"Yaudah aku duluan."
Jimmy menepuk bahu kiriku, lalu berjalan cepat meninggalkanku yang membatu.
Apa-apaan dengan sikap sok dekat ini? Apa dia melakukannya ke semua orang?
Setelah Jimmy keluar dari kelas ini, banyak orang yang mengikutinya.
Aku kembali diam menunggu semua orang pergi, menatap kearah jendela, dengan ditopang oleh alasan yang lebih besar bahwa aku takut bertemu dengan Ishiki membuatku semakin nyaman dengan tempat ini.
Tapi pada akhirnya, setelah semua orang pergi awan gelap kembali mendekat bersama angin yang sangat deras.
Langkahku kini mulai berlomba dengan awan hitam yang seolah sedang mengejarku.
Setelah menang balapan itu, aku menghela nafas sebelum masuk kedalam rumahku, lalu dengan jelas membuka pintu dengan sedikit keras sampai suara keras dari gagangnya terdengar.
Saat aku masuk, ada dua kepala yang terlihat sedang bersender dari balik sofa itu, bersender satu sama lain sambil menatap ke sebuah Hp.
Orang itu adalah Rainata dan adikku yang sedang berselancar entah kemana, dalam hal lain, mereka sepertinya tak sadar oleh kehadiranku sini.
Oke, aku tak akan menggangu mereka, aku akan masuk ke kandang ku layaknya ternak yang tak ingin mengganggu pengembala nya.
Langkah kakiku sengaja aku pelankan, dan kini sudah memegang gagang pintu kamarku.
Saat aku mencoba membukanya, pintu itu terkunci.
Hey, ini aneh, kenapa terkunci?
Saat aku memalingkan mataku ke penjuru ruangan ini, aku melihat kunci kamarku di jari kelingking Yuuki yang sedang memegang HP yang sangat mereka perhatikan.
Sial! Kenapa ini terjadi padaku? Padahal aku hanya ingin santai di kamar!
"Yuuki, bisa kembaliin kunci itu?"
Sontak mereka berdua berpaling kearah ku, layaknya memandang sampah yang biasanya ada di pinggir jalan, sekarang aku sepertinya sudah mengerti perasaannya.
Oke berhenti! Stop! Yuuki berhentilah memandang seperti itu, aku sudah terbiasa dengan Rainata yang suka menggonta-ganti ekpresinya tapi jika kau berbeda!
Bukankah kau terlalu jahat pada kaka mu ini? Aku tak melakukan tindak kejahatan kenapa aku merasa seperti narapidana?
"Oke, oke aku minta maaf."
Aku mengalihkan pandanganku menjauh dari tatapan kejam yang tragis menyerang mental itu.
Yah apa salahnya, aku hanya menyuruh Rainata menggantikan ku? Dia juga tak keberatan kan? Kenapa aku di sidang oleh dua gadis ini?
Rainata sedikit tersenyum kecil, mengambil kunci di tangan Yuuki dan berjalan kearah ku.
"Nih... "
Kunci itu menggantung seolah memintaku untuk menengadahkan tangan sama sepertinya tadi.
"Yuuki aku pulang ya?"
Setelah aku menerima kunci kamarku, Rainata langsung menuju kearah pintu keluar.
"Eh... mau pulang?"
Seperti memelas kepada Rainata, Yuuki memalingkan badannya kebelakang sofa.
Rainata sedikit mengalihkan pandangannya kearah Yuuki lalu kembali memandang ke depan untuk membuka pintu.
Pintu terbuka dengan cepat, dan tiba-tiba saja.
DOAR
Suara dari petir yang terlihat jelas di depan pintu, memancar kesana-sini.
Rainata berteriak, dan ketika teriakan itu berakhir hujan lebat turun.
Aku yang tak sengaja melihat Yuuki mengerti sesuatu, dia yang langsung berbalik dan mengepalkan tangannya seolah mengatakan "Yes, berhasil" merencanakan semua ini.
Dalam pikiran, Yuuki seolah juga sadar apa yang sedang aku pikirkan, jadi dia tersenyum dan mengeluarkan tawa jahat yang sebenarnya terdengar manis.
Wait, wait, apa aku adalah salah satu rencana dari Yuuki? Dia bahkan menjadikanku bahan pengulur waktu?
Oi Yuuki kau terlihat seperti tokoh antagonis yang sedang berhasil melakukan rencananya saat ini.
Apa kau seorang nenek sihir? Oke aku mengerti, kau pasti nenek sihir yang sedang menyamar jadi peri kecil!
"Tuh kan hujan, tunggu aja dulu."
Yuuki berbaling, kembali menyapu-nyapu layar Hp-nya membuat rainata mau tak mau menutup pintu dan kembali duduk di sampingnya.
Aku masuk ke kamarku, ganti baju lalu bermain game dengan rainata yang kebetulan juga sedang bermain game yang sama.
Tak terasa semakin lama hujan semakin lebat, angin dan petir terlihat sama kerasnya karena suara-suara yang menyatu.
