Aku menjadi kaku. Hanya ada satu alasan dia meneleponku.
"Apa yang terjadi? Apakah Paman Lu baik-baik saja?"
"Gerry, maafkan gua, ada kecelakaan."
Aku merasa tenggorokanku tercekat. Panas menyapu tubuhku saat aku bersandar keras ke meja untuk menjaga diriku tetap tegak.
"Apakah dia…"
Aku bahkan tidak bisa mengatakannya.
"Dia masih hidup Nak, tapi mereka harus menggunakan Flight for Life untuk mengeluarkannya dari sini."
Aku hampir tidak mendaftarkan dia yang memberi tahu Aku bahwa sebuah mobil telah menyapu samping van yang dia dan beberapa penghuni lainnya naiki. "Di mana... di mana dia?"
"Mereka membawanya ke St. Elizabeth di Jakarta. Gua mencoba menelepon ke sana sebelum gua menelepon Lu, tetapi mereka tidak akan memberi tahu gua apa pun melalui telepon. Maafkan gua Gerry."