Aku segera menegakkan postur duduk. "Tidak, tidak. Bukan begitu mikirku," kataku sambil menatap ke jalan raya. Aku heran dengan reaksi tubuhku sendiri, sementara Mike tertawa karena aku membuang muka setelah kami bertatapan di spion depan.
"Ha ha ha ha ha. Senang mendengarnya kalau begitu," kata Mike. Dia melajukan mobilnya kembali. Sangat santai, lalu mengajakku ngobrol agar suasana tidak tegang. Mike bilang aku tidak boleh ke kontruksi lagi, dia khawatir. Bahkan mengalihkanku ke pekerjaan yang menurutnya lebih dipercaya. Ikut ke toko, misalnya? Padahal kakiku ketiban batu bata ambruk saja pernah. Jatuh dari tangga kayu juga pernah. Bahkan nyaris terkena gergaji mesin. Namun, mulai sekarang aku harus lebih memperhatikan pria ini. Dia penting. Karena bagaimana pun aku sekarang tidak sendiri.
"Tunggu dulu, Phi? Saya baru sadar kalau jalannya menjauh?" kataku. "Mau kemana memangnya? Saya pikir akan menuju ke rumah—"