Unduh Aplikasi
47.82% Kuntawijaya The Legend of Vasavi Shakti / Chapter 11: Jatayu

Bab 11: Jatayu

Setelah pertarungan yang menyebabkan banyak anggota OSIS terluka cukup parah, mereka lalu memutuskan untuk kembali ke ruang OSIS, meninggalkan sebuah tempat di alam gaib yang porak poranda akibat pertarungan mereka. Pak Isman dengan telaten menggunakan tenaga dalam miliknya untuk menyembuhkan murid-murid anggota OSIS yang terluka. Dengan dibantu oleh Sembadra, mereka dapat menyembuhkan para anggota OSIS dalam waktu yang singkat.

Di sisi ruang OSIS, tampak Raka yang masih dalam kondisi terikat pusaka berbentuk tali-tali cemeti. Tampaknya para anggota OSIS tidak ingin mengambil resiko bahwa Raka akan menghancurkan ruang OSIS jika mereka melepaskannya, maka dari itu mereka belum melepaskan Raka dari ikatan pusaka itu.

Sementara Raka mulai merasa lemas karena tenaga dalam miliknya terus menerus diserap oleh pusaka yang menjeratnya. Setiap kali Raka mencoba memberontak, ikatan tali-tali pusaka itu semakin mengencang diikuti terhisapnya tenaga dalam miliknya. Nafas pemuda itu terengah-engah karena tubuhnya semakin lemas, dan dia masih harus menahan rasa sakit akibat ikatan pusaka yang semakin mengencang.

"Nah, nak Rakai, apakah kamu sudah menyerah? Jika kamu tidak menyerah secepatnya, kamu bisa pingsan karena terikat pusaka itu," Pak Isman bertanya pada Raka setelah beliau selesai mengobati para anggota OSIS. Raka tidak menjawab pertanyaan Pak Isman karena dirinya terlalu lelah untuk berkata-kata, tapi, Raka masih tetap mampu melayangkan tatapan tajam kearah Pak Isman dan para anggota OSIS yang balas menatapnya tajam.

"Wah! Nih anak, masih sombong aja. Sadar diri sedikit woi!" Prasetyo berseru kesal seraya menampar wajah Raka. Tindakannya itu menuai protes dari wakilnya, meski rata-rata anggota OSIS senang akan tindakan Prasetyo. "Pras, Lo udah gila ya?! Dia udah nggak bisa ngelawan, kenapa lo masih tampar dia?!" Protes Lisa.

"Apa masalahnya? Dia nggak jawab pertanyaan Pak Isman, Lis! Padahal Pak Isman tanya baik-baik, dia malah melotot," sergah Prasetyo garang. "Betul tuh apa yang Prasetyo bilang, Lis. Anak ini terlalu sombong," ujar salah seorang siswi yang ternyata adalah korban dari pukulan berapi milik Raka.

"Betul tuh! Lo cuma berdiri di belakang aja, Lis! Lo nggak ngerasain gimana sakitnya kena serangan anak ini," timpal seorang siswa. "Tapi nggak begitu juga lah! Liat tuh, dia aja diiket begitu, gimana dia bisa bales hah?! Kita disini bukan buat bully siswa SMA S! Kita disini buat melindungi mereka dari hawa keberadaan jahat," Lisa menyerukan pendapatnya.

Kericuhan akibat perbedaan pendapat itu berkembang menjadi adu mulut yang tidak seimbang antara kubu Prasetyo dan kubu Lisa. Kubu Prasetyo dengan sengit mempertahankan pendapat mereka bahwa Raka telah bersikap terlalu sombong dan perlu diberi pelajaran. Sementara kubu Lisa membela Raka karena Raka merupakan salah satu siswa SMA S, dan sekarang tengah berada dalam kondisi tidak bisa melawan.

Beberapa menit berlalu, dan kedua kubu masih tetap dengan kukuh mempertahankan pendapat masing-masing. Kubu Lisa tampak sedikit terpojok karena pada dasarnya semua argumen yang ada lebih menguntungkan pihak Prasetyo, sementara pihak yang diuntungkan tampak tersenyum puas.

"Anak-anak, tolong kalian sudahi perdebatan kalian. Sesama anggota OSIS Bapak harapkan untuk tidak saling berdebat dengan cara yang tidak sehat seperti ini, ya?" Bujuk Pak Isman yang sepertinya jengah dengan perdebatan itu.

"Tapi Pak....." Prasetyo hendak menyanggah, tetapi terhenti saat Pak Isman mengangkat tangan kanannya. "Nak Prasetyo, tindakanmu tadi itu sebenarnya tidak termaafkan, karena menyerang lawan yang tidak bisa melawan balik adalah perbuatan pengecut," ujar Pak Isman mematahkan argumen Prasetyo dan para pendukungnya.

Senyum penuh kemenangan tersungging di bibir Lisa saat melihat Prasetyo dan pendukungnya dinasehati oleh Pak Isman mengenai perilaku mereka. Atensi orang-orang di ruangan itu terfokus pada Prasetyo dan pendukungnya, hingga mereka sedikit terlena dan melupakan Raka yang tengah terikat di pojok ruangan.

~Kuntawijaya~

"Bagaimana, Jatayu? Apa kau sudah menemukan lokasinya?" Tanya sosok berjubah putih yang sedang duduk diatas sebuah singgasana batu. Di depan sosok berjubah itu, tampak seekor manusia setengah burung yang mengenakan atribut lengkap khas seorang Mahapatih kerajaan kuno sedang dalam kondisi berlutut.

"Sendika dhawuh, Nyai Ratu. (Lapor, Nyonya Ratu.) Hamba sudah menemukan keberadaan pemuda pemilik baru Vasavi Shakti. Saat ini, pemuda itu sedang menjadi tawanan para prajurit milik seorang Bathara," jawab sosok manusia setengah burung itu. Sosok itu tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap sosok yang ia panggil Nyai Ratu tersebut, karena khawatir apa yang ia laporkan akan membawa ketidaksenangan bagi sang Nyai Ratu.

"Angkat kepalamu, Jatayu!" Perintah sang Nyai Ratu pada Jatayu, membuat Jatayu mau tak mau menatap sang Nyai Ratu. "Aku tak kesal akan laporanmu yang memang kurang menyenangkan itu. Karena, dari yang aku tahu, kekuatan yang pemuda itu miliki memang belum terbangun seutuhnya, jadi mustahil baginya untuk menang dari pasukan seorang Bathara yang sudah jelas memiliki perlengkapan lebih," ujar Nyai Ratu menenangkan Jatayu.

"Lantas, apakah yang mesti hamba lakukan sekarang, Nyai Ratu? Mohon berilah hamba petunjuk, Nyai Ratu," Jatayu memohon pada Nyai Ratu seraya kembali menundukkan kepalanya yang seperti kepala burung garuda. "Selamatkan pemuda pemilik Vasavi Shakti itu, Jatayu! Bawa dia ke tempat yang aman, apapun resikonya. Kita tidak bisa membiarkan tiket kita menuju kebebasan ditawan oleh para Bathara busuk itu!" Titah sang Nyai Ratu.

"Sendika dhawuh, Nyai Ratu!" Jatayu berseru seraya berdiri dan membungkukkan badannya pada Nyai Ratu, lalu mengepakkan sayapnya dan keluar dari ruangan itu. Sepeninggal Jatayu, sang Nyai Ratu pun menengadahkan kepalanya, lalu menatap kearah matahari yang mulai tenggelam dengan mata yang bersinar kekuningan.

~Kuntawijaya~

Saat Pak Isman masih sibuk menasehati Prasetyo, tak ada seorangpun yang sadar akan kemunculan sebuah portal di bawah tubuh Raka. Dari dalam portal itu, dua buah belati melayang dan menebas tali-tali pusaka yang mengikat tubuh Raka. Hal ini otomatis membuat Raka terjatuh ke dalam portal itu, diikuti suara kedua belati yang menancap di langit-langit ruangan tersebut.

Pak Isman dan para anggota OSIS terlambat menyadari bahwa Raka sudah meluncur jatuh ke dalam portal itu dalam kondisi sudah tak terikat. Melihat Raka berhasil lolos, Prasetyo pun berinisiatif untuk mengejarnya dengan cara berlari kearah portal itu. Portal itu semakin mengecil dan hampir tertutup saat Prasetyo melompat untuk memasukinya. Akan tetapi, sebelum Prasetyo berhasil memasuki portal itu, ia sudah didahului oleh Sembadra yang dibantu oleh Srikandhi.

Setelah Sembadra dan Srikandhi terhisap masuk kedalamnya, portal itupun menutup dan meninggalkan bekas seperti pola cakaran seekor burung. Pak Isman dan para anggota OSIS pun bergegas menolong Prasetyo yang terlempar setelah didorong oleh Srikandhi, lalu memeriksa bekas portal yang ada.

"Ternyata Sang Ratu sudah mengetahui bahwa pemilik Vasavi Shakti yang baru sudah membangkitkan kekuatannya, anak-anak. Bapak mohon, kalian jangan panik dan hubungi senior-senior kalian. Kita harus mendapatkan pemilik Vasavi Shakti ke dalam OSIS, karena jika tidak, masalah besar akan terjadi," perintah Pak Isman pada para anggota OSIS.

Seluruh anggota OSIS menganggukkan kepala mereka pada Pak Isman. Lisa dengan segera menciptakan sebuah portal baru untuk menyusul Raka dan Sembadra, sementara beberapa anggota OSIS lainnya langsung berlarian keluar ruang OSIS, meninggalkan Pak Isman seorang diri di ruangan itu.

"Jatayu, tidak kusangka bahwa aku bisa lengah dan membiarkanmu menculik reinkarnasi Karna, seorang ksatria yang sudah gagal dibesarkan oleh Kunti," Pak Isman berkata seraya merubah wujudnya menjadi seorang pria paruh baya bertubuh tambun dengan pakaian layaknya seorang dewa Hindu. "Jatayu, jika kau dan ratumu menentang Khayangan lagi kali ini, maka aku tidak akan tinggal diam. Akan kukerahkan seluruh pasukanku, meski itu artinya aku harus berperang melawan Bathara lainnya," ujar sosok yang ternyata merupakan wujud asli dari Pak Isman.

~Kuntawijaya~

"Malang sekali nasibmu, Sri Karna, harus terikat karena taktik curang mereka yang mengikatmu menggunakan tali Pecut Nagagini yang dicuri dari putri Sang Hyang Antaboga, Dewi Nagagini," gumam Jatayu seraya menggendong Raka yang pingsan kehabisan tenaga dalam. Ksatria setengah burung itu menatap kasihan kearah Raka, lalu menurunkannya ke bawah sebuah pohon rindang.

Tak lama setelah Jatayu menurunkan tubuh Raka, ia pun merasakan dua buah tenaga dalam yang familier tengah mengikuti Raka. Dan benar saja, dari dalam portal yang hampir menutup, keluarlah dua orang perempuan yang tampak tak asing baginya. Salah satu dari kedua perempuan itu memiliki wujud layaknya roh halus, tanda bahwa ia tak bisa bereinkarnasi sebagai manusia di kehidupan barunya.

"Ternyata firasatku benar, kalianlah yang sudah mengikuti Sri Karna ke alam gaib, Dewi Sembadra dan Dewi Srikandhi," ucap Jatayu dengan nada datar seraya menyilangkan tangannya ke dada. "Firasatku juga tak salah bahwa kau lah yang sudah menculik bocah nakal itu, Garuda Jatayu!" Srikandhi menyahut seraya menatap kesal kearah Jatayu.

"Menculik, katamu? Jangan salah sangka kau, Srikandhi! Justru aku menyelamatkan Sri Karna dari para manusia busuk yang ingin memanfaatkan kekuatannya dan menjadikannya senjata pemusnah massal!" Tegas Jatayu yang membalas tatapan Srikandhi dengan tatapan sombongnya.

"Apa maksudmu, Garuda Jatayu? Para manusia itu adalah manusia-manusia yang dilatih oleh seorang Bathara untuk menolong rakyat mereka dari ancaman para Bhuta dan siluman!" Sembadra membantah untuk membela para anggota OSIS. Akan tetapi, yang ia dapatkan hanyalah sebuah dengusan dan tawa sinis dari Jatayu.

"Kau pikir kenapa Khayangan mengutus para Apsara-Apsari untuk turun ke bumi, Dewi Sembadra? Tentu saja untuk memusnahkan mereka yang tidak taat pada mereka! Mereka para Apsara-Apsari tidak pernah memperdulikan permasalahan apapun yang terjadi di dunia manusia, dan hanya akan bertindak jika ada sesuatu yang mengancam keselamatan mereka! Kau pikir kenapa mereka sampai menyerahkan pusaka sekuat Vasavi Shakti dan Pasopati ke manusia jika mereka tak bisa mengendalikan manusia-manusia itu?!" Jatayu berkata panjang lebar dengan kekesalan yang tak dapat ia kontrol lagi.

Sembadra dan Srikandhi agaknya terkejut akan penuturan Jatayu, tetapi mereka tetap saja tak ingin mempercayai perkataan manusia garuda itu. Sembadra mengayunkan tangannya untuk menggapai tangan Srikandhi, dan seketika busananya berubah menjadi busana seorang ksatria wanita di zaman dahulu. "Jatayu, sebaiknya kau serahkan Raka pada kami sekarang, atau jika tidak....." Sembadra menjeda kalimatnya saat Srikandhi merubah wujudnya menjadi sebuah busur.

"Kau harus berusaha untuk bisa merebutnya dariku, Dewi Sembadra!" Seru Jatayu seraya menarik keluar sebuah pedang dari pinggangnya. "Kita lihat saja, Jatayu, pusaka siapa yang akan menang. Apakah pedang Cakra Garudha milikmu, atau busur Bathara Kamajaya milikku," ucap Sembadra seraya mengangkat busurnya dan mengambil sebuah anak panah dari selongsong di pinggangnya.

Bersambung


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C11
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk