Dengan perasaan sangat terpaksa Xiao Yi mulai hari ini mengantarkan Mei-Yin ke sekolahnya. Karena ini adalah hari pertama, Li Zheng Yu secara khusus juga meluangkan waktu untuk mengantarkan putri kecilnya.
"Xiao Yi, kau harus menjaga putriku dengan baik. Jangan sampai ia kenapa-kenapa," ujar Li Zheng Yu untuk kesekian kalinya hingga gadis itu sangat bosan mendengarnya.
Bahkan Li Zheng Yu akan mengatakannya seratus kali sampai Xiao Yi mengingat ucapannya.
"Aku tahu, kau tidak perlu mengulanginya terus menerus," gerutu Xiao Yi sembari memutar bola matanya.
"Apa dia tidak lelah mengatakannya terus?" imbuh Xiao Yi dengan suara lirih.
Li Zheng Yu memandang dari kaca spion wajah Xiao Yi yang tidak meyakinkan. Tampangnya seperti seorang gadis yang ceroboh. Tapi justru Mei-Yin sangat menyukainya. Meski cantik tapi Li Zheng Yu tidak suka sifat Xiao Yi yang suka berkata kasar.
"Sebagai pengasuh kau juga harus mengajarkan sikap sopan padanya. Aku tidak ingin putriku bersikap buruk dan tidak sopan seperti dirimu," sindir Li Zheng Yu.
"Jadi kau mengatakan jika aku tidak sopan? Lalu kenapa kau memintaku mengasuhnya?" Tatapan mereka saling bertemu saat sama-sama memandang ke arah kaca spion.
"Dasar keras kepala. Sudah salah tapi tetap saja tidak merasa," gumam Li Zheng Yu. Kepalanya bisa-bisa pecah mendengar sanggahan dari gadis itu.
"Mei-Yin, kau harus menjaga dirimu baik-baik. Jangan bermain di luar sekolah jika jam pelajaran belum selesai," tukas Li Zheng Yu pada putrinya seraya menolehkan kepalanya ke belakang.
"Iya, Ayah. Aku janji akan patuh," sahut Xiao Yi dengan penuh semangat.
"Apakah aku harus ikut turun juga?" tanya Xiao Yi dengan wajah polos. Ini pertama kalinya dekat dengan anak kecil sehingga ia tidak tahu apa yang harus diperbuat.
"Tentu saja, kau nanti bisa bergabung dengan pengasuh anak-anak yang lain. Biasanya ada tempat untuk menunggu," terang Li Zheng Yu sambil memijat pelipisnya. Xiao Yi ternyata lebih polos dari dugaannya.
"Bisakah aku pulabg ke rumah dan kembali nanti saja saat waktunya pulang?" ujar Xiao Yi dengan wajah memelas. Rasanya ia akan sangat bosan jika hanya berdiam diri.
"Xiao Yi!" seru Li Zheng Yu dengan geram. Kini amarahnya sudah terasa sampai ubun-ubun.
"Baiklah," sahut Xiao Yi dengan kesal. Lantas segera turun dari mobil sambil menggendong Mei-Yin. Jika bukan karena hutang budi kepada Fang Yin yang sudah membantunya dalam kesulitan, ia tidak sudi berbuat sampai sejauh itu.
Xiao Yi menurunkan Mei-Yin saat sudah memasuki gerbang sekolah. Teriakan dan suara bising anak-anak membuat kepala Xiao terasa berdenyut. Ia sampai menutupi telinganya karena suara mereka sangat memekakkan telinga.
Taman kanak-kanak itu masih memperbolehkan para pengasuh ataupun orang tua ikut masuk ke dalam. Namun mereka bisa menunggu di tempat terpisah dari area belajar.
Menurut Xiao Yi itu lebih tepatnya tempat penitipan anak-anak dari pada sebuah sekolah. Ia tidak bisa membayangkan repotnya guru yang mengajar.
Meski terkadang Mei-Yin menyebalkan tapi setidaknya gadis kecil itu lebih baik dari pada anak-anak yang lain.
Xiao Yi mengantarkan Mei-Yin ke kelasnya setelah bertanya pada guru yang bertugas.
"Mei-Yin, aku akan menunggu di luar. Jangan pergi sebelum aku kembali," ujar Xiao Yi. Berlama-lama di dalam membuat kepalanya ingin pecah.
Mei-Yin menganggukan kepalanya tapi wajahnya terlihat muram. Kepala juga tertunduk sambil menggoyangkan tubuhnya tanpa mau beranjak pergi.
"Masuklah, kenapa kau masih di sini?" ujar Xiao Yi sembari mengerutkan keningnya.
"Apakah Bibi tidak mau mencium pipiku seperti anak-anak yang lain?" tanya Mei-Yin dengan sendu. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri ada sepasang ibu dan anak yang sedang saling mengobrol. Mei-Yin dapat melihat ibunya menciumnya dengan begitu lembut.
Xiao Yi memutar bola matanya sambil menghembuskan nafasnya kasar.
Cup ….
Akhirnya Xiao Yi mencium kedua pipi Mei-Yin secara bergantian.
Mei-Yin lantas menegakkan kepalanya. Wajahnya langsung berbinar mendapatkan kecupan singkat dari Xiao Yi. Ia merasa seperti mendapatkan kasih sayang seorang ibu.
"Bibi, terimakasih." Mei-Yin merangkul leher Xiao Yi dengan erat.
"Sekarang masuklah. Ingat, jadilah anak yang baik atau aku tidak mau lagi mengasuhmu," ancam Xiao Yi.
Mei-Yin menganggukan kepalanya, segera berbalik kemudian berlari-lari kecil untuk masuk ke dalam kelas.
"Sebenarnya dimana ibu anak itu? Aku jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi," gumam Xiao Yi seraya melihat Mei-Yin yang sudah duduk di kursinya dari jendela.
Gadis itu bergabung bersama dengan pengasuh lainnya di belakang sekolah. Namun ia duduk sendiri karena jauh lebih nyaman.
Xiao Yi duduk sambil memainkan ponselnya. Berdiam diri tanpa melakukan sesuatu sangatlah tidak menyenangkan. Lebih baik baginya pergi bekerja pagi pulang malam seperti dulu.
Gadis itu sangat rindu ingin memasak di restoran kembali. Ada kepuasan tersendiri jika ada yang suka dengan makanan yang dimasaknya.
Perlahan matanya mengantuk karena tidak ada teman mengobrol. Ditambah lagi semalaman tidak bisa tidur karena kelaparan. Xiao Yi menyandarkan kepalanya sembari memejamkan matanya. Masih ada waktu sampai jam pulang.
Masih ada waktu untuknya tertidur beberapa jam sebelum jam pulang. Tidak butuh waktu lama bagi Xiao Yi, baru saja sepuluh menit sudah terdengar suara dengkuran halus.