Mobil melaju kencang di jalanan, membelah padatnya kota, meskipun jam malam sudah datang. Alif mengumpat sejadi-jadinya selepas tahu, bahwa surat perjanjian antara dirinya dan Ten jatuh ke tangan Sandra malam ini. Pria sialan itu sungguh menyebalkan. Ia menghilang selama beberapa tahun, kiranya dua puluh tahun tak ada kabar pasal dirinya. Alif menduga bahwa pria itu sudah tewas dipenggal oleh para tim yang sudah ia khianati. Alasannya tak jelas, Ten tak mau menyebut mengapa dirinya mengkhianati timnya dan memilih jalan sendiri untuk menjalani hidup yang baru. Apapun itu, Alif tak peduli. Ia hanya peduli pada Sandra. Putrinya, itu saja. Kebahagiaan Sandra adalah prioritas pertama untuknya sekarang ini.