"Kau sangat tampan..."
Pujian itu nampaknya hanya sebuah basa-basi. Karena setelahnya, pergerakan brutal yang sama sekali tak sesuai dengan ucapan manisnya di lakukan segera.
Wanita liar itu sudah meraba seluruh bagian wajah milik pria beraut dingin itu. Seakan-akan berniat untuk mengingat setiap jengkal dari tampilannya yang seringkali menyihir setiap pandang yang melihat.
Penolakan ringan Max yang masih berusaha bersikap tenang, semakin lama agaknya malah di jadikan kesempatan untuk menguji kesabaran dari sosok pria jangkun itu.
"Eunghh... Max..."
Lea sudah seperti terbakar oleh hawa napsu, caranya mendesah karena sentuhan mengaguminya pada sang sahabat di perdengarkan begitu dekat dengan bagian tubuhnya yang bertugas. Tiupan pelan yang di maksudkan untuk merangsang menjadi percobaan selanjutnya.