Tama berdiri di depan jendela kamarnya matanya menatap keluar dimana hujan sedang turun dengan derasnya, harusnya mala mini menjadi malam yang indah untuk dirinya dan juga Nisa, namun entah mengapa hatinya tak dapat berpaling dari sebuah rasa sedih dan hampa. Wajah cantik yang selama ini menghiasi hari – harinya, kini telah pergi entah kemana. Walau kini berganti sosok perempuan hadir dalam hidupnya namun hal itu dapat menghilangkan sosok yang telah sepuluh tahun bersemayam di hatinya.
"Zarima, maafkan aku." Gumam Tama sambil memejamkan air matanya.
Tama tahu, Zarima pasti telah mendengar kabar pernikahannya terlihat dari sebuah kado besar yang ternyata berisi semua benda – benda kenanganya bersama dengan Zarima.
Tama pun mengetahui jika Zarima ingin mengubur kenangan mereka dengan mengembalikan semua barang yang pernah ia berikan padanya.