Unduh Aplikasi
17.64% Sisi Gelap Kekasih Ku Psychopath [ END ] / Chapter 3: Part 3. Aku Menumpahkan Kemarahan Ku

Bab 3: Part 3. Aku Menumpahkan Kemarahan Ku

Tapi Rose tiba-tiba saja terjaga dan bangun pagi-pagi buta.

Dia melihat ke arah jam dinding. Dan itu masih jam 2 pagi. Maka Rose pun melanjutkan tidurnya kembali.

Tapi baru sebentar dia memejamkan matanya, bisikan itu datang lagi menghantuinya. Tapi dia mengabaikannya dan mencoba tidur kembali. Namun matanya sulit terpejamkan.

Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke taman belakang rumah dan duduk menyendiri disana. Dia memandangi ke sekitar taman. Suasananya sangat hening, udara yang kian dingin, dan lampu-lampu taman yang remang-remang turut menghiasi hati Rose yang hancur. Rose hanya duduk diam dan menikmati suara-suara jangkrik yang terus berbunyi seolah-olah bernyanyi menghibur hatinya.

Lalu tiba-tiba bisikan gelap itu datang lagi menghantuinya.

Dan kali ini, entah apa yang ada di benaknya, dia berjalan menuju gudang dengan tatapan hampa. Dia mengambil sekop lalu kembali ke taman. Dia menggali lubang yang dalam di taman itu. Usai menggalinya, Rose melihat hari yang mulai tampak cerah. Dia melihat ke jam tangannya, dan sudah menunjuk jam 6 pagi.

Seusai menggali, Rose bersiap-siap pergi menemui Jiyeon.

Tapi sebelum itu, dia menyuntikkan obat tidur pada Jimin agar dia bisa leluasa menjalankan rencananya.

Lalu dia berlari menuju garasi dan cepat-cepat menghidupkan mobilnya. Dia melaju sangat cepat. Dan akhirnya tiba di rumah Jiyeon.

"Tok... tok.. tok" (Bunyi suara pintu yang diketuknya berulangkali)

"Tok... tok.. tok..." (Ketuknya kembali)

Akhirnya pintu pun dibuka. Jiyeon yang masih setengah sadar, bertanya pada Rose,

"Ada apa?" (Ungkapnya sambil mengucek-ngucek matanya)

"Maaf aku mengganggumu sepagi ini" (Ungkap Rose sambil tersenyum)

"Ada apa?"

"Silahkan masuk!"

"Silahkan duduk!"

Jiyeon yang mengenakan busana mini dan ketat itu pun duduk di hadapannya dengan seksi, seolah mengisyaratkan bahwa dialah yang paling cantik dan pantas mendampingi Jimin.

Maka sambil menatapnya tajam, Rose berkata,

"Begini, saat ini suamiku Jimin sedang sakit, jadi dia memintaku untuk menggantikannya mengurus project barunya itu." (Ungkapnya dengan tenang)

"Oh begitu yah, tapi kenapa beliau tidak memberitahu ku? Dan para staf di kantor juga tidak ada yang memberitahu ku kalau ada perubahan."

( Ungkap Jiyeon dengan wajah yang tampak bingung )

"Oh itu, seperti yang aku bilang, beliau saat ini sedang sakit. Jadi dia tidak bisa menghubungi mu, dan para staf juga mungkin sedang sibuk sehingga lupa memberitahumu. Karena itu, aku yang datang menemui mu. Dan beliau juga bilang kalau kalian hari ini akan mengambil beberapa gambar bukan?

Jadi sebaiknya kamu bersiap-siap! Aku akan menunggu mu disini. Cepatlah! Karena waktu ku tidak banyak.

Aku juga harus mengurus suamiku Jimin." (Balas Rose sambil mengkerutkan keningnya)

"Ok baiklah!" ( Balas Jiyeon dan pergi meninggalkan Rose )

Maka sembari menunggu, Rose merencanakan sesuatu untuk membunuh Jiyeon.

**********

Setelah menunggu cukup lama, Jiyeon pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Rose. Dia berkata,

"Maaf sudah membuat mu menunggu lama."

"Yuk kita pergi!" (Ungkapnya sambil tersenyum sedikit)

Maka mereka berdua pun masuk ke mobil dan pergi ke suatu tempat. Jiyeon tidak menaruh curiga sedikit pun.

Yang ada di benaknya hanyalah kesuksesan yang dia impi-impikan selama ini. Dia berharap project ini bisa membuat dia menjadi artis terkenal.

Selama di dalam mobil, mereka tampak asyik mengobrol. Dengan wajahnya yang tenang, Rose bertanya,

"Jiyeon, boleh aku tanyakan satu hal pada mu?"

"Oh yah, boleh, apa?"

"Menurut mu bagaimana suamiku Jimin bekerja di kantor? Ah... maksudku bagaimana sikapnya terhadap para staf?"

Jiyeon pun bercerita panjang lebar tentang Jimin, dia memuji-muji Jimin. Dia berkata, bahwa Jimin tampan, baik, dan sungguh seorang bos yang baik (Ungkapnya dengan wajah yang berseri-seri )

Mendengar itu, hati Rose pun menjadi sangat kesal, dia mulai terbakar api cemburu melihat Jiyeon memuji-muji Jimin secara berlebihan. Maka dia berkata dalam hati,

"Aku semakin yakin bahwa kaulah yang telah merusak rumah tangga ku dengan Jimin. Karena mu, aku tidak pernah lagi mendapatkan cintanya dan gairahnya. Kau sudah menguasai tubuh, hati, dan pikiran Jimin. Semua hal yang adalah milik ku."

Dan Selagi Jiyeon berbicara, mendadak Rose menghentikan mobilnya. Sontak, Jiyeon pun sangat kaget dan terdiam sejenak. Lalu dia berkata,

"Ada apa? Kamu baik-baik saja?" (Ujarnya dengan gugup)

"Oh... tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing. Mungkin karena kelelahan mengurus Jimin. Jangan khawatir! Kita lanjutkan perjalanannya yah. (Balasnya sambil tersenyum paksa)

"Oh begitu, tapi kita mau kemana? Disini sangat sepi." (Sambung Jiyeon sambil melihat-lihat ke sekitar dari jendela mobil)

"Aduh... aku lupa memberitahu mu, Jimin bilang ada perubahan lokasi pengambilan gambar, dan sebentar lagi kita akan sampai. Kurang lebih 200 meter dari sini." (Balas Rose dengan terbata-bata)

"Ok baiklah! Tapi kok ga ada yang memberitahuku sebelumnya?"

(Balas Jiyeon sambil menarik nafasnya dalam-dalam)

Maka Perasaan Jiyeon pun mulai tidak enak.

Belakangan mereka pun akhirnya tiba di lokasi. Sambil tersenyum paksa Rose berkata,

"Nah kita sudah sampai, ini lokasinya. Dan kita akan pergi ke tengah hutan dan melakukan pengambilan gambar disana.

Para kru dan yang lainnya juga sudah menunggu disana, mereka pergi lebih awal untuk mempersiapkan segalanya.

Yuk kita turun!"

Sembari berjalan menyusuri hutan, perasaan Jiyeon pun semakin tidak enak. Bulu kuduknya merinding, dirinya diliputi perasaan takut dan khawatir. Dia tidak pernah berpikir akan melakukan pengambilan gambar di tempat seperti itu. Tempat yang sunyi, gelap dan mencekam.

Rose mengamati setiap gerak-gerik Jiyeon. Lalu dengan tenang dia bertanya,

"Ada apa? Apa kamu tidak percaya kita akan mengambil gambar disini? Tenanglah! Jangan takut!"

(Ungkapnya sambil memegang pundak Jiyeon)

"Mmmm... tidak... tidak.... aku hanya gugup saja"

(Balasnya sambil mencoba untuk sedikit tertawa)

Akhirnya mereka pun sampai di tengah hutan. Tapi Jiyeon tak menemukan seorang pun disana selain mereka berdua.

Jiyeon pun semakin takut dan gemetar. Lalu dia bertanya,

"Kok, tidak ada siapa pun disini? Kemana mereka? Apa kita tidak salah tempat?"

"Tidak! Kita tidak salah. Karena aku sendiri yang akan mengambil gambar untuk mu. Aku sudah mempersiapkan semuanya." (Balas Rose sambil mendorong Jiyeon hingga terjatuh)

"Tidak... ! Ka ..ka ... kamu mau apa?"

"Ayo cepatlah, buatlah pose yang menarik untuk ku. Sama seperti kau berpose seksi di hadapan Jimin dan menarik perhatiannya. Aku sudah tahu, bahwa kaulah wanita penghancur cinta ku dengan Jimin. Dan kau pasti bingung dari mana aku tahu. Benar kan?"

