Sampai saat ini, anak perempuan itu masih belum sadarkan diri. Saat ini Zen bersama Lisbeth dan Silica yang sudah kembali dari toko senjata Lisbeth, mulai merencanakan apa yang harus mereka perbuat terhadap anak perempuan tersebut.
Asuna sendiri saat ini berada diruangan yang sama dengan anak perempuan itu, sambil mencoba menjaga anak tersebut yang saat ini terbaring di tempat tidurnya saat ini.
Malam semakin larut, Asuna yang sudah merasa kelaparan mulai meninggalkan anak perempuan itu sejenak untuk mengambil beberapa makanan.
"Bagaiamana keadaannya Asuna?" tanya Lisbeth yang melihat Asuna sudah bergabung bersama mereka dimeja makan.
"Dia masih belum siuman" balas Asuna yang terlihat mengkhawatirkan anak perempuan tersebut.
"Tenanglah, dia pasti akan sadar" balas Zen menenangkan Asuna.
"A-Apakah dia sendirian memasuki game ini?" tanya Silica yang mulai sedih membayangakn nasib anak itu.
"Sudah kubilang, dia akan baik – baik saja" kata Zen yang menenangkan Silica.
Setelah makan malam sebentar, akhirnya mereka semua memutuskan untuk istirahat karena waktu yang sudah mulai larut. Saat ini Zen tidur dikasur sendirian sedangkan Asuna tidur menemani anak perempuan itu ditempat tidurnya.
Keesokan harinya Zen terbangun akibat sebuah panggilan yang berasal dari Asuna. Dengan masih mengumpulkan nyawanya dia mencoba merespon Asuna.
"Zen, kemarilah cepat, anak ini sudah sadar" katanya.
Zen yang mendengar ini, langsung tersadar dan mulai mendekati anak perempuan itu yang masih berbaring pada ranjangnya. Asuna lalu mulai mendudukan anak itu dan mulai menanyakan sesuatu.
"Syukurlah kamu sudah sadar, kalau boleh tahu siapakah namamu?" tanya Asuna kepada anak perempuan itu.
Anak perempuan itu mulai berfikir senjenak. Namun anehnya, anak perempuan itu berperilaku seperti orang yang sedang kehilangan ingatannya.
"N-Namaku... namaku Yui, ya namaku Yui" Kata anak perempuan itu.
"Yui-chan ya, kalau begitu namaku Asuna dan orang disebelahku adalah Zen" balas Asuna
"Auna? En?" kata Yui dengan nada bingungnya serta pelafalannya yang belum sempurna.
Lalu Asuna mulai menanyakan kenapa dia berada dihutan itu, menanyakan dari mana dia berasal, dan bagaimana dengan orang tuanya. Namun Yui hanya membalasnya dengan mengatakan tidak tahu. Mendengar ini Asuna merasa sedih karena beranggapan Yui mempunyai masalah pada ingatannya.
"Auna?" kata Yui yang melihat ekpresi Asuna.
"Asuna, Yui-chan. A-SU-NA, tapi kau bisa memangil kami apapun yang kamu mau" Kata Zen sambil menepuk kepala Yui. Mendengar ini Yui mulai memikirkan sesuatu.
"Hm.... Papa?" kata Yui sambil menatap Zen.
"Papa... Aku?" kata Zen sambil menunjuk dirinya dan dibalas anggukan oleh Yui.
"Auna hm..... Mama" lanjutnya
Mendengar kata panggilan ini Asuna yang sebelumnya sedikit sedih mulai tersenyum dan langsung memeluk Yui.
"Ya, aku mamamu Yui-chan" kata Asuna dengan bersemangat
"Papa.. Mama" Katanya dengan senyum yang terukir diwajahnya
Asuna yang saat ini masih merasa bahagia masih memeluk Yui seakan Yui adalah benar anaknya.
"Baiklah – baiklah, mari kita turun kebawah dan sarapan, masakan Mamamu sangat enak loh" Kata Zen
Dan dibalas anggukan oleh Yui yang masih tersenyum. Asuna sendiri yang mendengar ini merasa sangat bahagia, karena Asuna membayangkan bagaimana jika dia mempunyai anak bersama Zen.
Akhirnya mereka bertiga mulai turun bersama dan diikuti oleh Lisbeth dan Silica yang sudah keluar dari kamar mereka. Asuna lalu mendudukkan Yui dikursi meja makan dan mulai menyiapkan sarapan bagi mereka semua yang dibantu oleh Zen sambil menyuruh kedua temannya itu menjaga Yui.
"Hai Yui-chan, perkenalkan namaku Lisbeth dan ini Sillica" kata Lisbeth yang mulai mendekati Yui bersama Silica.
"Ibet... Ica..." balas Yui.
"Ah... tidak apa – apa, kau bisa memanggil kami apapun" kata Lisbeth yang mendengar Yui yang masih susah dalam pelafalannya.
"Hm.... Mama?" kata Yui melihat mereka berdua namun kedua wanita itu terdiam sejenak.
"MAMA!" teriak mereka berdua kaget atas sebutan dari Yui.
"Mm-Mm" angguk Yui sambil melebarkan tangannya meminta mereka berdua untuk memeluknya dengan senyum manisnya.
Mereka berdua yang melihat ini, tanpa pikir panjang langsung memeluk bidadari yang ada didepannya.
"Yui-chan" kata mereka berdua yang masih memeluk Yui.
Disisi lain, Asuna yang masih ada didapur yang sedang menyiapkan makanan, mendengar keributan berasal dari area meja makan. Lalu Asuna menyuruh Zen untuk menjaga makanan yang sedang dimasak dan dia mau menghampiri tempat Yui untuk mengeceknya.
"Apa yang kalian lakukan pada Yuiku" tanya Asuna yang melihat mereka masih berpelukan.
"Yuimu? ini Yuiku" balas Lisbeth dan dibalas anggukan oleh Silica.
"Mama" kata Yui melepaskan pelukan Lisbeth dan Silica dan mulai berlari dan memeluk Asuna.
"Yui" Kata Asuna membalas pelukan Yui, Melihat ini Lisbeth dan Silica tidak mau kalah.
"Yui-chan, kenalkan ini Pina sahabat Mamamu" tunjuk Silica pada Yui.
Yui yang melihat ini mulai melepaskan pelukan Asuna dan mencoba mendekati Silica yang bersama dengan Pina. Melihat aksi Ini Lisbeth dan Asuna merasa tidak mau kalah dan mulai memamerkan apapun yang bisa mereka pamerkan untuk menarik perhatian Yui.
Aksi mereka akhirnya menyebabkan pertengkaran antara mereka, karena merasa tidak mau kalah. Yui yang melihat ini mencoba untuk menghentikan mereka bertiga.
"STOPPPPP!" teriaknya. Mendengar ini mereka bertiga mulai menghentikan apapun yang mereka bertiga lakukan dan terdiam sambil memperhatikan Yui yang berteriak kepada mereka bertiga.
"Mama" kata Yui dengan senyum manisnya yang terukir diwajah imutnya, sambil melebarkan tangannya mencoba memeluk mereka bertiga. Melihat ini, ketiga wanita yang sebelumnya bersitegang, mulai mendekati Yui dan memeluknya bersama.
Zen yang memperhatikan masakan Asuna yang saat ini sudah masak, akhirnya mencoba untuk memanggilnya. Namun saat sampai dimeja makan, Zen melihat ketiga wanita didalam kelompoknya sedang memeluk Yui.
"Sedang apa kalian bertiga?" tanya Zen
"Papa!" kata Yui melepaskan pelukan mereka bertiga, dan berlari kearah Zen.
Zen yang melihat itu langsung menangkap bidadari didepannya itu lalu mengangkatnya keatas. Yui yang sedang diangkat Zen merasa senang dan mulai tertawa dengan tindakan Zen. Melihat ini Zen akhirnya mulai mencoba melemparkannya keatas dan menangkapnya.
Pemandangan ini tidak luput dari ketiga wanita itu, mereka bertiga memikirkan hal yang sama, yaitu bagaimana jika mereka menikahi Zen dan mempunyai seorang anak bersamanya.
Setelah puas bermain dengan Yui, Zen mulai menggendongnya dan menyapa tiga orang sedang memerah pada wajah mereka.
"Ayo kita sarapan" kata Zen
"A-Aku akan menyiapkan makanan / A-Aku akan menyiapkan peralatan makan / A-Aku akan ketoilet sebentar" kata mereka bertiga berbarengan yang sadar dari lamunan mereka sebelumnya dan mencoba menyembunyikan wajah mereka bertiga yang memerah pada saat itu.