemburu melihat perlakuan istimewaku pada adikmu sendiri."
"Mana mungkin aku iri dengan adikku sendiri. Aku sudah dewasa," balas Athena dengan wajah yang memerah, dan suara yang dingin.
Simone menempelkan jari telunjungnya pada bibir Athena, "Ssstttt. Jangan keras-keras, nanti Louis bangun." Simone melirik anak tirinya yang masih tertidur pulas. Setelah itu dia memeluk erat tubuh Athena. Athena hanya diam mematung dipeluk oleh ibu kandungnya.
"Aku memang bukanlah perempuan yang baik. Aku juga bukanlah ibu yang baik. Sekali lagi, aku benar-benar ingin meminta maaf kepadamu, anakku. Gara-gara keegoisanku, sehingga membuatmu tidak bisa merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu. "
Suara isak tangis terdengar samar-samar, di mana air mata mulai membasahi kedua mata birunya Simone.
"Tenanglah, ibu. Aku baik-baik saja dan tidak cemburu. Aku senang kau mau tinggal di sini bersamaku, Louis dan juga Charla. Setidaknya kita sudah hidup sebagai keluarga dan tidak lagi ada yang sendirian apalagi kesepian. Aku juga bersyukur memiliki ibu yang kuat seperti dirimu."
"Terima kasih banyak, anakku," kata Simone tersenyum bahagia dengan wajah yang berlinang air mata.
.
.
Berbagai macam makanan khas Afrika bagian selatan tersaji di meja makan tersebut. Ada bobotie yang merupakan makanan ciri khas Pemukim Asia di Afrika bagian selatan, puding malva yang merupakan makanan khas Pemukim Belanda, dan juga kari Cape Malay, yang merupakan makanan khas Pemukim etnis Melayu dari Asia Tenggara.
"Makanan ini adalah identitas kita sebagai seorang Huguenot, sekaligus Belanda, dan juga Afrikaner," ungkap Charla seraya menyajikan makanan yang telah dia buat bersama Athena.
"Aku kira kau tidak bisa memasak, Puteri Malherbe," kata Simone tersenyum lebar. Simone segera mengambil sendoknya dan memakan sesendok puding malva. "Aku sangat suka puding malva dan puding malva buatanmu merupakan yang terenak yang pernah aku makan."
"Masakan buatan Charla sama enaknya dengan buatan Charlemagne," kata Athena yang tengah memakan kari Cape Malay.
"Tentu sajalah," balas Charla dengan sangat percaya diri.
Ketiga perempuan berdarah Belanda itu tengah menikmati berbagai hidangan lezat yang tersaji di meja. Aroma rempah yang berpadu dengan harumnya gula yang manis membuat suasana terasa semakin nikmat dan khidmat.
"Besok aku akan berangkat ke Planet Ayg," kata Athena setelah menghabiskan makanannya. "Charla, aku titip ibu, dan Louis."
[Ayg, Dewi Senja dalam Mitologi Armenia.]
"Hati-hati di sana, anakku," balas Simone. "Dan kembalilah dengan selamat. Kami di sini akan selalu mendoakanmu."
Charla mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar, "Siap, adikku."
"Bagaimana denganmu, Charla?" tanya Simone menatap anak tirinya yang duduk di depannya.
"Hari ini aku libur dan aku besok dapat shift siang. Jadi kemungkinan besok aku pulang sekitar jam sebelas malam," jawab Charla yang bekerja sebagai seorang Teknisi Profesional di sebuah Perusahaan Elektronik.
Charla berjalan menghampiri Louis yang tengah tertidur di ranjangnya. Dia kemudian menggendongnya dan membelai adik bayinya dengan penuh kasih sayang. "Ah, setiap melihatmu yang tidur nyenyak, segala macam rasa lelah pada diriku sirna. Wajah damaimu membawa kenyamanan."
.
.
Di Planet Ayg, Perang telah berkecamuk selama tiga tahun di Benua Eumobas antara Labia, Mignia yang didukung oleh Prussia, Belarusia, Russia, Armenia, Azerbaijan, dan Mongolia, melawan Anvilesy, Murostia, Pydros, Aris, Montria, dan Nancray, yang didukung oleh Inggris, Polandia, Portugal, Hesse, Spanyol, Amerika Utara, Bavaria, Swabia, dan Turki.
Perang terjadi dikarenakan terjatuhnya pesawat kenegaraan Persemakmuran Anvisely yang menewaskan Raja, Ratu, dan beberapa Pejabatnya.
Sebuah Tactical Surface Fighter (TSF) setinggi dua puluh satu meter tujuh puluh centimeter berwarna hitam tengah bersiaga di atas sebuah bukit yang berwana hitam. Dari dalam kokpit TSF yang Theodore piloti. Dia menatap iring-iringan Tank M48 Patton yang berwarna hijau milik Tentara gabungan Anvilesy, Murostia, Pydros, Aris, Montria, Nancray, dan Amerika Utara. Tank-tank tersebut berjalan melintasi padang pasir yang pasirnya berwarna hitam legam.
Dari posisinya berada, diperkirakan iring-iringan Tank M48 Patton milik musuh berada dalam radius lima ratus meter. Sementara itu, tiga unit TSF tipe Su-27 Zhuravlik berwarna gelap, tengah bersembunyi dibalik bebatuan yang akan dilintasi oleh rombongan kendaraan musuh.
Theodore menarik pelatuk TSF yang dia piloti dan peluru yang dia tembakkan menghancurkan sebuah tank musuh yang tengah lewat. Serangan mendadak tersebut membuat Tentara musuh menjadi kaget dan barisan mereka berantakan. TSF milik Prussia yang tengah bersembunyi segera melakukan serangan dadakan sehingga Tentara musuh yang kaget segera melakukan perlawanan sebisa mereka. Namun perlawanan mereka sangat sia-sia, mengingat Pilot-pilot Prussia berhasil menghindari serangan-serangan musuh, dan mengancurkan seluruh tank musuh yang berjumlah lima belas unit.
Asap berwarna hitam mengepul cukup tinggi, dan cukup tebal. Tank-tank tipe M48 Patton telah dihancurkan, di mana kru seluruh tank tewas dengan keadaan tubuh mereka yang terbakar.
"Terlihat ringan walaupun cukup menangangkan. Di mana kita harus bersabar, dan berhati-hati juga fokus dalam memusnahkan target kita," kata seorang Lelaki berambut merah dan bermata hijau yang merupakan Pilot salah satu TSF Su-27 Zhuravlik. Dia adalah Theodore Ludwig Hohenstein, seorang Pilot TSF yang juga merupakan kekasih dari Athena. "Semuanya, kita kembali ke pangkalan."
"Baik, Komandan!" balas ketiga Pilot TSF tersebut.
.
.
Gelapnya malam yang dingin dan tidak berbintang, di mana lima unit tank T-90MS yang dicat putih layaknya salju tengah berjalan menembus jalanan yang tertutup salju di sebuah pedesaan di kawasan utara Mignia. Kelima tank tersebut terdiri dari tiga unit tank T-90MS milik Russia, dan dua unit tank milik Prussia, di mana salah satu tank T-90MS milik Prussia dikendarai oleh Athena, Michelle, dan Patricia.
"Perjalanan yang sepi ini terasa begitu menyenangkan," ungkap Patricia yang tengah mengemudikan tank.
"Namun kita harus berhati-hati. Walaupun musuh kurang waspada, mereka tidak boleh diremehkan," balas Athena. "Arah jam dua, dan jam sebelas. Di sana terinstal ATGM. Kebetulan Operatornya sedang meringkuk kedinginan. Sehingga akan mempermudah kita masuk. Michelle, arahkan turret ke jam dua, dan tembak." Athena lalu menghubungi rekan Russia-nya dengan menggunakan telepati. "Aziza Askareva, arahkan turret-mu ke jam sebelas. Di sana terinstal sebuah perangkat ATGM. Tembaklah musuh setelah kami menembak."
"Siap, Letnan Dua Athena," balas Perempuan Russia dari etnis Kazakh yang berparas Mongoloid, dan berambut lurus panjang berwarna cokelat. Aziza memberi perintah kepada kedua rekannya, "Olena. Arahkan turret ke posisi jam sebelas. Lalu setelah tank Letnan Dua Athena selesai menembak, kau tembak target di jam sebelas."
"Baik, Komandan," balas Olena Vadimovna dengan senang hati.
"Tembak," perintah Athena.
Michelle segera melakukan tembakan, di mana tembakan yang dia lakukan berhasil menghancurkan instalasi perangkat ATGM musuh yang ada di sebuah gedung arah jam dua dari posisi tembak.
Tim Aziza segera melakukan tembakan, di mana tembakannya menghancurkan instalasi ATGM musuh yang ada di sebuah gedung dari arah jam sebelas dari posisi tembak.
Sirine berbunyi dengan keras di Kota Orlon. Para Tentara yang tengah bersantai, dan tidur segera berlari dengan cepat untuk mengambil senjata mereka.
Kelima tank T-90MS tersebut berjalan berpencar. Dari belakang kelima tank T-90MS milik Prussia dan Russia. Beberapa mortar menghujani posisi-posisi pasukan gabungan Turki, Anvilesy, dan Bavaria yang menduduki Kota Orlon. Sementara belasan unit kendaraan tempur infantri tipe BMP-3 milik Tentara Mignia dan Tentara Labia bergerak dengan cepat dari arah timur laut dan tenggara. Belasan BMP-3 menembakkan peluru mereka ke beberapa titik di mana Tentara Turki, Anvilesy, dan Bavaria bersembunyi di dalam gedung.
Dari dalam kendaraan tempur infantri tipe BMP-3 Tentara Mignia dan Tentara Labia, keluar masing-masing sembilan Tentara. Puluhan Tentara Mignia dan puluhan Tentara Libia bergerak menyebar seraya menembaki posisi Tentara musuh. Suara tembakan memecah keheningan Kota Orlon yang bersalju.
[ATGM, merupakan kepanjangan dari Anti-Tank Guided Missile alias peluru kendali anti-tank.]
"Jadi, kita maju sebagai pembuka, yah," kata Michelle yang mengomentari kedatangan Tentara Mignia dan Tentara Libia yang dilengkapi dengan kendaraan tempur infantri tipe BMP-3.
"Setidaknya kita bukanlah cannon fodder yang ditumbalkan untuk mati konyol," balas Athena.
Patricia memacu Tank T-90MS yang dia kemudikan dengan cepat memasuki Kota Orlan.
Seorang lelaki yang berada di dalam sebuah rumah, tengah berjalan sambil memanggul satu unit ATGM tipe javelin. Dia berjalan menuju ke arah jendela rumah yang terbuka lebar. Begitu dia mengarahkan javelinnya ke arah tank T-90MS yang dikemudikan oleh Patricia. Tubuh lelaki itu langsung membeku layaknya patung es.
Dari depan satu unit tank M48 Patton berjalan maju sambil menembaki tank T-90MS yang dikemudikan Patricia. Tembakan M48 Patton meleset dan mengenai seorang lelaki bersenjatakan javelin yang tubuhnya membeku.
"Serangan yang membunuh temannya sendiri. Seandainya Athena tidak membekukannya, mungkin kita akan kekurangan 'hitpoint,'" ujar Patricia.
Patricia mengemudikan tanknya secara zigzag hingga mendekati tank M48 Patton milik musuh. Begitu sudah berada di jarak yang dekat, Michelle langsung menembak tank musuh.
Michelle menembakkan pelurunya dan langsung menghancurkan tank M48 Patton milik musuh. Asap hitam membumbung dan api membakar tank dan juga tubuh seluruh Kru tank tersebut. tank T-90MS tersebut segera bergerak maju menuju ke arah selatan.
Lima unit mobil toyota hilux yang bagian belakangnya dilengkapi dengan senjata berat, melaju dengan cepat dari arah barat. Dari lima mobil toyota hilux tersebut, tiga dilengkapi dengan senapan mesin anti udara, dan duanya dilengkapi dengan meriam roket.
Salah satu toyota dilengkapi dengan senapan mesin anti udara. Memberondong tank T-90MS yang beranggotakan Athena, Michelle, dan Patricia. Michelle segera mengarahkan turret tank ke arah salah satu toyota tersebut. Athena mengeluarkan kekuatannya sebagai seorang wizard dengan kemampuan es. Kelima mobil toyota tersebut membeku secara tiba-tiba dan berhenti. Begitupula dengan seluruh Tentara Anvilesy yang ada di Toyota tersebut.
Michelle menembakkan pelurunya dan menghancurkan seluruh Toyota yang berbaris secara rapih dan menghasilkan ledakan yang cukup besar, dengan api yang membara, dan asap hitam yang membumbung tinggi.
"Kalau itu hanya toyota biasa. Api dan asapnya tidak bakalan seperti ini. Kapten dan Michelle memang hebat," puji Patricia.
"Kau juga supir yang hebat, Patricia," balas Athena memuji perempuan berambut lurus panjang berwarna cokelat. "Begitupula dengan Michelle, yang ahli dalam menembak."
Michelle tersenyum lebar ketika mendengar pujian dari Athena.
Cerita dark fantasy yang wajib kalian baca dan koleksi.