Unduh Aplikasi
69.6% Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 71: Menu Sarapan

Bab 71: Menu Sarapan

"Coba saja, aku akan gigit leher dan punggungmu!"

"ShaKira Chairunisa.."

"Ayolah Ryan.. Aku ingin digendong seperti ini. Sekali saja, yah.. Aku ingin sekali di gendong seperti ini.. Tapi.. Ayahku tak pernah menggendongku seperti ini. Dia bahkan tak peduli padaku setelah ibuku meninggal. Aku selalu berusaha menyayangiku.. Tapi sulit untuknya melupakan ibuku.

Ryan tak lagi menjawab dan menyuruh Kira untuk turun. Dia memilih berdiri dan membawa Kira ke kamar mandi dengan menggendongnya seperti itu. Membiarkan kepala Kira bersandar dipunggungnya yang hangat, membiarkan tubuh Kira menempel pada punggungnya. Sesuatu yang tak pernah dilakukan Ryan sebelumnya.. Menggendong wanita! Ryan tak suka tubuhnya sakit karena wanita. tapi dari tadi malam, justru dia melakukannya terlalu banyak pada Kira.

"Terima kasih, Ryan.. Kau telah mewujudkan satu impianku!"

"Kau senang?"

"Hmm.. Terima kasih.. Punggungmu sangat kuat dan hangat.. Sangat nyaman bersandar di sini."

"Fuuuh.. Bahkan sekarang aku tak bisa berkata apapun untuk menjawabnya. ShaKira Chairunisa.. Kau semakin berani kepadaku. tapi kenapa aku menurutinya seperti ini?" Ada segurat senyum di wajah tampan Ryan saat berjalan melangkah ke kamar mandi.

"Pakai shower lagi? Atau kau ingin aku gosokkan punggungmu dulu di bathtub?" tanya Kira yang masih di punggung Ryan, saat Ryan menyalakan air shower.

"Kau ingin telat ke kampusmu?"

"Ah, iya aku lupa.. Turunkan aku cepat.. Huufh.. Bodohnya aku!"

"Hah, sekarang kau mengakui dirimu bodoh?" tanya Ryan sambil menurunkan Kira.

"Hmm... Aku bodoh karena jatuh cinta padamu. Haha!" Jawab Kira tanpa dipikir lagi. .

"Hey, apa maksudmu tadi?"

"Kau.. Aku jatuh cinta padamu sampai segila ini. Hufffh.. Apa aku bodoh karena mencintaimu, Ryan?"

"Justru itu satu-satunya kepintaranmu! Jatuh cinta padaku!"

"Apa kau juga mencintaiku?

Brrrrr.. Ryang tak mau menjawab Kiraa. Tapi justru menarik tubuh Kira ke bawah Air shower... "Gunakan otakmu sebelum bicara!" katanya kemudian sambil membawa dirinya kepancuran shower

"Aaakhh. Kau narsis. Bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu adalah satu-satunya kepintaranku? Dan aku bahkan tak tahu kau cinta padaku atau tidak" Kira bersungut kesal.

"Hey. Mau apa kau? aku geli! Cepat gosok punggungku.. Kau mau telat kuliah?" Ryan berusaha menghindari tangan Kira yang terus menggilikitik badan Ryan karena kesal dan tak mau menyerah.

"aaaha. Iya iya.. Cepatlah, aku harus cepat kuliah!"

Kira kembali fokus menggosok badan Ryan, lalu membersihkan tubuhnya juga. Tak lama, kurang dari sepeuluh menit mereka sudah ada di ruang ganti dan Kira menbantu Ryan memakai pakaiannya, sebelum Kira memakai pakaiannya sendiri.

"Ingat. Jangan pakai parfum itu semua. Wanginya sangat menggoda. Aku tak suka kau memakainya di luar!"

"Iya."

"Jangan memakai make up!"

"Iya."

"Pakai baju yang longgar! Jangan perlihatkan lekukan tubuhmu!"

"Iya."

"Pakai baju warna hitam! Jangan yang merah itu! Jelek!"

"Iya."

"Jangan pakai itu juga!"

"Ini hanya handbody.."

"Taruh!" Ryan menunjukkan jam tangannya. "Jam tujuh kurang lima menit!"

"Ah, baik.. baik.. Aku ikuti semua maumu tanpa protes!"

"Apa yang dilakukannya sih, bukannya dia harus kerja? kenapa hanya duduk di sana mengamatiku? Apa sekarang maunya?" Ryan mengamati Kira berpakaian dan mengomentari semua yang tak disukanya. Meminta ganti semua dan terus saja berbicara membuat Kira menggila sendiri.

"Aku sudah selesai. Kau mau berangkat atau tetap tinggal di aitu, suamiku?"

"Hah, kau panggil aku seperti itu lagi?"

"Hmm. Karena kita mau keluar, kan.. Aku harus menghornatimu.. Kau kan rajanya!"

"Hey, apa maksud kata-katamu?"

"Suamiku, bagi wanita yang sudah menikah. Suanminya adalah rajanya. Orang pertama yang harus dipatuhinya. Yang harus diperhatikannya. yang harus disayanginya dan yang harus selalu dihormatinya. Apa kau paham? Ayolah.. " Kira menarik tangan Ryan keluar dari kamar. Menuruni tangga dan segera turun ke lantai dasar.

"Aaakh.. Tasku!" Kira sangat senang menemukan tasnya di sofa. Tadi malam, seharusnya tas itu ada di mobil. Tapi, saat ini tasnya sudah ada di sofa tempat tadi malam Kira duduk di sana sama Ryan.

"Suamiku... Sofa ini. Bajuku, bajumu.. Pizza. Semua sudah ga ada.."

"Hmm. Kenapa?"

"Apa ada orang yang melihat kita di sana tadi malam?"

"Hahaha.. Kau pikir ada yang berani ke sini tanpa izinku?" Ryan memgernyitkan dahinya.

"Buka ini. Ayo makan dulu!" Ryan memegang niqob Kira.

"Makan? Sudah jam tujuh lewat, nanti aku telat!" Kira mencoba menahan tangan Ryan..

"ShaKira Chairunisa.. Kau ingin aku mati kelaparan setelah memuaskanmu tadi malam?" Tatapan Ryan bagai predator buas siap menerkam mangsa.

"Aku tak minta kau puaskan aku, kau yang main tak berhenti-berhenti.. Hingga membuatku menggila.. "

"Hey.. Kau bilang apa? Tadi malam.. Siapa yang minta lagi hingga keluar lima belas kali? Jawab aku!"

"Hmm.. Aku.."

"Jadi. Siapa yang minta dipuaskan?"

"Aku.."

"Hahaha.. Kau gila Kira.. Lihat tatapan Ryan.. Kau sangat rendah sudah di hadapannya. Haaah. Bodohnya kau.. Harusnya kau tahan tadi malam.. Ah, bodoh bodoh!" Kira tak lagi berani Berbicara. Dia selalu kalah untuk hal ini dengan Ryan. Memilih menemani Ryan untuk makan daripada menambah masalah untuknya.

Makanan di meja makan kali ini..sangat sesuai dengan selera Kira. lontong sayur kesukaannya, juga lauknya banyak dan enak-enak. Ayam kalasan, rendang, opor ayam, sambal goreng kentang. Sambal, dan yang paling penting kerupuk. Kira sangat suka makan kerupuk sehingga dia makan sangat banyak. lupa sudah kalau dia harus cepat-cepat pergi ke kampus.

"Sudah kenyang?"

"Hmmm. Terima kasih suamiku.. Aku kangen makanan seperti ini. Aku suka!"

"Haaah.. Sialan kau Andi, kau ternyata siapkan makan pagi kesukaannya. Mana bisa aku makan pagi seperti makan siang begini. Huuuh. Kau hanya menyiapkan untukku potongan buah dan susu. Awas kau, Andi!" hati Ryan sangat kesal pada Asisten Andi. Dia tak bisa makan pagi seperti ini. Ryan suka western food. Dan dia sudah akan menerkam Asisten Andi saat ini. Ryan menengok jam tangannya, mengeluarkan handphone dari saku jasnya, mengetik sesuatu untuk Asisten Andi

"Suamiku, buka mulutmu!" Kira sudah mendekat dan membawa piring dengan lontong di sendoknya, mendekat juga ke Ryan..

"Aku tak mau makan itu.. Santan.. Aku tak mau!"

"Coba sedikit suamiku. Ayolah.. Coba dulu!"

"Hufff. Kenapa aku ini. kenapa aku tak pernah bisa menolaknya? Hmm.. tapi rasanya enak juga.. Apa karena aku lapar jadi rasanya enak?" Ryan akhirnya mau makan makanan yang tadi di santap Kira. Ryan tak menyangka makanan didepannya sungguh enak.

"lagi!"

Ryan kali ini tak sulit untuk menuruti Kira. Dia akhirnya mau memakan lebih banyak makan dihadapannya. Satu suap.. Dua suap...tiga suap.. Terus seperti itu. Hingga akhirnya hampir dua piring lonting sayur Ryan sudah menghabiskannya.

"Hahaha... Kau lapar kan? Ini enakkan? Makanaya. Jangan kebarat-baratan.. Makanan negara kita ini sudah paling enak. Kau belagu sih.. Hihi" Kira puas membully Ryan di dalam hatinya. Dia tak ingin mengutarakamnya. Dia tak ingin kalah lagi dan membuat Ryan bisa semakin membullynya.

"Kau sudah selesai, atau mau coba yang lain?"

"Aku sudah kenyang.. Ayo berangkat! Lihat jam tanganku!"

"Astaghfirulloh.. Sudah jam delapan kurang dua puluh menit! Ayolah. Cepat!" Kira sudah menarik tangan Ryan untuk segera berdiri.

"Aku baru makan banyak sekali. Pelan-pelanlah. Aku tak ingin memuntahkan makananku!" Ryan berjalan dengan malas.

"Suamiku, ayolah.. Eh tunggu, kau mau ke kantorkan. Kenapa aku bodoh menyeretmu? Maafkan aku.."

"Kau mau kemana?" Ryan memegang tangan Kira kuat-kuat

"Aku mau ke kampus.. lepaskanlah tanganku cepat.. Aku sudah telat, aku mohon, suamiku..."

Ryan tak melepaskan tangannya dari Kira, justru berdiri dan menggandeng tangan Kira.

"Ayo!"

"Apa maksudmu? Kau akan mengantarku?"

"Bisakah kau tak cerewet?" Ryan melirik Kira. Dia sudah kekenyangan tak ingin banyak bicara, tapi Kira masih saja bicara.

"Maaf.. Aku panik sekali, sudah telat.."

"Kau belum menutup wajahmu!"

"Ah. Iya aku lupa!" Kira melepaskan tangan Ryan, dan kembali berlari ke meja makan. mengambil niqobnya di sana lalu kembali lagi ke Ryan.

Klek

Ryan membuka pintu, dengan tangannya masih menggandeng tangan Kira.

"Selamat Pagi Tuan Muda.. selamat Pagi nyonya Muda." Asisten Andi memberikan salam

"Selamat pagi asisten Andi, ayo cepatlah!" Kira menjawab sambil terus melangkah mengikuti langkah Ryan, sedangkan Ryan tak peduli apapun.

TING

Pintu lift terbuka

Kira, Ryan dan Asisten Andi masuk ke dalam lift bersama dua bodyguard. Sisanya, semua bodyguard akan segera menyusul ke kampus Kira.

"Suamiku.. Kita kenapa ke atas bukan ke bawah?"

"Hey, kau pikir Jakarta ga macet? Jam segini mana cukup ke kampusmu pakai mobil? Kita ke sana pakai Helicopter!"


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C71
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk