"Ha ha ha ha, it's okay," kata Mike. "Tapi bagaimana dengan satu selfie sebelum kerja? Bapak-bapak seusiaku kan wajar jika butuh batrei lebih, paham?"
Aku pun tertawa karena kusilannya. Dan kurasa ini bukan candaan terakhir yang akan dia katakan padaku. "Hm, oke, wait ...."
Karena itulah, meski sebetulnya bingung. Aku pun mengarahkan kamera ke arah cermin untuk mirror selfie. Aku lalu memotret diri sendiri. Padahal pemandangan kamar jelas cukup berantakan. Dengan rambutku yang masih megar. Berpiama garis-garis warna monokrom. Belum cuci muka. Masih berkaus kaki putih dengan sandal lantai. Dan foto itu langsung Mike terima dengan centang biru.
[Phi Mike: ... mengetik ....]
Kulihat Mike melakukan ini lama sekali. Mengetik, tidak, mengetik, tidak, dan mengetik lagi ... sehingga aku cemas menanti reaksi dia.
Benar-benar seperti remaja. Aku ini sangat memalukan—
[Ace: Phi, kenapa lama sekali?]
Halo, siapa pun kalian yang baca sampai bab ini. Novel ini memang banyak adegan seks lgbt daripada normal. Karena aku yakin, masih banyak yang tidak tahu pola hubungan LGBT itu kayak apa. Kalo normal udah banyak. Jadi aku nggak akan eksplorasi Zhu Feilong dan Siu Sean lebih jauh lagi.
Tujuannya biar kalian tahu aja. Hal kayak gini emang ada di dunia nyata.