Malam itu, Nathan hanya terdiam sembari melihat kelam lewat batas kecil jendela kacanya. Sengaja di buka, merasakan hembusan angin kencang menerpa wajah sampai bagian batas pinggang miliknya. Kepulan asap putih yang membumbung dan tanpa perlu waktu lama terombang-ambing oleh angin, membawa berkas gelisah yang di hembuskan lewat celah bibir yang seperti tak lagi bisa untuk menarik senyum.
Sampai-sampai Lisa yang baru datang dan berhenti di ambang pintu, merasa sedikit ragu untuk menggangu Nathan yang beberapa hari ini berubah pendiam, seolah menarik diri dari siapa pun.
Pria itu bahkan belum sempat bercerita detail kejadian tiga hari lalu saat misi menyelamatkan Cherlin berbuah keberhasilan. Nathan hanya datang kembali lewat waktu tengah malam, dalam keadaan berantakan dengan bekas lebam mengerikan di wajahnya. Bau alkohol tercium pekat di sekujurnya, hingga Lisa yang merasa tak tega lekas membantu membersihkan tubuh kawannya itu supaya istirahatnya jauh lebih nyaman.