Perjalanan tidak terlalu lama. Hanya butuh waktu setengah jam hingga mereka tiba di pabrik obat tradisional yang satu lagi.
Alisha dan Welas langsung menggandeng tangan Pradita di kiri dan kanannya. Mereka tersenyum seolah menyemangati Pradita.
"Lu gak apa-apa kan, Dit?" tanya Alisha.
"Gak apa-apa. Emangnya kenapa?" tanya Pradita bingung.
Welas menepuk tangan Pradita. "Lu tadi marah sama si Danu karena dia duduk sama si Arini kan."
"Oh itu. Gak juga sih. Gua mah sebodo amat dia mau duduk sama siapa juga. Gua cuman negur dia karena dia jadi cowok kayak yang gak punya pendirian. Kecewa gua. Kalau emang dia suka sama si Arini, ya udah jadian aja. Kalau dia ngambek-ngambek, ya udah gak usah pake si Ayuna buat pura-pura jadian. Sebel gua liatnya."
Pradita mengeluarkan semua unek-uneknya. Ia tak menyangka jika sahabat terbaiknya adalah seorang laki-laki yang payah. Betapa kecewanya Pradita pada Danu. Mungkin ia mengharapkan terlalu banyak pada laki-laki itu.