Unduh Aplikasi
68.62% Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 70: Manja

Bab 70: Manja

"Bagus!" Ryan tersenyum dan mengecup bibir Kira. "Ayo kembali ke kamar!"

"Aku ga bisa.. Lemas.."

"Hufff... Kau ini.. Meyusahkan aku saja!"

"Ryan. Tunggu.." Kira menahan tangan Ryan yang ingin menggendongnya.

"Apa lagi?"

"Aku haus, Ryan.."

"Hah, kau! Bahkan kau sekarang bisa memerintahku dan menyebut namaku!" Ryan mengecup kembali bibir Kira. Lalu berdiri, dan berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan Kira air putih. Sesuatu yang tak pernah dilakukan Ryan seumur hidupnya. Pergi ke dapur, lalu mengambil segelas air putih. Ini bukanlah kebiasaan Ryan. Dia selalu dilayani. Bukan melayani seperti ini.

"Bangun, minumlah dulu!"

"Huff.. Aku ga peduli ada bekas apa dimulutku ini.. Bahkan aku tak kuat untuk berkumur membersihkan bekas cairan yang baru saja aku telan tadi. Aku haus dan sudah sangat lemas.. Owh.." Kira bangun, dengan tangan kanan Ryan menyangga kepalanya, sehingga Kira bisa minum air dari gelas yang di bawa Ryan.

"Ryan.."

"Hmm.. Diamlah, kau sudah lemas. Mau bicara apa lagi?" Ryan mengangkat Kira ke kamarnya. Dengan kondisi keduanya tanpa busana.

"Apa kita akan melakukan seperti tadi setiap malam?" tanya Kira yang sudah setengah tertidur.

"Bukan setiap malam. Setiap saat aku ingin. Kapanpun.. Siang atau malam dan dimanapun. Apa kau mengerti?"

Tak ada jawaban dari Kira. Sudah sangat melelahkan untuknya menjawab. Akhirnya memilih tidur dipelukan Ryan.

"Kau tak akan bisa mengalahkanku dalam permainan seperti tadi.. Aku akan membuatmu kelelahah terus seperti ini. Apalagi kalau milikku sudah bisa masuk ke dalam sana.. Hahaha!" Ada rasa lelah dalam diri Ryan. tapi juga rasa puas untuk apa yang tadi dilakukan dengan Kira.

Klek

Ryan mendorong pintu kamarnya, menaruh Kira di tempat tidur, dan dia duduk disamping Kira, di tempat tidur yang sama dan berbagi selimut yang sama dengan Kira. Sesuatu yang dulu di larang olehnya. Ryan tak suka berbagi selimut dengan siapapun.

"Andi, suruh orang siapkan sarapan di apartemenku. Tapi pastikan tak ada lagi orang di dalam sini setelah itu. Kau juga tak boleh masuk ke dalam sebelum aku izinkan!"

Send

"Baik Tuan Muda!"

"Andi, apa dia memakai kartu yang aku gunakan untuk belanja?"

"Nyonya memakainya Tuan. Untuk belanja sebanyak dua belas jutaan."

"Wah, kenapa dia pakai sedikit sekali, Andi? Apa hanya segitu kemampuannya menggunakan uang?

"Itupun tak di pakai untuk belanja kelerluannya tuan. Teman nyonya di jebak oleh salah satu gerai butik, nyonya belanja untuk mengganti rugi ke gerai itu!"

"Apa? Bagaimana kerjamu Andi? Sampai membiarkannnya di jebak seperti itu?

Video sent (Asisten Andi sudah mengirimkan video CCTV kejadian di Millenium Mall pada Ryan)

"Saya sudah membereskam mereka semua, Tuan. Gerai mereka juga sudah di tutup dan kita sudah mengajukan tuntutan hukum pada mereka."

"Hah, kau mau meragukan kerjaku? Tak ada yang bekerja sebaik aku! Hahha" Asisten Andi membanggakan dirinya sendiri.

"Bagus! Jatuhkan tuntutan yang berat! Hey, Andi, kau belum tidur?"

"Aku baru bangun, Tuan Muda!"

"Huuuuh, kau memang chat dengan siapa kalau aku tidur? Dan bagaimanna aku bisa tidur Tuan Muda.. Pekerjaan diperusahaanmu banyak sekali yang harus di urus. Aku harus memastikan semua tim khusus bekerja sesuai dengan tempatnya. Memastikan kekuasaanmu tak akan melemah! Kau juga pasti habis bergadang dengan mainanmu, kan? Hah!" Kata hati Asisten Andi ketika membalas pesan Tuannya.

"Aku juga belum tidur. Aku sangat sibuk tadi. Sekarang aku tidur dulu! Bereskan semua masalah perusahaan sebelum aku bangun!"

"Baik Tuan Muda!"

"Bahkan sebelum kau tidur semua urusan perusahaan sudah selesai! Dan sekarang aku juga mau tidur, lumayan satu setengah jam. Sebelum aku harus kembali gila mengurusmu!" Asisten Andi tidur dengan handphone selalu siaga didekatnya, dengan ringtone suara terkencang. Sehingga dia bisa selalu siap saat tuan mudanya butuh bantuan.

Jam 06:15 pagi

"Hmm.. Hangat.. Sangat nyaman pelukan ini. Rasanya membuatku tak ingin bangun dari mimpi indah ini. Bau tubuhnya, tubuh halus ini. Tunggu!" Kira membukan matanya perlahan. Memastikan kalau-kalau dirinya bermimpi atau enggak.

"Ryan.. Kau memelukku seperti ini dalam tidurmu?" ada rasa senang dan bahagia di hati Kira melihat siapa yang memeluknya. Wajah yang begitu mempesona, yang ingin sekali di sentuh oleh tangannya.. Bulu mata Ryan yang cukup indah dimiliki seorang laki-laki. Lentik, dan panjang, tak mengurangi kesan maskulin dari wajahnya. Guratan halus pada wajahnya, membuatnya terlihat makin mempesona dan menarik. Kesan wajah pria dewasa yang sangat menggoda.

"Sudah puas menandangi wajahku?"

"Ryan.. Kau tak tidur?"

"Aku terbangun karena gerakanmu!" Ryan melirik Kira. "Masih lelah?"

Kira menggeleng. "Aku harus kuliah.. Kerja di lab.. Bagaimana bisa aku merasa lelah.. Aku kan ga boleh malas-malasan, aku belum sesukses dirimu. Bagaimana bisa aku bersantai-santai!" Kira mencibir.

"Kau ingin menjadi sukses?"

Kira mengangguk.

"Aku ingin sukses dan membuatmu bangga."

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin kau bangga padaku, aku bukan wanita bodoh yang berada disebelahmu tanpa prestasi. sedangkan kau adalah orang berpengaruh."

"ShaKira Chairunisa.. Kau pikir berapa lama kau akan ada disisiku?"

"Selamanya, karena kemarin kau memintaku untuk selalu tinggal disisimu selamanya. Aku sudah berjanji padamu.."

"Hey, maksudmu kau akan tetap disisiku meskipun kau sudah tua renta dan menyusahkanku!"

"Hahaha"

"ShaKira Chairunisa, kau baru saja menertawaiku. Kau tahu itu?"

Kira mengangguk. "Kadang kau sangat lucu, tapi kau juga menakutkan, Ryan. Terima kasih, kau mengizinkanku selamanya disisimu" Kira kembali memeluk Ryan.

"ShaKira Chairunisa, kau berani memelukku tanpa izinku?"

Kira mengangguk. "Aku ga bisa mengontrol diriku, Ryan.. Kau membuatku seperti ini. Kau bilang kau mengizinkan aku memncintaimu, kan? Seperti inilah aku yang mencintaimu.."

"Kenapa dia jadi seperti ini? kenapa dia jadi semakin lembut padaku? Dia juga sudah berani menjawabku? Apa ada yang salah dengan pizzanya tadi malam? Apa otaknya jadi konslet karena banyak bermain tadi malam? Dia ga mabuk, aku juga ga mabuk, kami ga minum anggur, Bagaimana bisa otaknya konslet?" Ryan tak mengerti jawaban pertanyaannya. Dia hanya membiarkan Kira seperti itu. Membiarkan Kira sedikit bermanja dengannya.

"Kau belanja apa kemarin?"

"Oh Ya Rob.. Dia tahu.." Kira bangun dari sandaranmya di tubuh Ryan dan menatap Ryan.

"Kau belum menjawabku?" Ryan memicingkan matanya

"Maafkan aku.. Kemarin aku pakai uangmu banyak sekali untuk menolong temanku yang di jebak oleh pelayan toko.

"Banyak? Apa kau bilang?" Ryan bangun dan merubah posisinya dari tiduran menjadi duduk. "Kau bilang apa? Kau memakai uangku banyak?"

"Haaaah. Dia marah kan. Bagaimana ini.. Aku tak ingin dia memukulku sebelum aku berangkat kuliah.. Pasti sakit sekali nanti.." Kira sangat panik melihat raut wajah Ryan yang berubah.

"Maafkan aku.."

"Apa? Maaf apa hah? Mau minta maaf apa?" Ryan sudah berteriak pada Kira.

"Maaf karena aku memakai banyak uangmu." Kira sudah tertunduk

"Banyak? Kau bilang banyak lagi?" Ryan menaikkan dagu Kira dengan dua jarjnya sehingga mata mereka bisa saling bertatapan.

Kira mengangguk.

"Kau.. Kenapa pagi-pagi membuatku marah begini? Kau ingin menghinaku?"

Kira menggeleng

"Lalu apa maumu dengan bilang uang dua belas juta itu banyak, hah? Kau mau menghinaku seperti apa? Kau pikir aku sangat miskin sehingga menganggap uang dua belas juta itu banyak?"

"Ryan.."

"Apa? Kau mau menghinaku apa lagi?" Ryan sudah sangat kesal bahkan sudah memalingkan wajahnya dari Kira

"Aku tak ingin memukulmu lagi. Aku tak ingin melihat wajah bodohmu itu.. Kau benar-benar telah menghinaku ShaKira Chairunisa.. Kau memghinaku dengan uang dua belas juta.. Hah.. Kau bilang itu besar? Kau.. Beraninya kau menghinaku!" Ryan hampir tak bisa mengendalikan dirinya. Kali ini, dia berusaha sangat keras untuk tak memukul Kira.

"Apa tadi dia bilang? Dia tak marah padaku karena pakai uang itu kan? Dia marah karena aku bilang uang itu jumlahnya besar kan? Apa dia gila? Uang dua belas juta tadi menurutnya bukan uang besar?" Kira masih belum terlalu yakin dengan kondisinya.

"Ryan.. Kau tak marah karena aku pakai uang dua belas juta itu?"

"Kau.. Kau mau menghinaku lagi dengan menuduhku marah karena dua belas juta? Apa maumu sebenarnya?" alih-alih memukul Kira, akhirnya Ryan menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangannya

"Ryan.. Kau.."

"Hey.. Apa yang kau lakukan sekarang?" Ryan kebingungan karena Kira langsung tersenyum dan memeluknya dengan sangat erat. Bahkan Kira menciumi dada bidangnya.

"ShaKira Chairunisa. Kau lakukan apa? Aku geli. Lepaskan! Aku belum persiapan.. Kau tak lihat tadi aku lagi marah?"

"Ryan!"

"Apa memanggilku? Memang aku mengizinkanmu memanggilku seperti itu?"

"Terserah kau.. Aku tak peduli kau izinkan atau tidak!"

"Heey.. Tanganmu.. Beraninya kau!" Kira mencubit dada Ryan dengan sangat kencang, membuat Ryan mengomel.

"Aku mau mandi.. Aku mau kuliah.. Kau mau disini atau mau mandi denganku?"

"Apa kau pikir kau atasanku yang bisa memerintahku?" Ryan memicingkan matanya. Kesal karena Kira berkali-kali membuatnya kesal pagi ini. tambah sikapnya yang seakan tak takut lagi pada dirinya, membuatnya kehilangan ide harus berbuat apa.

"Berbaliklah, Ryan.. Ayo berbaliklah!"

"Apa maksudmu.. Kau mau apa lagi hah?" Kira memaksa Ryan berbalik memunggunginya, walaupun sulit, tapi Kira berhasil menbuat Ryan seperti itu

"Aku mau naik ke punggungmu. Gendong aku sampai kamar mandi."

"Kauuu. Turun! Aku bukan kuda! Cepat turun!"

"Ga mau!" semakin di paksa turun, Kira justru melingkari kakinya di pinggang Ryan makin kencang dan tangan kanannya, masuk dari bawah lengan Ryan, lalu tangan kirinya naik ke pundak Ryan, kedua tangannya saling berpengangan di depan dada Ryan dan membuat Ryan sulit melepaskannya.

"Turun cepaat! Kau berani padaku sekarang? Aku akan menjatuhkanmu nanti!"


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C70
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk