Lengannya tiba-tiba saja terkepal, gurat otot di dahinya pun sejalan timbul. Berusaha untuk mengembalikan akal sehat, terlebih dengan kesadarannya yang di tarik paksa oleh keadaan. Sebuah lengan mengusap dadanya.
"Ini bukan karena terkena minyak panas, kan?"
"Ah, tidak... Terkena air saja."
"Syukurlah kalau seperti itu. Kau baru ingin sarapan di jam hampir masuk makan siang ini? Mau tante masakkan saja?"
"Tidak, terimakasih."
"Baiklah kalau begitu, kau ada waktu sebentar? Aku ingin mengobrol santai dengan mu, nak."
Nathan pun mengangguk canggung, masih mengamati wanita paruh baya itu yang berjalan anggun menuju bagian ruang tamu. Jangkunnya tiba-tiba saja naik turun dengan kedua lengannya yang berusaha membenarkan surainya yang berantakan.
Sama sekali belum masuk ke kamar mandi, prasangka takut akan segala kemungkinan pun makin di perparah dengan perkara yang tergolong sepele, napasnya pasti sangat busuk.
"Kenapa duduknya jauh sekali?"