===========
Hari berikutnya.
Perayaan berakhir, TangYi dan TangWen beserta rombongan keluar meninggalkan lembah JieTai dan kembali ke istana, tentu saja rombongan istana itu akan selalu menarik perhatian di jalan karena umbul-umbul dan pengawal dengan Jirah emas dan kereta megah yang berjalan beriringan.
TangYi sebenarnya ingin membawa HongEr serta tapi ia akan mendapat pukulan dari FeiEr kalau ia melakukannya, FeiEr sangat lengket pada HongEr Mana mungkin membiarkan orang lain membawanya walau paman Kaisarnya selalu memintanya setiap kali.
FeiEr akan selalu menggerutu dan menyebut orang tua itu kaisar pikun.
"Dasar kaisar pikun"
Hari yang baru lainnya.
FeiEr punya misi hari ini, sejak BaiHu begitu sibuk dengan pergelaran seni beladiri yang akan diadakan di ibukota beberapa Minggu lagi hingga FeiEr harus menggantikan ayahnya mengawal ekspedisi group baru, mereka baru meresmikan satu group lagi yang beranggotakan sepuluh orang yang akan berangkat ke Xi'an siang itu, karena pengalaman FeiEr yang masih hijau ia tentu akan ditemani LuYan putra sulung LuWang sebagai penasehatnya, jumlah total rombongan beserta FeiEr dan LuYan adalah lima belas orang.
Rombongan sudah bersiap di depan gerbang, TangYuan juga sibuk mempersiapkan perbekalan untuk perjalanan FeiEr selama kurang lebih sepuluh hari, hitungan normal untuk pergi ke Xi'an menemui cabang yang dikepalai pak Tua Chang dan kembali lagi ke rumah.
"Ini sudah dibawa, em FeiEr kau jangan lupa memberikan bedak ini pada bibi Lei yah, beliau sudah memintanya sejak terakhir kita ke sana tahun lalu, susah sekali baru menemukan bedak ini lagi" ujar TangYuan memasukkan sebuah dompet kain kecil yang cantik ke dalam tas besar FeiEr.
***Bibi Lei, adik kandung pak tua Chang yang menjadi tulang besi di usaha ekpedisi, beliau tidak menikah dan usianya sudah cukup tua, menurut FeiEr.
FeiEr yang sibuk melengkapi XiaoEr kudanya menoleh.
"Ibunda, bukannya bibi Lei itu sudah berumur yah, buat apa lagi pesan bedak seperti itu, mau mencari pria lagi?"
TangYuan menepuk pundak FeiEr agak keras, mulut putranya itu memang tajam.
"Kau ini, biarkan saja kau tidak usah banyak bertanya cukup berikan saja, bibi Lei itu masih muda beliau harus mempercantik diri untuk usahanya kenapa kau yang pusing?"
FeiEr masih mendumel sendiri, LuYan menahan tawa, tuan muda dan nyonyanya seperti kucing dan anjing, tidak pernah akur.
Dari arah pintu rumah terdengar suara derap kaki cepat.
"Buk buk buk!"
HongEr, yang berhenti dengan napas terengah-engah, ia menentang tas merahnya di punggungnya, sejenak menurunkan tubuhnya mengambil napas lalu kembali lagi mendekati FeiEr.
"Qeqe! Kenapa aku mau ditinggal, kelasku baru selesai katanya kakak mau menungguku!" Seru HongEr menahan lengan baju FeiEr.
FeiEr melirik Ibundanya.
"Tuh, tidak diijinkan oleh Ibunda"
TangYuan melambaikan tangannya meminta anak buahnya mendekati HongEr,
"Pelayan tolong bawa tas tuan muda HongEr kembali"
Pelayan muda itu mengangguk, ia mengambil tas yang tertambat di punggung HongEr, tapi HongEr menahannya, ia mendekati Ibundanya dan mulai merajuk.
"Ibunda, khan Ibunda sudah janji kalau kak FeiEr keluar dinas lagi HongEr boleh ikut, Ibunda lupa dengan kata-kata sendiri yah" HongEr menempel pada Ibundanya yang berusaha bersikap dingin dan tidak melihat wajah HongEr, ia bisa kena rajukannya kalau melihat wajah menggemaskan putra bungsunya itu.
"Ibunda bilang tidak yah tidak, lain waktu saja"
"Ahh Ibunda" Rajuk HongEr.
TangYuan mencoba mengacuhkan HongEr dan masuk ke dalam gerbang, Er Niang mencoba membujuk HongEr yang memasang wajah kecewa.
"Ibunda" HongEr terus merajuk tapi bibi Er Niang menahannya agar tidak maju.
"Tuan muda jangan pergi dulu untuk saat ini yah, nyonya sendirian di rumah, tuan besar pergi tuan Muda Fei juga pergi, kali ini menurut dan temani Ibunda di rumah yah"
HongEr melipat tangannya di depan dada, dahinya berkerut dalam, ia belum pernah terlihat sekesal itu sebelumnya, walau ia kesal tapi wajahnya tetap menggemaskan, bahkan para pelayan sampai terpana dibuatnya.
"Oh tuan muda imut sekali"
LuYan menepuk tangan FeiEr, melirik ke arah HongEr yang berdiri kesal.
"Tuan muda, apa tidak masalah meninggalkan tuan HongEr begitu, hamba takut ia nekat"
FeiEr Ingin sekali mengajak HongEr serta, sepuluh hari, ia pasti akan sangat merindukan adik tersayangnya itu, tapi benar kata Ibunda, HongEr masih terlalu kecil, walau ia sering bolak-balik ikut keluar lembah untuk belanja tapi perjalanan ekspedisi tidak seperti yang ia duga, di jalan bisa saja terjadi masalah dan HongEr yang tidak bisa ilmu beladiri, tentu akan sangat mengkhawatirkan, makanya Ibunda melarangnya pergi.
"Ibunda" HongEr merajuk lagi mencoba mengikuti Ibundanya ke dalam rumah.
"Sudah Ibunda tidak mau dengar" seru TangYuan menjauh.
Klop klop klop klop.
Suara sepatu kuda melangkah pelan sepanjang jalan besar, rombongan ekspedisi sudah jauh meninggalkan rumah besar JieTai dan kini melewati jalan besar tengah kota.
Keluarga Jie terkenal akan dermawan dan rendah hatinya hingga setiap warga yang dilewatinya akan menyapa ramah.
"Selamat siang tuan muda"
FeiEr melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar, ia tak habis melempar senyum sejak tadi, mereka baru beberapa kilometer dari rumah tapi FeiEr sudah merasakan kerinduannya yang sangat besar, sesekali masih melirik ke belakangnya, sambil menarik napas panjang, LuYan yang duduk di sampingnya di dalam kereta melirik tuan mudanya, ia tahu tuan mudanya itu sebenarnya enggan meninggalkan rumah, ini perjalanan pertamanya yang cukup jauh tanpa Ayahandanya.
"Tuan muda, anda resah sekali, masih enggan pergi?"
FeiEr membuang napasnya, walau tidak mau ia juga tidak bisa menolak, group ini butuh pendamping dari keluarga, dan Ayahandanya juga berpikir ini kesempatan FeiEr untuk melebarkan sayapnya, ia tidak begitu menyukai keluar rumah untuk berpetualang atau mencari pengalaman hidup karena semua sudah tersedia di lembah, begitu juga dengan HongEr, ia sudah sangat merindukannya, ini akan sangat membosankan, pikir FeiEr.
LuYan tersenyum, sebenarnya ia tahu apa yang membuat tuan muda pertamanya berat pergi walau ia tidak bertanya sekalipun, pria muda berusia tiga puluh tiga tahun itu hanya menggelengkan kepalanya.
"He"
Tiba di luar gerbang kota WaiYi, ini kota besar yang ramai oleh pedagang dan pendatang yang sengaja datang untuk menikmati udara segar dan pemandangan yang indah, rombongan kereta mempercepat jalannya, saat kusir menghentak pecut kuda tiga kuda bertubuh kekar dan hitam itu mempercepat larinya.
==========