Ketika semua orang mendengar kata-kata Dian, mereka semua mendesah kecewa.
"Tidak, suamimu ternyata sengaja tidak mempedulikanmu? Padahal kau sudah berbicara padanya, dan dia tidak akan datang?"
Airi berkata dengan nada kecewa, dengan sedikit keluhan.
Beberapa teman sekelas pria lain juga mengangguk setuju, mengungkapkan kesedihan mereka.
Meskipun Dian tidak ingin mengecewakan mereka, tapi dia tidak ingin terlalu sering mengganggu Baim. Karena bagaimanapun, dia terlalu sering merepotkan Baim.
Dibandingkan dengan kekecewaan dan depresi yang diperlihatkan orang lain di sana, Lina tetap tenang, seolah-olah dia telah melihat kalau Dian bakal mengambil sikap itu sejak lama.
Lina dengan santai melemparkan telepon ke tasnya, menepuk tangannya, lalu mengambil sumpit dan makan dengan gembira. Secercah cahaya terang melintas di matanya.