Unduh Aplikasi
13.5% 90 HARI MENCINTA / Chapter 47: POSISI TIDAK ENAK

Bab 47: POSISI TIDAK ENAK

"Kalaupun mereka pernah melakukan sesuatu, itu kan masa lalu, Tante. Ngapain sih di inget-inget," celetuk Calista sambil membawa mangkuk berisi tomyam.

"Mbak, ikannya tinggal digoreng aja ya, tolong diliatin," katanya lagi pada Sutinah.

"Iya, Non."

"Wah, kamu masak cepet juga, ya," kata Arasy.

"Ketimbang bikin tomyam sih, Tante. Kamu nggak mandi dulu, kak? Biasanya mandi dulu sebelum makan malam," kata Calista.

Sadar sangat adik sedang menyelamatkannya dari pertanyaan Arasy, Dominic pun segera melesat pergi.

"Aku mandi dulu, Tante."

"Sekalian tolong panggilkan Raja, ya!" seru Arasy tanpa curiga.

Calista hanya geleng kepala dan ia melihat Dominic mengedipkan matanya tanda terima kasih.

"Memang besok kau libur, Cal?" tanya Arasy.

"Libur, besok aku tidak ada mata kuliah, Tante. Lagi pula besok aku mau shopping, Kak Dom mau traktir," jawab Calista.

"Kau ini, ingat kakakmu itu mau menikah, perlu biaya loh, jangan kau mintai upeti terus," kata Arasy.

"Kapan lagi, Tante aku bisa minta upeti hanya dari melayani curhat saja. Nanti, jika dia sudah menikah dengan Laela aku tidak bisa lagi menagih upeti," kekeh Calista.

"Oya, Laela kemana, Mbak?" tanya Arasy.

"Sebentar lagi juga pulang, Bu. Tadi, dia mampir sebentar ke mini market katanya, barusan menelepon sudah dalam perjalanan pulang."

Sutinah menjawab sambil meletakkan ikan goreng dan sambal di atas meja makan dan juga menata meja.

"Kita makan duluan saja, Oma sedang tidak enak badan, dan tadi sudah makan bubur. Om Aruga masih di toko, hari ini kan tutup buku dan gajian para karyawan. Mungkin sedikit terlambat pulang. Ayo kita makan, Mbak Sutinah sekalian ayo sini," ajak Arasy.

"Malu, Bu."

"Apaan sih, Mbak. Eh, seharusnya mulai sekarang aku panggil Ibu ya, kan calon mertua Kak Dom," kata Calista.

"Betul, harusnya panggil Ibu, Cal."

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Arasy dan Calista menoleh dan tersenyum saat melihat Laela berjalan malu-malu sambil bergandengan tangan dengan Dominic.

"Kalian kok bisa bersama-sama. Bukannya tadi kau mandi, Kak?"

"Saat aku turun, Laela pulang. Lain kali kau telepon aku jika kau harus pulang lewat maghrib begini, tidak baik anak gadis pulang sendiri. Kau sudah menerima lamaranku, artinya aku sudah bertanggung jawab padamu. Mulai besok aku akan mengantar dan menjemputmu kuliah. Berikan padaku jadwal kuliahmu," kata Dominic.

"Iya, Mas. Nanti aku akan berikan."

"Sudah, ayo kita makan dulu, aku sudah lapar. Lebih lapar lagi melihat kalian bergandengan tangan dengan mesra begitu," kata Calista.

Dominic dan Laela pun menurut dan mereka langsung bergabung di meja makan dan mulai makan bersama. Keceriaan mereka bertambah saat Raja dan Aruga pun bergabung tak lama kemudian.

**

Calista kebetulan tidak ada jadwal kuliah, sehingga ia yang menjemput Arjuna dan Zalina serta Arlina di Bandara. Krisna tidak ikut pulang karena ia harus sekolah, dan dia menolak untuk absen sekolah.

"Wah, mobilmu berasa seperti kamarmu, Cal. Ini pasti semuanya baru. Speaker baru, ada televisi juga. Tumben kau memakai tabunganmu untuk membeli pernak-pernik begini. Waktu itu, Mami mau belikan tidak mau," komentar Zalina saat mereka masuk ke dalam mobil Calista.

"Ini hasil upeti, Mami. Kak Dom yang memberikannya."

"Kau ini, seperti penguasa jaman dulu saja menarik upeti, dari kakak sendiri, pula," kata Zalina.

"Yang penting kan sekarang mobilku jadi nyaman, Mami. Aku bisa menunggu di mobil jika jam kuliahku berdekatan dan aku malas pulang ke rumah. Lagi pula cape juga, Mami bolak balik dari kampus ke rumah."

"Kan Mami sudah bilang, kau yang terlalu rajin setiap hari pulang hanya untuk makan siang, mirip pegawai kantoran saja."

"Iya Mami, iya. Oiya, Krisna kenapa nggak mau ikut pulang, sih?"

"Dia nggak mau absen sekolah," jawab Arjuna sambil memangku Arlina yang tampak lesu.

Calista pun segera mengemudikan mobilnya pulang.

"Gimana ceritanya,sih Dominic bisa menyatakan cinta pada Laela tiba-tiba?" tanya Zalina.

"Nggak ngerti, Papi, Mami. Yang jelas dia tiba-tiba saja. Ya, namanya juga cinta, siapa yang tau kapan datangnya."

"Trus, Om Sandy telepon Papi, katanya kau memintanya melalukan sesuatu."

"Iya, Papi. Nanti aku akan ceritakan semuanya pada Papi dan Mami," kata Calista. Tidak mungkin ia menceritakan aib Dominic pada Arjuna dan Zalina di depan Arlina.

Arasy dan Khanza menyambut Zalina dan Arjuna dengan gembira. Arlina yang tadinya lemas langsung ceria saat melihat Khanza dan langsung memeluk Omanya.

"Bagaimana di jalan, lancar?" tanya Khanza sambil memeluk dan menggendong Arlina

"Lancar kok, Bu."

"Syukurlah."

"Cal, Papi dan Mami mau bicara ya. Mbak, bisa titip Arlina sebentar saja, ya."

Calista langsung mengikuti langkah Zalina dan Arjuna menuju ke kamar kerja Arjuna.

"Jadi, ada berita apa yang harus disampaikan pada Papi dan Mami, Cal?" tanya Zalina yang sudah penasaran sejak di bandara tadi.

"Ini ada hubungannya dengan Kezia, Mami."

"Mantan Dominic?"

"Iya, Mami."

"Kenapa harus meminta Sandy menyelidiki gadis itu sampai mendetail? Apa yang sudah dilakukan gadis itu?"

Calista pun menceritakan semua yang sudah terjadi, termasuk Dominic yang terjebak oleh Kezia setahun lalu. Mendengar cerita Calista tampak Zalina meradang, wajahnya sudah memerah karena emosi. Sementara Arjuna masih bersikap tenang mendengarkan cerita Calista.

"Jadi, dia berani datang ke kantor Kakakmu?"

"Iya, Mami. Setelah sebelumnya datang ke rumah kak Dom lalu datang ke sini."

"Anak perempuan macam apa begitu. Di mana-mana wanita itu menjaga kesuciannya. Ini dengan sengaja menyerahkan begitu saja pada lelaki. Luar biasa sekali. Itulah kenapa sejak awal Mami tidak suka pada Kezia."

"Sandy bilang gadis itu sudah putus dengan kekasihnya. Tapi, selain dia mendekati Dom, dia juga sedang mendekati lelaki lain. Intinya saat ini dia sedang mencari lelaki yang bisa mendukungnya. Dari Dominic sudah pasti tujuannya uang. Sementara dari lelaki itu, dia mengincar ketenaran. Karena jika dia sampai bisa berhubungan dengannya itu bisa mendongkrak karir Kezia hingga bisa lebih bersinar lagi," kata Arjuna.

"Iya, Papi. Om Sandy baru menyampaikan berita itu kemarin."

"Perempuan nggak ada akhlak!" geram Zalina kesal.

Arjuna menepuk bahu Zalina perlahan.

"Sabar, sayang. Yang paling penting adalah bagaimana kita menyampaikan pada Mbak Sutinah dan Laela mengenai hal ini. Perlu sekali kita menyampaikan semua ini. Segala yang baik harus diawali dengan kejujuran supaya ke depannya akan berjalan lebih baik lagi," kata Arjuna.

"Iya, Papi. Aku setuju, Laela harus tau hal itu. Karena jika aku ada di posisi Laela aku pasti marah kalau dibohongi," kata Calista.

"Ya sudah, kita tunggu Dominic sore nanti, kita akan melamar Laela. Sekarang Laela dan Mbak Sutinah ada, kan? Tolong panggilkan ya, Nak. Papi dan Mami mau bicara dulu sebentar dengan mereka," kata Arjuna.

Calista pun segera beranjak menemui Laela dan Sutinah yang sedang sibuk menyiapkan meja untuk makan siang.

"Bu, Laela. Papi dan Mami mau bicara, di ruangan kerja Papi, ya," kata Calista.

Sutinah dan Laela saling berpandangan. Mereka berdebar-debar, jujur saja Sutinah sedikit takut menghadap Arjuna dan Zalina. Apa lagi ini pasti ada hubungannya dengan hubungan Dominic dan Laela.

Sutinah dan Laela pun segera bergegas ke kamar kerja Arjuna meski dengan perasaan takut.

"Mbak, ayo duduk," kata Zalina. Sutinah dan Laela pun duduk di samping Zalina.

"Mbak, tadi saya sudah menelepon Dominic. Dan, dia dalam perjalanan pulang sekarang. Nanti, setelah selesai makan siang, Mbak dan Laela bereskan barang-barang kalian. Karena, mulai siang ini kalian tidak bisa lagi tinggal di rumah ini."


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C47
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk