Setelah beberapa jam berlalu, Larisa keluar dari dalam salon dan menemui Alex.
"Alex!" panggil Larisa.
Alex pun menoleh kearah Larisa, lalu netranya mendadak terbuai saat melihat Larisa tampil berbeda.
"Larisa?" tukas Alex memastikan.
"Iya, ada apa, Alex? kenapa kamu syok begitu, aku semakin aneh ya?" ujar Larisa ragu-ragu.
"Ah, enggak kok!" jawab Alex, "eh, tunggu sebentar!" Alex melepas kaca mata Larisa.
"Mungkin kalau ini di lepas kamu akan lebih terlihat sempurna," ucap Alex.
"Tapi, Alex! aku tidak bisa melihat jelas!" ucap Larisa yang merasa keberatan.
"Oh, baiklah! silakan di pakai lagi. Sekarang aku akan membawamu ke optik terdekat!" ujar Alex.
"Hah! optik?"
"Iya! sudahlah ayo!"
Alex menarik tangan Larisa dan menuju toko optik.
Sesampainya di sana, Alex menawari Larisa untuk memilih, beberapa model soflen dalam sebuah katalog.
"Tapi untuk apa, aku harus memakai ini? aku kan sudah punya kacamata?" tukas Larisa.
"Sudah pilih saja. Kaca matamu bisa di pakai dirumah saja. Ini untuk di sekolah!" jelas Alex.
Dan Larisa pun akhirnya kembali menurut kepada Alex. Dia memilih warna biru.
"Wah, pilihan yang sempurna. Aku tidak menyangka kamu akan memilih warna itu,"
"Karna, aku suka warna biru, tapi aku tidak yakin akan cocok denganku!"
"Tenang, pasti cocok kok, aku yakin!" tukas Alex.
Setelah mendapatkan barang yang mereka cari, lalu mereka berdua pun pergi meninggalkan tempat itu.
Alex mengantarkan Larisa pulang ke rumahnya.
"Alex! terima kasih banyak ya!" ucap Larisa sambil tersenyum kepadanya.
Dan Alex pun terdiam seaaat melihat Larisa tiba-tiba tersenyum kepadanya.
Padahal selama di sekolah, Alex tak pernah melihat Larisa tersenyum sama sekali.
Ini kali pertamanya dia melihat Larisa tersenyum tulus. Dan tak sadar Jantungnya mendadak berdenyut kencang.
Dan dengan suara agak gemetar Alex menjawab ucapan Larisa.
"Ah, iya! sama-sama!" sahutnya.
Sesampainya di dalam kamar, Larisa kembali memandangi wajahnya, yang menurutnya sangatlah berbeda dan nyaris tak mirip dengan wajahnya yang semula.
"Ah, ini apa benar aku ya?" tukasnya sambil memegang pipinya dengan kedua tangan.
Dan di saat itu tiba-tiba muncul samar di dalam cermin. Seorang wanita cantik yang tengah tersenyum manis kepadanya.
"La-Larasati!" teriaknya.
Dan Larasati pun menghilang lenyap dari hadapannya.
"Ah, lagi-lagi dia datang dan menggangguku!" gerutu Larisa.
Larisa langsung duduk di atas kasur kamarnya.
"Aku heran! kenapa kadang dia itu terlihat menyeramkan, tapi kadang dia juga terlihat sangat cantik? benar-benar aneh! sebenarnya yang dia mau dari ku itu apa sih? huh sial!" gerutunya sambil melempar sisir di depan cermin.
Lalu Larisa langsung membuka laptop miliknya.
Laptop yang dia dapatkan dari salah satu Olimpiade Fisika yang pernah dia ikuti.
"Selama ini aku hanya menggunakan laptop ini untuk belajar pelajaran sekolah. Mungkin tidak ada salahnya jika aku menggunakannya untuk belajar tutorial makeup juga," ucapnya.
Dan Larisa pun sampai begadang karna belajar tutorial makeup di internet, dan bolak-balik membersihkan wajahnya dan kembali merias ulang sampai dia mendapatkan hasil yang maksimal.
***
Esok harinya, Larisa sudah siap berangkat sekolah, dia bolak-balik melihat cermin untuk memastikan riasannya.
"Kalau menurutku sih, sudah lumayan bagus. Tapi aku harus ke rumah Tante Rani dulu untuk memastikan bagus atau tidaknya riasanku ini." Tukas Larisa.
Sesampainya di rumah Tante Rani, Larisa pun langsung menunjukkan hasil kerja kerasnya selama semalaman begadang melihat vidio tutorial makeup.
Dan melihat hasil kerja keras Larisa, Tante Rani atau ibundanya Alex itu pun tampak takjub.
"Wah, bagus sekali. Ini lumayan bagus untuk pemula. Apa lagi kamu baru belajar kemarin!" tukas Tante Rani.
"Iya, Tante. Terima kasih. Sebenarnya, semalaman saya belajar makeup dan saya sampai, hanya tidur 3 jam saja, Tante!" jelas Larisa.
"Wah, kamu itu benar-benar gadis pekerja keras ya? tidak salah Alex memiliki teman seperti mu. Selain kamu pekerja keras, kamu kan juga pandai di bidang akademik dan mendapat beasiswa bukan?"
"Ah, iya Tante!"
"Bagus, dan Tante harap kamu juga mau ya membantu Alex memperbaiki nilai-nilainya di beberapa mata pelajaran ya! karna Alex ketinggalan sangat jauh dari mu!"
"Ah, baik Tante dengan senang hati. Saya rela kok menjadi guru privatnya walau tidak di bayar. Toh, Alex sangat baik kepadaku!" ucap Larisa.
"Ya sudah kalau begitu, Tante akan merapikan bagian alisnya saja ya! karna ada sedikit yang kurang rapi dan terkesan agak tebal serta tidak natural!"
"Ah, silakan, Tante!"
Setelah merapikannya. Larisa pun berangkat sekolah bersama Alex. Sepanjang jalan Alex tampak begitu pendiam dan dingin. Bukan karna dia kesal kepada Larisa. Namun semua karna dia merasa gugup dengannya. Karna Larisa yang tampak berbeda, dan begitu cantik di matanya.
***
Dan setelah sampai di depan gerbang sekolah, semua isi sekolah tampak memperhatikan mereka berdua.
Tak terkecuali Audrey dan kawan-kawannya. Mereka penasaran saat Alex berangkat dan berboncengan bersama seorang gadis dengan motor gedenya.
"Beib! itu Alex, 'kan?" tanya Nana.
"Iya benar kok, tapi dengan siapa dia?" tanya balik Sisi yang merasa penasaran.
Lalu Nana melanjutkan kembali obrolannya bersama Sisi.
"Apa jangan-jangan itu pacarnya, Alex?"
"Ah, berisik kalian! ayo kita lihat lebih dekat lagi!" ajak Audrey menggiring mereka ke tempat parkir motor sekolahnya.
Lalu mereka bertiga melihat langsung Larisa turun dari motor Alex, dan perlahan melepaskan helmnya.
"Kenapa? susah ya di lepas?" tanya Alex, kepada Larisa.
"Ah, tidak kok! aku sudah bisa nih!" sahut Larisa sembari menyodorkan helmnya kearah Alex.
"Ok, ayo kita ke kelas!" ajak Larisa.
"Eh, tunggu!" teriak Alex.
"Ada apa, Alex?"
"Sini biar aku rapikan!" ucap Alex, sambil merapikan rambut Larisa yang sedikit berantakan karena memakai helm.
"Ok, sempurna. Setelah ini mereka tidak akan mengataimu jelek lagi. Karna kamu sekarang sudah cantik!" tutur Alex.
"Benarkah!"
"Tentu saja!" Alex tersenyum lalu menggandeng tangan Larisa. Sementara Larisa masih juga berjalan menunduk.
"Larisa,"
"Iya,"
"Jalannya, jangan menunduk begitu, kamu kan sudah cantik!"
"Ah, tapi tetap saja. Aku masih merasa tidak percaya diri."
"Larisa, ayo tegakkan pandanganmu, dan tanganku kan sekarang sedang menggandengmu. Jadi kamu harus percaya diri dan jangan takut dengan apa pun lagi!"
"I-iya, Alex!"
Perlahan Larisa mengangkat kepalanya dan berjalan tegap seakan penuh percaya diri. Padahal sesungguhnya dia itu hanya berpura-pura dan tidak percaya diri."
Larisa dan Alex bergandengan tangan dan lewat tepat di hadapan Audrey dan Kawan-kawannya.
Larisa mulai gemetar meski ekspresi wajahnya tampak percaya diri. Dia takut dengan Audrey. Karna mungkin saja setelah ini dia akan di bully lagi oleh mereka.
"I-itu, beneran, Larisa si Alien?" tukas Audrey memastikan.
"Kayaknya iya, Beib! dan mata kita masih normal, jika yang kita lihat itu benar-benar Larisa, tidak mungkin salah!" jelas Nana.
"Kok, bisa berubah ya? dan kenapa dia bisa jalan sama Alex? itu kan gak mungkin banget!" ungkap Sisi.
Sementara Audrey tampak begitu kesal dan melihat Larisa dengan tatapan dendam dan penuh amarah.
"Awas lihat saja nanti!" gerutu Audrey.
To be continued