Berjam-jam berlalu, tak ada tanda sedikitpun hujan akan berhenti, senja yang tertutup oleh awan hujan menghilang membawa malam dingin yang begitu nyaman untuk tidur.
Dari dalam kamarku ini aku tak tahu apa yang sedang mereka berdua lakukan, tapi saat gelap mulai menyosor rumah ini Rainata mengakhiri permainannnya.
Tak lama setelah rainata louguot dari game, pintu kamarku berbunyi.
"Ka makan!"
Hujan memang sangat lebat, sampai-sampai suara teriakan Yuuki terdengar seperti bisikan.
Tanpa merespon aku keluar dari kamarku, melihat kearah dapur di mana rainata sedang mengotak-atik sesuatu.
Sepertinya dia juga sudah pasrah untuk menginap di sini.
Yah, lebih tepatnya dia hanya akan tidur di kamar Yuuki, tak akan terjadi apapun sama seperti teman dekat Yuuki yang sesekali menginap di sini.
Setelah makan malam, hujan sedikit mereda, tapi Rainata tak kunjung mengatakan ingin pulang seperti saat itu.
Mungkin dia sudah terbujuk oleh godaan iblis yang satu ini.
Saat ini aku duduk di sisi kiri dari Yuuki yang membatasi antara aku dan rainata yang duduk di sisi lainnya atas sofa ini.
Karena terlihat sedikit reda Yuuki menonton TV lalu aku dan Rainata melanjutkan game kami tadi.
Kejadian ini berkepanjangan, sekitar jam 11 malam karena baterai Hp-ku sudah habis, aku masuk kekamar ku tanpa mengatakan apapun kepada mereka.
Hujan tadi berhenti, tapi suara guruh angin masih berkeliaran.
Aku akhirnya merebahkan tubuhku di tempat tidur dan menutup selimut sampai ke atas kepala.
Tak lama suara TV di ruangan depan menghilang, terdengar dengik dari pintu kamar sebelah menandakan bahwa mereka berdua juga bersiap untuk tidur.
Mataku memejam erat saat itu, dan tiba-tiba saja terdengar suara petir yang sangat besar.
Tak lama setelah suara petir itu suara teriakan dari kamar Yuuki kembali terdengar sama seperti sebelumnya.
Hah! Apa mereka nonton film horor lagi? Ini hampir tengah malam lho!
Setelah mendesah kasar karena kebisingan yang tak ada habisnya, pintu kamarku kembali diketuk.
"Kaaaa!!!!"
"Apaan?!?!"
Saat aku menyahut mataku sedikit terbuka, keadaan sangat gelap dan hanya cahaya dari Hp-ku yang hidup karena terputus aliran chargernya yang sama sekali belum terisi.
"Oi Yuuki jangan main-main, ini udah malam!"
"Main-main apanya? Listriknya emang padam."
Aku membuka pintu sambil meraba gagang pintu.
"Jadi kenapa?"
Kedua gadis itu berdiri di depan kamarku ditemani cahaya senter HP milik Yuuki.
Jika tebakanku benar, aku yakin Hp-nya Rainata juga kehabisan baterai.
"Takut."
"Hah? Kan ada Rainata!"
Tatapan aku dan Yuuki mengarah kepada Rainata, membuat mulutnya terbuka kecil sambil terlihat mencengkram keras sikut kanannya dengan tangan lainnya.
"Sebenernya kalo gelap gini, aku juga takut."
Hey Rainata, bagaimana kau bisa tinggal sendirian di rumahmu saat seperti ini?
"Jadi aku harus apa?"
"Temenin sampe aku tidur!!"
Oi! Apa kau bercanda? Makanya jangan kebanyakan nonton film horor! Mana mungkin aku nungguin kau tidur apalagi ada Rainata di kamarmu!
"Nggak, aku nggak mau!"
"Kalo gitu kita tidur di sini aja!"
Yuuki menunjuk sofa tadi.
"Hah?"
Reaksi aku dan Rainata bersamaan, membuatku saling menatap keheranan kearah Yuuki.
"Nanti ka Nata tidurnya di sini, terus nanti aku sama kaka bakal tidur di sana."
Yuuki menunjuk kearah sofa lalu kemudian menujuk kearah sisi L antara ruangan ini dengan kamarku.
Mendengar itu Rainata berjalan medekat kearah sofa seolah masih ragu dengan rencana Yuuki.
"Oke sip ya."
Yuuki membawa satu-satunya sumber cahaya ke dalam kamarnya kemudian membawa dua bantal dan selimut kembali.
Bantal dan selimut itu diberikannya kepada Rainata lalu dia kembali masuk kekamarku membawa selimut.
hari ini aku up dua bab yah... sebagi ganti Minggu depan karena ada kegiatan di Real life
semoga terhibur dengan cerita ini, jangan sungkan kasih Jejak biar lebih semangat aku ngelanjutinnya