"Kenapa kamu membawa aku kesini? Benar! Aku memang mencintai Jimin. Dan aku tidak peduli kamu tahu dari mana. Aku dan Jimin sudah lama saling mencintai. Dan kami juga sudah saling menyatu."  ( Balas Jiyeon dengan gemetar Sambil berupaya berdiri)

"Apa maksudmu dengah menyatu?" (Tanya Rose dengan marah)

"Yah, kami sudah saling menyatu sejak lama. Dan kami sering menghabiskan waktu bersama di tempat tidur ku. Apa yang seharusnya menjadi milik mu, telah aku rampas. Dan akulah yang menikmati seluruh cinta, gairah dan perhatiannya. Dan dia juga begitu. Dia selalu memuji dan memanjakan ku dengan cintanya."

Mendengar semua yang dikatakan Jiyeon, Rose pun semakin marah besar. Maka dia dengan sigap menarik tangan Jiyeon, dan memukulnya dengan keras hingga dia terjatuh. Lalu berkata,

"Dengan bibir merona ini kau menggoda Jimin. Dengan kata-kata mu yang licin, kau menjeratnya agar jatuh ke pelukan mu?Maka sekarang aku akan mengakhiri semuanya. (Ungkapnya sambil memegang erat tangan Jiyeon)

Lalu Jiyeon pun mulai menangis dan berkata,

"Tolong jangan sakiti aku!"

Dia memohon agar Rose melepaskan cengkramannya.

"Tolong jangan sakiti aku! Biarkan aku pergi!" (Ungkapnya sambil terus memohon)

"Diamlah! Aku tidak akan menyakitimu. Aku justru akan mengakhiri penderitaan mu dan membuat mu bahagia.

Sungguh. Hahahahahah." (Balas Rose sambil menjambak rambut Jiyeon)

Tak tahan dengan perlakuan Rose, Jiyeon pun berusaha untuk melawan. Dia menggigit tangan Rose dan lari. Maka Mereka berdua pun berkejar-kejaran di hutan itu. Lalu tiba-tiba Jiyeon terjatuh karena sepatunya yang tinggi. Sehingga dia tidak bisa menghindar dari kejaran Rose.

Rose yang berjalan semakin dekat padanya berkata,

"Mau lari kemana? Sekarang kamu tidak bisa lari dari ku. Dan aku akan menambah luka di kaki mu. Sehingga kamu tidak bisa berjalan. Hahahaha" (Ujarnya sambil mengeluarkan sebilah pisau)

Lalu dia pun menggoreskan pisau itu ke kaki Jiyeon, ke bagian betis Jiyeon, hingga darah mengalir membasahi tanah di sekitar kakinya. Jiyeon pun menangis meronta kesakitan. Dia berkata,

"Tolong ampuni aku! Apa kesalahan ku padamu? Apakah jatuh cinta itu salah?"

"Kamu bertanya salah kamu apa? (Teriak Rose)

Kamu sudah merebut Jimin dari ku. Jimin hanya milik ku.

Dia hanya milik ku saja. Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang mengambil hak ku. Tapi kau, kau sudah merebutnya dari ku. Dulu Jimin sangat menyayangi ku, mencintai ku. Dulu kami sering menghabiskan waktu bersama-sama. Tapi sekarang dia sudah berubah. itu terjadi sejak dia bertemu dengan wanita rakus seperti diri mu."

Kau!

Kau sudah meracuni pikirannya dengah kata-katamu yang licin dan busuk.

Aku,,,

Aku,,, mengurusnya setiap hari, merawatnya, mencintainya sepenuh hati ku. Tapi kalian berdua, kalian berdua malah bermain di belakang ku, aku tidak akan mengampuni mu."

Aku tidak akan mengampuni mu." (Teriaknya kencang)

"Maaf kan aku! Tolong maaf kan aku!" (Ungkap Jiyeon sambil menangis memohon)

"Tidak. Aku tidak akan mengampuni mu. Dan kau, kau harus mati. Kau harus mati." (Ungkapnya lalu menghujamkan pisau itu ke dada Jiyeon)

Jiyeon pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di hutan itu sambil berlinang air mata.

Kini semua impiannya hancur. Kini hanya tinggal nama. Sungguh suatu kesalahan besar karena telah mengenal dan mencintai Jimin.

Lalu Rose pun meninggalkan jasad Jiyeon tergeletak di tengah hutan. Tapi membawa salah satu potongan kakinya pulang.

Dia membungkusnya dengan syal. Tak lupa Rose menutupi jasad Jiyeon dengan dedaunan kering di hutan.

Rose pun berlari menuju mobilnya sambil memegang erat kaki Jiyeon yang dipotongnya dan dibungkusnya dengan kain.

Rose mengemudikan mobilnya dengan cepat sambil menangis.

Sementara itu apa yang terjadi dengan Jimin di rumah ?


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C3
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk