Nathan berkesempatan untuk memulai hidup barunya yang jauh lebih tertata. Berangkat pagi, pulang sore, dan hanya mengisi kekosongan di dalam dirinya dengan canda tawa bersama dengan Lisa. Tak lagi di pikirkan tentang rasa rindu yang terkadang hadir untuk seseorang, jauh lebih dari itu, usahanya untuk menghapus bagian memori yang tak penting di dalam hidupnya malah semakin menggebu.
Fokusnya semakin mengarah pada apa yang ada di hadapannya saat itu, benar-benar masih berusaha untuk melakukan yang terbaik di setiap hal yang dikerjakannya.
Layaknya manusia yang semakin kaku dan tanpa keinginan dari dalam hati, mungkin begitulah gambaran kasar Nathan saat ini.
Sangat jarang berkumpul dengan kawan-kawannya, karena kesibukan proyek yang dikerjakannya dan juga mengurusi tamu yang selalu datang tepat saat jam makan siang. Siapa lagi kalau bukan seorang wanita yang di janjikannya peluang untuk melakukan pendekatan?