"Nih!" ucap Devan dengan lengan kanan yang menyodorkan kotak bekal pada Nathan, pria itu duduk di kursi taman. Angin yang bertiup sangat kencang membuat rambut halus Devan tersibak. "Aku pergi!" lanjut Devan saat kotak bekal sudah berpindah tangan.
"Bukakan kotak bekalnya, maid!" ucapan yang penuh dengan nada perintah itu pun membuat Devan lantas kembali lagi mendekat pada pemilik tatapan tajam itu.
"Kau menyebalkan, aku kan juga harus ke kantin untuk mengisi perut, Nath!" omel Devan. Namun meski begitu, remaja dengan kancing seragam yang di tutup sampai batas atas itu tetap menurut. Ia duduk tepat di samping Nathan, mengambil tempat terjauh.
"Dasar bodoh! Kenapa tak membawa dua kotak bekal saja, heh?!" maki Nathan dengan suara datarnya. Ia pun mengansurkan kotak bekal berwarna hitam itu ke pangkuan Devan. Nathan melemparkannya, Devan di pun mendapat ujian berat untuk menahan diri dari keinginan melempar balik kotak bekal itu ke wajah Nathan yang masih menatapnya tajam.