Unduh Aplikasi
90% Terjangan Sang Superhero / Chapter 9: Benih Terbesar

Bab 9: Benih Terbesar

Gunung Bromo, Jawa Timur

Di atas hamparan pasir kehitaman tersebut terlihat beberapa orang berseragam cokelat dan biru berlogo kepala harimau menggigit barbel, sedang menengadah, melihat ke arah sebuah benda berukuran sangat besar yang tertutup material letusan anak gunung Bromo.

Orang-orang tersebut adalah para anggota Agent K.U.A.T. yang sedang menjalankan misi untuk memeriksa objek yang adalah pesawat super besar yang pernah dibuat manusia.

"Jadi ini pesawat pesiarnya? Sangat menarik. Aku penasaran dengan isi pesawat ini," ujar salah seorang agent laki-laki.

"Aku juga penasaran, lex. Tapi kita belum boleh memasukinya sampai bos datang," tukas agent perempuan yang adalah Nanda.

Agent laki-laki yang adalah Alex tampak mengamati pesawat itu seraya berucap.

"Pak Arsid gila juga, ya. Ia nekat menerbangkan pesawat ini dari Bogor sampai kemari. Padahal ia bukan pilot atau orang yang ahli menerbangkan pesawat," ucapnya.

"Ia dibantu mantan anak-anak buahnya Pak Roslan yang kebetulan adalah mantan pilot pesawat tempur. Pak Arsid membuang pesawat ini di sini karena kejengahannya dengan korupsi yang mendera proyek pembangunan pesawat ini. Banyak nama orang-orang besar yang terlibat dalam korupsi proyek pesawat tersebut. Makanya Pak Arsid menutup proyek ini selamanya dan membuat mahakarya ini seolah menjadi sampah," tutur Nanda.

Tak lama kemudian terdengar suara dengung helikopter yang mendekat ke arah mereka.

"Bos telah datang," ujar Alex seraya melihat ke arah datangnya helikopter tersebut.

Beberapa saat setelah helikopter tersebut mendarat. Barry yang merupakan pimpinan Agent K.U.A.T. berjalan menghampiri benda raksasa yang merupakan pesawat super besar itu.

"Pesawat ini punya nama?" ujarnya saat Nanda dan Alex datang kepadanya.

"Kami tidak tahu, bos. Tapi proyek pembangunan pesawat ini bernama Proyek Bogor. Mungkin kita bisa menyebutnya sebagai Probo?" tukas Nanda seraya menatap ke arah Barry dengan tatapan yang meminta penegasan.

"Tidak perlu dengan menyebutnya Probo. Sebab itu adalah nama orang. Cukup Prob saja. Begitu kira-kira," kata Barry mengusulkan.

"Kami sih ikut kata bos saja. Lagipula apapun namanya akan terukir dalam sejarah aviasi negara kita," kata Alex setuju.

"Kami? Aku nggak kali," sanggah Nanda seraya terkekeh. "Tapi saya sih tidak masalah, bos. Lagipula pesawat ini bukan punya saya," lanjutnya.

"Baiklah. Saya punya rencana dengan Prob. Saya ingin pesawat ini menjadi markas terbang kita. Tapi tentu saja kita harus mengetesnya dulu apakah masih bisa terbang atau tidak," kata Barry.

"Itu sangat berisiko, bos. Apalagi pemerintah pasti akan menganggap kita melakukan aktivitas ilegal. Menerbangkan Prob bisa dianggap sebagai pelanggaran hukum yang serius," kata Nanda mengingatkan.

"Tidak jika tidak ketahuan. Saya punya cara bagaimana cara menerbangkan pesawat ini tanpa ketahuan siapapun." Barry tersenyum kemudian mengambil handphone-nya.

Beberapa lama kemudian dari arah utara muncul seseorang yang terbang meluncur dengan tubuh dibalut lidah api yang menyala-nyala.

"Dewi? Apa hubungannya dengan dia, bos?" tanya Nanda.

"Lihat saja nanti," tukas Barry seraya melihat ke arah Dewi yang baru saja mendarat di hadapannya dan yang lain.

"Sekarang kamu punya kostum, wi. Tahan api lagi," ujar Nanda ketika Dewi tiba di hadapannya.

Dewi terkekeh seraya bergaya menunjukkan postur tubuhnya yang berbalut kostum tahan api berwarna biru dan merah marun.

"Aku semakin cantik dengan kostum ini, kan? Lihat saja lekuk tubuhku begitu sempurna terbentuk dengan kostum ini," ucapnya dengan narsis.

"Iya, kau sangat cantik. Semakin cantik dan menarik hingga aku pun merasa tak tersaingi," tukas Nanda disambut tertawaan yang lain. "Setidaknya aku bersyukur kau tidak lagi membakar baju-baju dan celanaku. Kostum itu akan menjadi hal yang menggembirakan buatku," tambahnya.

Dewi tertawa lepas seraya terbungkuk.

"Kamu bisa saja, nda. Baiklah, sekarang apa yang harus saya lakukan, bos?" ucapnya seraya mengalihkan perhatiannya kepada Barry.

Barry menunjuk pada objek raksasa tepat di belakangnya.

"Kamu ahli teknik permesinan, Dewi. Kamu pasti bisa menerbangkannya," ucapnya.

Dewi tampak tercenung kemudian terkekeh.

"Saya akan memeriksanya dulu, bos. Siapa tahu benda incaran Doros Tabrul ini bisa kita rebut sebelum ia datang," ucapnya membuat yang lain terkejut.

"Apa?"

Mendadak dari arah langit bermunculanlah pasukan Bat-devil bersama seberkas cahaya berwarna biru muda.

"Celaka! Ternyata mereka sudah tiba!" ujar Dewi seraya mengaktifkan mode berapi-apinya.

"Sial! Kita tidak bisa lebih cepat!" ucap Barry seraya menghunus sebilah pedang yang bilahnya seperti kaca berwarna putih.

"Jangan-jangan kamu yang membawa mereka, wi!" Nanda mendadak menuduh gadis berapi itu.

Dewi menoleh ke arah Nanda dengan tatapan mengejek.

"Untuk apa aku bekerjasama dengan alien penyerbu sementara rumahku, planet ini berada di bawah ancaman mereka? Cobalah berpikir rasional. Berpikir yang positif, lah," ucapnya.

"Aku Cuma bercanda. Jangan ngambek begitu, ah," tukas Nanda tanpa merasa bersalah.

"Bercanda? Kalau begitu selera humor kamu rendah juga ternyata," tukas Dewi seraya melesat ke arah datangnya pasukan Bat-devil.

Alex yang masih bersama Nanda, tampak mengokang senjata api ringan seraya menengadah.

"Kau mengataiku orang dungu kamu anggap bercanda juga, huh? Aku pikir aku dan Dewi punya musuh yang sama," celetuknya seraya menembakkan senjatanya ke arah seekor Bat-devil yang menukik ke arahnya.

"Lebih baik kau diam, dungu!" balas Nanda seraya menembakkan senjata api laras panjangnya ke arah sekumpulan Bat-devil yang menderu ke arah Prob. "Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh pesawatku!" teriaknya lantang.

Sementara Barry yang sedang menggenggam pedang putihnya, menekan tombol yang berada di gagang pedangnya itu. Pedang kaca tersebut menyala berwarna merah marun dan sangat terang.

"Kau harus merasakan tebasan dari Pedang Marun ini, alien," ucapnya seraya menebaskan pedang menyalanya ke arah Bat-devil yang sedang menderu ke arahnya.

Makhluk berwujud seperti kelelawar tersebut terbelah menjadi dua serta terbakar hingga menimbulkan bau hangus.

