Unduh Aplikasi
2.18% Crazy Love Of CEO / Chapter 9: Takkan mudah lepas

Bab 9: Takkan mudah lepas

Pria tersebut membanting semua barang yang tertata rapi di dalam kamar miliknya hingga berjatuhan ke lantai dan pecah.

Prang prang

"Kali ini kau bisa lolos, Samuel. Tapi akan aku pastikan kalau suatu saat kau akan pergi dari Sienna dan Sienna akan menjadi milikku selamanya," kata Arga sambil mengambil gelas yang tidak terjatuh lalu meremasnya hingga tangannya berdarah.

"Rasa sakit di tanganku tidak sebanding dengan perasaanku yang melihat kamu bersama pria lain, Sienna," lanjut Arga.

Arga yang sudah sangat kesal karena rencananya gagal melihat terdapat barang-barangnya yang masih ada di sudut ruangan melemparnya hingga pecah.

"Nyonya, Tuan Arga mengamuk di kamar," kata Ina salah satu pelayan di rumah keluarga Bowie saat mendengar suara gaduh dari kamar tuan mudanya, Arga.

"Bi Ina, kamu lanjutkan masakkan saya dulu, saya mau lihat putra saya dulu," perintah Reine panik.

Mamanya Arga meninggalkan masakannya dan menyuruh Ina melanjutkannya. Reine berjalan menaiki anak tangga satu per satu dengan buru-buru menuju kamar anaknya. Dia tahu putranya akan mengamuk jika tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Saking paniknya ia lupa kalau memiliki lift di rumahnya.  

Tok tok tok

Reine mengetuk pintu kamar anaknya berkali-kali. Reine tidak mendengar suara dari dalam dan hanya mendengar suara barang-barang yang pecah memutar knop pintu. Mata Reine terbelakak saat melihat kamar tersebut terlihat sangat gelap dan auranya sangat mencekam. Ia mencari tombol lampu lalu memencetnya setelah menemukannya.

"Arga, jangan seperti ini," kata Reine sendu saat lampu menyala dan ia melihat banyak barang yang pecah belah dan juga anaknya sangat kacau kondisinya.

Arga mengambil pecahan beling di lantai dan melukai tangannya lagi hingga semakin banyak darah berceceran di lantai kamarnya. 

"Arga, kamu jangan melukai diri kamu!" teriak Reine sambil berlari menghampiri putranya dan memeluknya.

Arga hanya diam saja tidak merespon perkataan mamanya yang memeluk dirinya.

"Pelayan!" teriak Reine.

Tidak lama para pelayan datang ke kamar Arga. Reine menyuruh para pelayan untuk mengobati luka anaknya. Arga disuruh duduk di tepi ranjang lalu para pelayan mulai mengobati luka Arga.

"Arga, kenapa kamu melukai diri kamu? Apa yang terjadi? Kalau melihat kamu seperti ini, Mama jadi sedih," kata Reine sendu memeluk putranya yang sedang diobati tangannya.

Arga mengusap pipi mamanya yang basah oleh air mata.

"Aku menginginkan Sienna Reagan, Ma," kata Arga.

"Dia sudah memiliki orang lain, Arga. Kalau kamu mencintai gadis itu, bersainglah dengan wajar," balas Reine menasihati Arga.

Arga yang kesal semakin menusuk dalam tangannya dengan pecahan kaca yang berada di telapak tangannya. 

"Arga, jangan begini!" teriak Reine merebut pecahan kaca yang ada di dalam tangan putranya membuat tangannya terluka.

Roman yang baru saja tiba mendengar suara istrinya berteriak dari lantai atas menghampiri salah satu pengawal.

"Jack, kenapa seperti ada keributan di atas?" tanya Roman.

"Sepertinya tuan muda sedang mengamuk, Tuan," jawab Jack.

"Jack, suruh para pengawal ikut saya ke atas, saya takut jika hal tidak diinginkan terjadi," perintah Roman.

Jack menyuruh para pengawal mengikutinya ke kamar tuan mudanya, Arga. Setelah semua para pengawal sudah berkumpul mereka semua mengikuti Roman yang sudah berjalan duluan di depan mereka menuju kamar Arga dengan lift. Sesampainya di kamar putranya, Mata Roman terbelalak melihat kamar putranya dipenuhi darah.

"Jack, bereskan semua kekacauan ini," perintah Roman.

Para pengawal mulai membereskan kamar tersebut. 

"Bi, tolong obati luka Arga lagi, saya mau mengobati istri saya," kata Roman.

Para pelayan yang masih berada di sana kembali mengobati luka tuan mudanya sedangkan Roman mengobati tangan istrinya. 

"Arga, apa yang kamu mau? Kenapa kamu bisa begini?" tanya Roman lirih.

"Arga cuma mau Sienna Reagan, Pa," jawab Arga.

Roman menghelakan napasnya kasar.

"Kalau gitu kamu harus buktikan bahwa kamu memang pantas untuk anak gadis itu. Kamu masih sekolah, Arga, bisa apa kamu," kata Roman mengejek. Dia memang sengaja mengejek putranya agar putranya termotivasi untuk memegang perusahaan mulai dari sekarang tidak nanti-nanti lagi.

Reine tadinya ingin menyela suaminya karena memberikan harapan kepada Arga tapi suaminya menatap dirinya tajam sehingga ia tidak berani dan memilih diam.  

"Aku akan membuktikan ke Papa, dan terutama Sienna Reagan bahwa aku akan lebih hebat dibandingkan Samuel Abraham," gumam Arga menatap papanya penuh harap.

"Arga, Papa minta sama kamu, setelah lulus kamu melanjutkan pendidikan kamu di Amerika, ya," pinta Roman.

"Baiklah, Pa. Aku akan menerima permintaan Papa," balas Arga.

"Bagus," kata Roman menepuk pundak putranya.

"Tapi kalau aku pergi ke luar negeri siapa yang akan memastikan Sienna tetap padaku?" tanya Arga menatap tajam papanya.

"Suatu hari nanti, Papa akan melakukan hal yang tidak disangka oleh siapa pun, tapi pastinya rencana Papa memerlukan kamu terlibat di dalamnya," bisik Roman.

Senyum miring yang terbit di antara anak dan suaminya membuat suasana menjadi mencekam.

"Apa yang akan mereka lakukan pada gadis itu? Gadis itu tidak memiliki salah apa-apa pada keluargaku. Aku berjanji kalau Sienna sampai terluka gara-gara mereka berdua, aku akan membawanya kabur," gumam Reine menatap kedua pria tercintanya di hadapannya.

"Everything will be gonna be okay," bisik Roman menepuk bahu putranya.

Arga menampilkan wajah datarnya dan tersenyum kecil.

"Sayang, ayo kita keluar, biarkan Arga menenangkan pikirannya dulu," kata Roman pada istrinya.

"Roman, aku mau tidur bersama Arga," pinta Reine.

"Ma, Arga bisa kok sendiri, Mama tenang aja," kata Arga.

"Sayang, jangan memperpanjang situasi tidak enak," kata Roman.

"Roman, aku sudah memasak makan malam untuk kita, kamu bujuk Arga untuk makan ya," pinta Reine.

"Arga, kamu sebaiknya makan dulu yuk," kata Roman.

"Pa, makanannya diantar ke sini aja. Arga malas turun," balas Arga.

"Baiklah. Nanti Papa akan menyuruh pelayan mengantarnya," kata Roman.

"Pa, kita makan di sini juga ya," pinta Reine.

"Sayang, ayo kita makan di bawah saja. Arga membutuhkan waktu sendiri, jangan mengganggunya," balas Roman.

Akhirnya Reine mengalah dan ikut bersama suaminya keluar dari kamar Arga. Sesampainya di ruang makan, Reine dan Roman mendudukkan dirinya di kursi ruang makan lalu Reine menyuruh Ina mengantar makanan ke kamarnya Arga.

"Pa, kenapa Papa memberikan harapan seperti itu sih ke Arga? Apa yang sebenarnya kalian rencanakan?" tanya Reine.

"Kamu lihat saja nanti, Sayang. Anak kita akan berhasil mendapatkan gadis itu untuk menjadi menantu kita, tapi biarkan dia berusaha lebih keras juga untuk masa depannya," kata Roman merangkul istrinya sambil tersenyum.

Di dalam kamar, Arga melihat ponselnya yang tersambung dengan cctv di rumah sakit tempat Samuel dirawat mengepalkan tangannya.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C9
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk