Orang Batak itu bernama Bang Sigit. Ia memperkenalkan diri sesaat dia melahap ubinya yang pertama. Tampak begitu menikmati. Aku sih tetap pasang wajah senang meskipun perasaan memberontak tidak karuan.
"Wah gawat ini, kernetku bisa tak kebagian kalau aku nurutin jabang bayi di perutku ini."
Ia lalu mengusap perut buncitnya seperti orang hamil. Padahal seluruh isisnya hanyalah lemak yang menggumpal. Ternyata di balik tampilannya yang perlente dia kocak juga. Aku sedikit tertawa padahal dia tertawa terbahak-bahak.
"Simbok memang selalu the best lah…" ucapnya. Aku mengerutkan dahi. The best? Apa itu?kata yang tak pernah ku dengar.
"The best? Apa itu bang?" tanyaku polos.
"The best? Itu artinya terbaik. Bahasa inggris…" jawabnya, aku hanya mengangguk-angguk saja tak ingin tahu lebih jauh.
"Walaupun aku ni tak pernah pergi ke sana. Aku ni taulah sedikit-sedikit." Ucapnya lagi dengan logat Bataknya yang begitu kental.
"hahaha…." Aku tertawa menanggapinya.