Selanjutnya Barry bersama para anak buahnya menghantam musuh dari dimensi lain tersebut dengan heroik. Namun kemudian cahaya berwarna biru muda yang datang bersama para Bat-devil memunculkan sesosok alien berpostur tinggi besar serta berwajah menyeramkan yang tidak lain adalah Doros Tabrul.

Sosok tersebut tampak mengokang senapan lasernya kemudian menembakkannya ke arah Barry yang ia anggap sebagai lawan yang harus segera dilenyapkan. Ia menganggap pemimpin para agent tersebut sebagai ancaman yang serius.

Namun tiba-tiba Dewi telah berada di hadapannya kemudian membakar senapan lasernya hingga mengalami Overheat.

"Kau datang ke tempat yang salah, Doros Tabrul. Aku di sini untuk melawanmu," ucap Dewi seraya menodongkan tangan berapinya ke arah Doros.

"Kau manusia berapi itu, huh! Kau sudah merasa menang dariku? Jangan harap aku akan tunduk padamu!" Doros melakukan serangan dadakan ke arah Dewi menggunakan sepasang tinju besarnya.

Dewi yang sigap segera membendung serangan pemimpin para Bat-devil itu. Dengan tubuh berapinya, ia dapat membuat kedua tangan Doros Tabrul mengalami Overheat.

Alien tersebut kemudian mundur saat menyadari kedua tangannya akan hancur menjadi debu jika memaksakan diri menyerang Dewi.

"Totose! Cepat lakukan tugas kalian! Bawa tabung-tabung Axelon yang menjadi komponen kapal itu. Lebih baik kita sudahi pertarungan tidak penting ini!" serunya memberikan perintah kepada para Bat-devil.

Tak lama kemudian, ratusan Bat-devil menyerbu ke arah Prob. Sementara pasukan Barry tidak dapat membendung serangan mereka karena saking banyaknya. Di antara mereka banyak yang berjatuhan terkena serangan Bat-devil. Ada yang tertembak laser, ada juga yang terkena tusukan kuku Bat-devil.

Sedangkan Nanda bersama Alex tampak kelimpungan menghadapi pasukan Bat-devil yang sangat banyak itu. Sementara Barry hampir tidak terlihat sosoknya karena dikerubungi pasukan kelelawar raksasa itu.

Dalam kondisi seperti itu, sudah dapat dipastikan kalau kelompok Barry akan mengalami kekalahan telak dari para Bat-devil. Sementara Doros Tabrul sendiri tampaknya tidak akan mampu melawan Dewi yang memang telah menjadi momok yang mengerikan baginya.

Melihat kawan-kawannya terdesak oleh para Bat-devil, Dewi segera meluncur ke bawah kemudian membakar kerumunan para Bat-devil tersebut. Namun ia kemudian tertegun saat menyadari di dalam kerumunan para Bat-devil, terdapat Barry yang tengah hampir sekarat.

Akhirnya Dewi bersama Barry dan para Agent K.U.A.T. tidak berhasil mencegah para Bat-devil mengambil tabung-tabung Axelon dari dalam Prob. Padahal benda-benda tersebut merupakan komponen utama kapal yang disebut Prob tersebut.

Beberapa hari kemudian di Kota Batu, Jawa Timur.

Di dalam sebuah kedai kopi dan roti, dua orang laki-laki sedang duduk semeja sambil menikmati kopi. Salah satunya adalah Arsid. Sementara satunya lagi adalah mantan Direktur Agent K.U.A.T., Edo Kagelesi.

Edo merupakan seorang pria asal Papua yang kini telah berusia hampir 70 tahun. Ia saat ini tidak memiliki jabatan strategis di Agent K.U.A.T.. Artinya kini ia hanya seorang biasa yang sedang terlantung-lantung.

"Barry memang nekat. Untungnya tidak berhasil. Kapalmu tidak berhasil dia rampok, Pak Arsid," ujar Edo seraya membuang abu rokok pada asbak di hadapannya.

"Aku tidak pernah menganggap kapal pesiar terbang itu sebagai milikku. Hakikatnya itu milik negara tapi sekarang negara tidak mengakuinya. Padahal kapal itu bisa dijadikan objek wisata baru di Gunung Bromo. Sayangnya pemerintah tidak kepikiran ke sana atau mereka memang tidak tertarik," tukas Arsid. "Pak Edo, anda kan masih memiliki relasi dengan institusi yang pernah anda pimpin. Di dalam institusi tersebut ada beberapa orang yang memiliki kemampuan khusus. Saya ingin mereka bergabung dengan kelompok saya untuk melawan iblis dari Darb itu."

Edo tersenyum miring.

"Mereka juga kan sedang berperang melawan iblis itu. Kenapa harus repot-repot?" ucapnya.

"Begini, Pak Edo. Untuk melawan musuh yang terorganisir, maka kita juga harus terorganisir. Jika tidak, ya kita palingan menjadi bulan-bulanan alien itu. Sementara planet kita, bumi ini menjadi taruhannya. Kita tidak bisa melawan musuh yang sama sendiri-sendiri. Kita harus bersatu agar kita bisa menang," tukas Arsid seraya melirik ke arah seorang gadis berpakaian seperti seorang gadis cilik.

Edo pun turut menatap ke arah gadis itu. Ia kemudian manggut-manggut.

"Dia cantik, Pak Arsid. Anda mau sama dia?" ucapnya membuat Arsid ternganga. "Tapi dia kurang normal, Pak Arsid. Ia menjadi seperti anak kecil sejak memiliki kekuatan itu. Saya masih tidak habis pikir mengenai hal itu hingga saat ini," lanjutnya.

Arsid menggernyitkan keningnya seraya menoleh ke arah gadis itu.

"Saya paham, Pak Arsid. Untuk melawan musuh seperti Doros Tabrul, kita mesti terorganisir. Apalagi ada sesuatu yang besar di balik aksi penyerbuannya ke bumi," kata Edo. "Saya baru punya satu yang dipastikan ikut ke dalam kelompok anda. Gadis ini bisa diandalkan. Yang penting anda bisa memperlakukan dia dengan baik. Ngomong-ngomong apakah kelompok anda masih Serdadu Hansip atau sudah berganti nama?"

Arsid berdehem. "Masih dengan nama yang lama. Saya sudah pernah melihat bagaimana kemampuan gadis ini. Ia seperti gadis dari lautan. Mungkin dia bisa dibilang sebagai Aquagirl," ucapnya.

"Nama itu tidak cocok karena dia bukan manusia lautan seperti Sahra. Nina adalah gadis biasa yang mendadak memiliki kekuatan seperti manusia lautan. Saya lebih suka memanggilnya PUTRI OMBAK. Mungkin agak norak tapi itu lebih menunjukkan citra lokal daripada nama kebarat-baratan," tukas Edo sambil menatap ke arah gadis yang adalah Nina itu.

Setelah melakukan pembicaraan singkat namun santai itu, Arsid bersama Edo dan Nina meninggalkan kedai kopi tersebut untuk pergi ke wilayah Probolinggo. Mereka berencana untuk menjenguk Barry dan anggotanya yang dirawat di sebuah rumah sakit pasca serangan para Bat-devil.

Singkat cerita, mereka telah berada di rumah sakit yang dimaksud. Mereka lantas menuju area rumah sakit yang berada di lantai tiga bawah tanah.

Mereka menuju suatu ruang perawatan setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan ketat oleh para petugas rumah sakit dan petugas keamanan setempat.

Sesampainya di depan pintu ruangan yang dilapisi sinar laser berwarna merah, mereka berhenti. Tampak dua orang penjaga menghampiri mereka dan memeriksa identitas mereka masing-masing.

"Kalian dipersilahkan masuk dengan catatan jangan berlama-lama. Mereka adalah pasien khusus. Gunakan selalu masker dan pakaian pelindung kontaminasi. Para pasien dikhawatirkan terpapar virus asing dari para kelelawar raksasa," ujar salah seorang petugas seraya mematikan tirai laser yang menghadang pintu.

Edo bersama Arsid dan Nina pun memasuki ruangan tersebut setelah petugas satunya membukakan pintu.

Di dalam ruangan tampaklah berjejer ranjang rumah sakit dengan beberapa di antaranya terisi para pasien yang sedang terbaring lemah. Selain itu terdapat satu ruang isolasi yang hanya dipisahkan oleh gorden berwarna putih.

Edo kemudian menunjuk ke arah ruang terpisahkan gorden tersebut.

Mereka memasuki ruangan tersebut dan mendapati Barry tengah menatap ke arah mereka dalam posisi terbaring.

"Kalian datang untuk menertawaiku?" ucap Barry.

Edo terkekeh.

"Barry, Barry, aku sudah pernah mengingatkanmu mengenai pesawat itu. Kau akan terkena masalah jika coba-coba menyentuhnya. Pesawat itu dikutuk. Maka wajar jika Pak Arsid membuangnya," ucapnya.

"Aku hanya berandai-andai jika pesawat itu menjadi markas terbang bagi K.U.A.T.. Kemudian aku berusaha mewujudkannya namun gagal. Tapi aku tidak akan berhenti dan tidak akan mengulangi lagi kegagalan itu," tukas Barry dengan mimik serius.

"Aku tidak pernah bermimpi memiliki pesawat pesiar, Barry. Hidup di kampung, bertani, itu rasanya sudah cukup bagiku. Aku hargai kegigihanmu. Semoga saja kamu berhasil mewujudkan mimpimu itu," kata Edo.

Barry menghela nafas kemudian melihat sejenak ke arah Nina. Kemudian ia menatap ke arah Arsid.

"Mereka mengambil semua tabungnya, Pak Presiden. Apakah benda itu sudah menjadi sampah sekarang?" ucapnya.

"Dari dulu benda itu memang sampah. Mau ada tabungnya atau tidak, sama saja. Tapi aku mendukung penuh keinginanmu menerbangkannya dan menjadikannya sebagai markas di langit. Aku pikir lebih baik kau manfaatkan saja benda itu daripada teronggok begitu saja di Lautan Pasir," tukas Arsid disambut tatapan bingung Edo.

"Pesawat itu sudah masuk dalam daftar hitam negara, Pak Arsid. Cepat atau lambat negara akan memusnahkannya," kata Edo.

"Tidak akan terjadi selama aku masih hidup," tukas Arsid seraya melirik ke arah seorang pasien yang adalah Nanda yang tampak sedang mengintipnya dari balik gorden.

Sementara itu di suatu gurun pasir yang terletak di Libya bagian selatan, Doros Tabrul bersama pasukan Bat-devilnya sedang memasang tabung-tabung Axelon yang telah mereka ambil dari Prob.

Mereka memasang tabung-tabung tersebut di atas hamparan padang pasir seluas kurang lebih satu kilometer persegi. Entah apa yang Doros Tabrul rencanakan dengan memasang tabung-tabung Axelon tersebut di tempat terpencil itu.

"Ini tabung yang terakhir. Lengkap sudah bagiku kesemuanya ini untuk membangkitkan benih terbesar di jagat raya ini. Benih ini akan membawakan planet ini ke hadapan yang mulia Kaisar Ordinen Kasalga. Segera setelah kuaktifkan benih di bawah kota itu, benih terbesar ini akan aktif dengan sendirinya," ucap Doros seraya mengaktifkan portal antar dimensinya.

"Saatnya menuju Jakarta. Akan kutuai energi anarkistis dari para manusia yang haus akan perhatian," ucapnya lagi seraya melompat ke dalam portal yang telah aktif itu.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C9
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk