"Kamu di mana?" Ketika dia dengan cepat berlari ke bawah, Erza menyadari bahwa dia bahkan tidak menanyakan alamat Farina.
"Aku di polres sekarang," jawab Farina.
"Aku akan segera ke sana." Setelah menutup telepon, Erza dengan cepat mengambil mobilnya dan menuju ke Polres Semarang. Dalam perjalanan, adegan peristiwa masa lalu terus-menerus teringat di benak Erza. Dia awalnya memiliki masa kecil yang bahagia, tetapi sepuluh tahun yang lalu, orangtuanya tiba-tiba menghilang. Para polisi juga menyelidiki kasus ini, tetapi tidak ada hasil.
Erza akhirnya menjadi yatim piatu. Kemudian, dia bertemu dengan seorang tentara yang membawanya ke markas. Melalui usahanya sendiri, Erza akhirnya menjadi prajurit dan mendapatkan banyak gelar kehormatan atas jasanya. Dia sangat senang saat berada di medan perang bersama rekan seperjuangannya. Namun, saat dia mendapat suatu misi yang sangat sulit dan rekan-rekannya itu harus menjadi korban, air mata Erza mengalir hampir tak terkendali. Sebelum dia menyadarinya, mobil sudah sampai di Polsek Semarang. Erza menghentikan mobilnya, dan berusaha untuk menenangkan suasana hatinya.
"Aku sudah lama di sini menunggumu. Kenapa kamu baru datang? Ada apa denganmu?" Ketika Erza turun dari mobil, Farina juga berjalan menghampirinya. Dia mulai menanyai Erza, tetapi ketika dia melihat wajah Erza tampak agak murung, nada bicara Farina langsung berubah.
"Tidak ada. Ngomong-ngomong, apa kamu punya informasi tentang orangtuaku?" Ketika Erza berbicara, dia juga sedikit cemas.
"Ayo masuk dan bicara." Awalnya, Farina berharap Erza bisa mengatakan beberapa hal yang baik padanya. Bagaimanapun, orang ini pernah menggertaknya sebelumnya. Tapi, saat Farina memperhatikan mata Erza yang tampak sedih, dia tidak akan basa-basi dengan pria ini.
"Tapi sebelum itu, aku ingin menanyakan sesuatu dulu." Setelah memasuki ruangan, Farina juga memandang Erza dengan ekspresi serius.
"Katakan," sahut Erza.
"Menurut data, kamu meninggalkan kota ini pada usia delapan tahun dan tiba-tiba kembali ke sini beberapa hari yang lalu. Lalu kemana saja kamu selama sepuluh tahun terakhir? Sepertinya kamu menghilang," tanya Farina. Baginya ini agak aneh. Dalam sepuluh tahun terakhir, Erza hilang tanpa jejak. Jika demikian, pasti telah terjadi sesuatu selama masa itu.
"Aku tidak bisa memberitahumu tentang ini." Erza menggelengkan kepalanya tak berdaya. Dia tidak menyangka bahwa Farina cukup keras kepala, tapi dia benar-benar tidak bisa menjelaskan masalah ini.
"Tidak mungkin. Kamu harus menjelaskannya," elak Farina.
"Aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya," jawab Erza.
"Maka itu membuktikan bahwa kamu pasti terlibat dalam sebuah masalah dalam sepuluh tahun ini." Farina tampak marah.
"Jika kamu dapat menemukan bukti, kamu bisa menangkapku sekarang juga. Jika kamu memanggilku hanya untuk menanyakan ini, maka aku akan pergi dulu." Erza berdiri dan bersiap untuk pergi.
"Erza, kamu…" Farina tidak menyangka Erza begitu angkuh. Dia berpikir bahwa dia bisa menanyakan beberapa informasi tentang Erza. Sayangnya, Erza tidak kooperatif.
"Oke, jangan bicarakan ini dulu. Bagaimana jika bicara tentang orangtuamu?" Melihat Erza hendak meninggalkan ruangan tanpa menoleh ke belakang, Farina berkata tanpa daya.
"Ada kabar dari orangtuaku?" Saat ini, Erza berbalik dan bertanya dengan cepat.
"Ya, awalnya aku akan menyelidiki masalahmu, tapi ketika aku mengetahui tentang orangtuamu, aku juga sangat penasaran. Seseorang mencoba menyembunyikan kasus ini," kata Farina.
"Siapa yang menyembunyikannya?" Erza bertanya tiba-tiba. Aura dinginnya terpancar dalam sekejap.
"Wakil kepala Divisi Kriminal." Saat melihat Erza seperti ini, Farina merasakan tekanan yang kuat di hatinya.
"Di mana dia?" Aura pembunuh di tubuh Erza menjadi lebih kuat.
"Meninggal. Dalam minggu kedua setelah orangtuamu menghilang, dia meninggal," kata Farina.
"Apa?" Wajah Erza bahkan lebih kaget. Seorang wakil kepala Divisi Kriminal meninggal? Ini berarti hilangnya orangtuanya pasti tidak sesederhana itu. Saat ini, Erza hanya menghela napas. Jika orang yang terkait sudah mati, tidak akan mudah untuk menyelidiki masalah ini.
"Tapi aku menemukan foto ayahmu di sebuah pertemuan di Amerika Serikat," kata Farina.
"Mana?" Mata Erza langsung menyala. Jika benar bahwa itu adalah ayahnya, itu berarti orangtuanya mungkin belum meninggal. Selama mereka tidak meninggal, kasus ini pasti mudah untuk ditangani.
"Ini adalah percakapan rahasia tentang proyek rekayasa genetika di Amerika Serikat dua tahun lalu." Setelah berbicara, Farina juga mengambil buku catatan itu dan menyerahkannya kepada Erza. Erza mengambil buku catatan dan mengamati foto itu. Orang di foto itu adalah ayahnya!
"Di Amerika bagian mana ini?" Erza bertanya dengan cepat.
"Itu ada di sekitar Florida. Di sebuah pangkalan bawah tanah rahasia. Foto itu diperoleh secara tidak sengaja pada saat itu. Lokasi tepatnya tidak jelas," jelas Farina.
"Ada informasi lain?" tanya Erza.
"Ya, informasi tentang proyek rekayasa genetika itu." Farina menyerahkan sebuah berkas pada Erza. Isi di dalamnya adalah tentang proyek rekayasa genetika yang dilakukan di Amerika Serikat. Setelah proyek itu berhasil, nantinya semua kemampuan fisik manusia dapat ditingkatkan, dan kemampuan menyerang dalam medan perang dapat langsung ditingkatkan. Saat itu, Amerika Serikat menyebut program ini sebagai "Rencana Setan". Hanya saja, Erza tidak pernah menyangka ayahnya juga terlibat.
"Kamu tidak ingin melihatnya?" Melihat Erza hanya memegang berkat itu tanpa membukanya, Farina merasa sedikit aneh.
"Tidak, aku juga tidak mengerti tentang ini," jawab Erza.
"Aku curiga orangtuamu dibawa pergi," celetuk Farina.
"Apa? Apakah mereka dibawa pergi?" Erza kembali tercengang.
"Ya, jika orang tuamu berinisiatif untuk berpartisipasi dalam proyek ini, mereka tidak akan meninggalkanmu," kata Farina. Dia melanjutkan, "Aku sudah selidiki. Orangtuamu adalah seorang doktor dari ITB. Jurusan yang mereka pelajari ternyata tentang gen. Nampaknya banyak sekali prestasi mereka dalam bidang gen."
Melihat Erza yang diam, Farina berkata lagi, "Banyak keraguan yang dapat membuktikan bahwa orangtuamu ditangkap karena mereka sendiri tidak setuju dengan rekayasa genetika ini. Jika orangtuamu pergi ke Amerika atas kemauannya sendiri, mereka tidak akan meninggalkanmu sendirian. Sekarang hanya ada foto. Itu artinya kebebasan mereka telah dibatasi."
"Benar, Farina. Terima kasih," kata Erza.
"Tidak apa-apa, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Ini sudah lama sekali, dan kasusnya terlalu rumit. Tim polisi kriminal di kota kita tidak bisa ikut campur dalam masalah ini." Di akhir pembicaraan, wajah Farina juga ikut sedih. Dalam hati Farina, sebenarnya dia ingin membantu Erza.
"Tidak ada. Aku sudah puas mengetahui ini." Erza melambaikan tangannya. Bahkan dalam hal ini, jika tim polisi kriminal kota turun tangan, itu akan sia-sia. Mengenai masalah ini, Erza merasa bahwa dia harus pergi ke Amerika Serikat untuk menyelidiki dengan jelas. Meskipun Erza sangat ingin melihat orangtuanya, terutama ketika dia tahu bahwa mereka mungkin telah ditangkap, tapi Erza harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu. Dia juga harus menunggu cederanya sembuh.
"Lalu bagaimana kamu akan berterima kasih padaku?" Farina tampak sedikit bangga.
"Aku ajak makan malam, bagaimana menurutmu?" ucap Erza.
"Itu dia! Ajak Wina juga." Farina langsung setuju.
"Baiklah," jawab Erza patuh.
"Ngomong-ngomong, Erza, aku punya satu hal lagi yang sangat aneh," kata Farina
"Ada apa?" Erza merasa penasaran.
"Pernahkah kamu melihat kakekmu?" Farina tiba-tiba bertanya.
"Kakekku?" Dalam ingatan Erza, sepertinya dia tidak pernah melihat kakeknya seumur hidup. Dia juga tidak mendengar orangtuanya pernah menyebutkan tentang kakeknya.
"Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, apakah kamu punya informasi tentang dia?" Erza bertanya dengan cepat. Mungkinkah dia masih memiliki keluarga di dunia ini? Jika itu benar, Erza sangat senang.
"Tidak, ini aneh juga." Farina menggelengkan kepalanya dan mengerutkan kening.
"Aneh sekali?" Erza juga sedikit khawatir.