Unduh Aplikasi
2.86% Pengawal Nona CEO yang Paling Setia / Chapter 12: 12 -  Membebaskan Para Sandera

Bab 12: 12 -  Membebaskan Para Sandera

"Hei, Jamal, aku telah melihat anak itu. Seharusnya dia tidak ada hubungannya dengan Bu Lana. Dia hanya menyelamatkan Bu Lana, jadi dia bisa naik jabatan. Tampaknya tidak ada masalah, dan dia mungkin bisa menjadi salah satu budak kita," ujar Doni di telepon. Ketika Erza meninggalkan hotel, Doni juga mengangkat telepon dari Jamal.

Erza tidak mendengarnya. Saat ini, Erza juga sedikit cemas. Meskipun dia dan Wina baru saja kenal, Erza memiliki kesan yang baik tentang Wina. Terlebih lagi, Wina adalah pemilik tubuh yang murni, jadi hanya Wina yang dapat sepenuhnya menyembuhkan luka Erza. Tidak peduli apa pun, Erza harus melindungi keselamatan Wina. Setelah tiba di tempat parkir, Erza memacu mobilnya. Mobilnya melesat keluar. Masih agak jauh untuk sampai di pinggiran kota. Jika ingin sampai di sana dalam waktu sepuluh menit, maka Erza harus melaju dengan kecepatan tinggi.

Di sisi lain, Farina sedang duduk di atas sepeda motor. Dia berkacak pinggang dengan ekspresi marah di wajahnya. Saat ini dia tidak mengenakan pakaian polisi lalu lintas.

"Aku belum ingin menjadi polisi lalu lintas karena aku tidak suka diremehkan. Bahkan orang biasa akan berani memarahiku. Aku tidak ingin melihat pemuda itu lagi." Farina hampir berteriak ketika dia tiba-tiba saya teringat pada Erza. Kedua polisi pria di dekatnya saling memandang. Saat ini, mereka tidak berani mengatakan apa-apa.

Di saat yang sama, sebuah mobil hitam melesat lewat. Farina sekilas melihat bagian atap mobil itu, "Huh, itu dia. Kurang ajar! Aku tidak akan pernah mengampuni dia kali ini." Setelah mengatakan itu, Farina segera naik ke sepeda motor, dan mengejar mobil hitam yang ternyata adalah mobil Erza.

Erza masih mengendarai mobilnya dengan kecepatan 160 yard tanpa sadar. Farina di belakang sepertinya berjuang untuk mengejarnya. Lagipula motor yang dia pakai adalah motor biasa. Dia bergumam, "Brengsek! Aku akan segera menyusulmu. Lihat apalagi yang bisa kamu katakan kali ini?" Lalu, dika membunyikan sirene polisi.

"Dia lagi?" Begitu sirene polisi berbunyi, Erza melihat Farina di kaca spion. Erza tidak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka Farina muncul di saat seperti ini. Tetapi, sekarang Erza tidak bisa memedulikan wanita itu karena dia harus menyelamatkan Wina. Erza menginjak pedal gas lagi, dan suara mesin mobil seperti macan tutul yang mengaum. Dalam sekejap mata, mobil Erza menghilang dari pandangan Farina.

"Brengsek!" teriak Farina. Dia sepertinya tidak mau menyerah, jadi dia terus mengejar mobil Erza.

Saat Erza akan memasuki wilayah pinggiran kota, dia tiba-tiba menginjak rem. Dia melihat macet panjang di depan. Hanya ada lima menit tersisa yang membuat hati Erza berdebar. Dia sedikit khawatir. Bagaimanapun, seseorang seperti preman yang dia hajar waktu itu mungkin telah melakukan sesuatu pada Wina. Tepat ketika Erza sedang terburu-buru dan tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba Erza melihat sosok yang familiar di kaca spion lagi. Farina sedang mengendarai sepeda motor dan menuju posisinya. Hati Erza dipenuhi dengan kegembiraan. Farina juga sangat senang melihat mobil Erza di sana.

"Karena kamu ketahuan mengendarai mobil di atas batas kecepatan, maka aku akan menahanmu untuk sementara waktu,"ucap Farina. Dia bangga pada dirinya sendiri. Dia baru saja tiba di sebelah mobil Erza, tiba-tiba pintu terbuka, dan sesosok pria langsung berada di kursi belakang motornya. Lalu, pria itu langsung memeluk dirinya. Semua ini terjadi terlalu tiba-tiba bagi Farina.

"Apakah kamu mencoba menyerang polisi?" Ini adalah reaksi pertama Farina.

"Cepat, antar aku ke tempat pembuangan sampah di pinggiran kota," pinta Erza. Namun, ketika Farina hendak melakukannya, dia teringat untuk menjaga harga dirinya, "Kenapa kamu menyuruhku begitu saja, menurutmu kamu siapa? Kenapa kamu ingin pergi ke sana?"

"Bukankah kamu seorang polisi? Temanku diculik dan sekarang ada di tempat pembuangan sampah." Erza tidak menyembunyikan apa pun saat ini karena hanya ada beberapa menit lagi.

"Apa? Tunggu, aku akan memanggil seseorang." Farina langsung kaget.

"Jangan panggil orang lagi, waktunya sudah terlambat, hanya ada empat menit. Bisakah kamu mengantarku ke tempat pembuangan sampah tepat waktu?" Melihat waktu yang hampir habis, Erza pun berteriak dengan keras.

Mendengar raungan Erza, Farina tidak tahu mengapa dia langsung menuruti perintah pria itu dan bergegas menuju tempat pembuangan sampah, bahkan berkata. Pada saat ini, Farina bahkan tidak meragukan apakah yang dikatakan orang ini benar.

"Hei, bisakah kamu tidak memelukku begitu erat?" Dalam perjalanan, Farina merasa Erza di belakangnya memeluk dirinya sangat erat, pada awalnya tidak apa-apa, namun pada akhirnya Farina merasa sedikit tidak nyaman dan membentak Erza. Tetapi, Erza memperlakukannya seolah-olah dia tidak mendengarnya. Erza tidak melakukannya dengan sengaja, tetapi karena Farina berkendara dengan kecepatan tinggi, dia terpaksa harus memeluknya erat agar tidak jatuh.

Setelah Farina berbicara beberapa kali berturut-turut, tidak ada reaksi dari Erza. Meskipun Farina marah, dia berusaha menahan diri karena dia tahu bahwa seseorang sedang diculik di tempat pembuangan sampah.

"Matikan sirene agar tidak diketahui oleh si penculik bahwa ada polisi." Melihat mereka sudah hampir sampai di tempat pembuangan sampah, Erza pun mengingatkan Farina dengan suara rendah.

"Ya, aku akan mematikannya." Farina dengan cepat mematikan sirene. Kemudian, sepeda motor itu tiba di tempat pembuangan sampah yang dimaksud oleh preman itu. Ketika sampai, Erza melihat jam, dan masih ada satu menit tersisa. Itu membuat Erza lega.

"Aku tidak menyangka kamu berani datang, anak muda. Kamu bahkan membawa seorang gadis? Tahukah kamu bahwa satu gadis tidak cukup? Sepertinya kamu harus memanggil yang lain," ucap seorang pria di dalam bersama dengan sekelompok orang yang lain. Pemimpin preman itu memandang Erza dan berkata dengan sedikit merendahkan, tetapi ketika dia melihat Farina di sebelah Erza, dia langsung terkejut, dan kemudian wajahnya penuh dengan senyum cabul.

"Kalian ini siapa?" Farina awalnya sedikit takut, tapi ketika mendengar suara pemimpin preman itu, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.

"Gadis kecil, aku akan menjagamu nanti, apa kamu tidak ingat aku? Aku baru saja keluar dari rumah sakit dan merindukanmu. Kali ini aku membawa lebih dari 30 orang," kata si pemimpin preman itu. Segera setelah dia selesai berbicara, lebih dari 30 orang muncul di sekitarnya, semua dengan tongkat di tangan mereka, dan bahkan beberapa dengan parang di tangan mereka.

Saat melihat adegan ini, Farina juga sedikit kaget. Meskipun dia sangat jago bertarung, namun dia tidak akan bisa melawan orang sebanyak ini. Dia berkata dengan suara lantang, "Apa yang akan kamu lakukan?" Adegan ini membuat Erza tercengang. Walaupun tingkah Farina sedikit tidak masuk akal, dia adalah polisi yang tahu bagaimana cara untuk melindungi orang-orang pada saat-saat kritis.

"Gadis kecil, jangan khawatir, kamu akan tahu apa yang akan aku lakukan sebentar lagi," jawab preman itu.

"Erza, selamatkan aku." Beberapa orang menarik Wika dan Wina keluar. Keduanya diikat dengan tali. Wajah Wika tampak babak belur, sedangkan wajah Wina juga lembab, sepertinya dia sudah lama menangis. Namun, setelah melihat mereka berdua masih hidup, hati Erza sedikit lega sekarang.

"Kamu berani menculik dan menyandera mereka? Ini ilegal. Kamu harus segera melepaskan mereka!" bentak Farina. Wajahnya semakin marah.

"Gadis kecil, siapa kamu? Bagaimana kamu bisa mengaturku?" kata si preman sedikit tidak sabar.

"Aku polisi kriminal. Cepat bebaskan mereka, jika tidak, aku akan menangkap kalian semua," kata Farina tanpa takut.

"Ya, kamu kira kami akan takut? Bisakah kamu tunjukkan identitasmu?" Preman itu tentu saja tidak akan memercayai kata-kata Farina. Begitu si preman bertanya seperti itu, Farina menyadari bahwa dia hanyalah seorang polisi lalu lintas sekarang.

Si preman kini melihat ke arah Erza, "Aku tahu kamu bisa bertarung, jadi kali ini aku membawa 30 orang. Jika kamu bisa melawan kami, maka aku akan membebaskan dua orang ini."

"Hei, tidak perlu berkelahi. Aku akan membayarmu sejumlah uang, oke?" tawar Erza.

"Satu juta? Lupakan saja!" bentak si preman.

"Tidak, aku akan memberimu lebih banyak kali ini," ucap Erza.

"Memangnya berapa yang bisa kamu beri, huh?" tanya si preman lagi.

"Aku akan memberimu sepuluh juta kali ini, bagaimana menurutmu?" jawab Erza meyakinkan.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C12
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk