Unduh Aplikasi
90.71% RE: Creator God / Chapter 342: CH.342 Titik Terang

Bab 342: CH.342 Titik Terang

Saat ini aku, Kiera, Shin, Lala, juga Jurai masing-masing menghadapi satu monster ini. Aeria hanyalah sebagai supporter untuk menjaga kami tetap aman.

Aeria tidak berkembang dalam arah mampu bertarung, tetapi setidaknya sekarang sihir penyembuhannya naik tingkat dan mampu memberikan 'buff' yang cukup.

Dengan ini pertarungan kami bisa lebih bebas walau tentu, sembrono bukanlah jawabannya. Palingan yang sembrono hanyalah Jurai satu, tetapi itu pun bukan masalah.

Palingan mentok-mentok kalau ada masalah, nanti Aeria protes dan memahari Jurai sendiri, tidak usah kami, yang lain ikut campur.

"Walau masih sulit, setidaknya perlahan-lahan kita terbiasa."

"Benar juga, gerakan monster ini punya pola. Sekali ketebak, semuanya jadi mudah."

Untung saja monster-monster ini layaknya sebuah program, hanya dengan melihat isi programnya, maka kamu dapat menghindari apa yang sudah diprogramkan.

Bagiku dan yang lain, ini bukan masalah. Tetapi memang, selain kami bertiga, istri kami mendapati masalah karena tentu mereka tidak sejenius kami.

Namun tetap, mereka mampu menahan dan menyerang dengan cara mereka masing-masing. Lagipula selama tidak terkena serangan dan meminimalisir pergerakan, itu sudah cukup.

Tentu itu satu kabar baik, tetapi aku malahan punya lebih banyak kabar buruk dibandingkan satu kabar baik itu.

Terkadang, aku membenci diriku sendiri. Bukan karena sifatnya, tetapi kenapa aku selalu mampu putar otak dan mendapati kemungkinan dari prediksi yang kubuat.

Prediksi yang kudapatkan kali ini adalah, kalau beberapa monster yang seperti ini sudah muncul, dan ada kemunculan sendiri lainnya, maka yang lebih banyak lagi akan keluar juga.

Kelihatannya dan terdengarnya simpel, tetapi kalau kau pikir lebih jauh, itu berita yang teramat buruk sampai-sampai aku ingin melupakannya.

Hanya memikirkannya saja membebaniku jujur, sekarang kalau jadi kenyataan, maka lebih cepatlah tamat riwayat kami.

Mungkin aku masih akan hidup di kehidupan selanjutnya, tetapi untuk teman-temanku, tidak ada yang namanya begituan.

"Bagianku sudah selesai."

"Begitu juga denganku."

"Aku juga sudah."

Entah kenapa, aku, Shin, dan Jurai bersamaan menghabisi monster yang harus kami lawan. Waktunya begitu tepat sampai seolah itu sebuah keajaiban.

Ya biarkan sajalah, toh itu bukan sesuatu yang buruk kurasa. Juga, masih belum ada tanda-tanda kemunculan monster lain, itu bagus.

Sekarang kami ganti menghabisi Griffin dan Nue yang tertinggal kepada Kiera dan Lala tadinya. Cepat saja, karena kami mampu membaca pola serangan monster-monster ini, kami selesaikan.

Lima monster, itu adalah jumlah yang ganjil dan tidak biasa, tetapi aku masih belum menemukan monster lainnya lagi keluar.

"Fyuh~ aman, tidak ada monster besar lagi."

"Kalau ada lagi, bisa stress aku nantinya."

"Karena yang itu sudah selesai, sekarang urusi yang monster kecil banyak ini."

Apa yang sudah kami tinggalkan tadi mulai kami babat habis mulai dari yang terluar terlebih dahulu tentunya.

Jika tidak dimulai dari luar, nantinya bisa jadi masalah besar karena ada monster yang berhasil kabur menuju kerumunan masyarakat bukan pemburu.

Ngomong-ngomong kurasa memang tidak ada monster lainnya lagi yang sebesar itu, mungkin kejadian ini sesuatu yang unik sejak awal.

Namun bisa dibilang karena ini bukan hal wajar, tentu hasil buruan monster sebesar ini akan kami miliki sendiri, tidak ada sistem pembagian.

Aku mengambil mayat monster naga dan Griffin, Shin serta Lala membawa Yurei dan Nue, sedangkan Jurai hanya Genbu seekor.

Ini kami sepakati dalam waktu hitungan detik saja karena tidak ingin menyia-nyiakan apa pun lagi dan membuat masalah lainnya lagi.

"Semakin lama musuhnya semakin banyak saja bukannya menipis. Apa memang benar prediksi tidak ya?"

"Entahlah. Bahkan sejak awal semuanya sudah berjalan tidak sesuai dengan prediksimu, termasuk soal monster raksasa itu."

"Hah~ benar juga sih. Aku harap tidak ada hal yang lebih besar lagi selain yang seperti ini."

"Ya, semoga saja begitu."

Menyia-nyiakan waktu bukanlah tipeku, makanya sekarang aku juga yang lainnya tak mengenal lelah, langsung menghajar semua monster yang ada dalam jarak pandang kami.

Tidak pandang bulu sama sekali. Lagipula yang kami miliki kan peri kemanusiaan bukan peri kemonsteran bukan?

Rasa ampun bukanlah sesuatu yang harus kami miliki, itu sesuatu yang akan menghambat kami cepat atau lambat nantinya.

Bahkan jika aku memiliki rasa ampun, pastilah aku tidak tega untuk membunuh Kuroshin walau perbuatannya sudah melampaui batas.

Saat ini aku sedang menahan diri dan merencanakan segala hal yang memungkinkan untuk bisa meningkatkan peluang menang melawan Kuroshin.

"Cih, musuh-musuh ini banyak yang lincah juga walau tidak terlalu kuat."

"Terlalu banyak yang lincah memang. Kenapa? Tidak cocok dengan cara bertarungmu kah Jurai yang mengandalkan kekuatan kasar?"

"Apa itu perlu ditanya lagi? Justru yang seperti inilah yang paling kubenci."

Benar juga, monster-monster ini terlalu banyak yang bertipe lincah dibanding yang besar dan punya kekuatan yang besar.

Perlu kujelaskan bahwa banyak tipe monster walau itu dari satu ras dan jenis yang sama. Yang paling sering ditemukan sekarang ini memang tipe lincah, tetapi tipe kekuatan, tipe defensif, bahkan tipe-tipe yang lebih unik pun ada.

Sekarang ini adalah lawan seimbangku, walau monster tipe lincah adalah lawan alami dari yang menggunakan kekuatan kasar seperti Jurai.

Tubuhku terlatih untuk bergerak sangat cepat, bahkan di atas 25 km/jam. Mataku juga tidak kalah dalam melihat pergerakan cepat musuh.

Sebenarnya kalau aku mau, setidaknya aku mau menggunakan pedang yang bermata pendek saja supaya kelincahanku bertambah lebih banyak lagi. Dengan cara ini, itu sangat menguntungkan.

Namun tentu, kalau sudah bermata pendek, kekuatannya pun jadi korbannya. Pada akhirnya itu tidak cocok untuk melawan musuh yang berukuran besar walaupun tipe lincah.

"Sin!! Sin!! Aku melihat pergerakan lagi, tiga monster raksasa lainnya!!"

"Sial! Sudah kuduga itu akan muncul lagi. Bisa konfirmasi monster tipe apa saja?"

"Yang pasti ini bukan sesuatu yang pernah ada di Terra, jenis monster baru totalitas. Ukuran mereka di atas 30 meter semua. Ras lautan seperti Leviathan juga Jormungand."

Tadi daratan, lalu ada yang bisa terbang, sekarang juga yang ada di air? Kurang apa sebenarnya monster-monster ini.

Ngomong-ngomong pertarungan ini sebenarnya terjadi di pulau terpencil yang hanya punya satu akses darat dan sisanya pantai dikelilingi lautan.

Jadi, otomatis saja ada monster yang berdasar pada lautan juga. Ini bahkan lebih merepotkan lagi dari yang sebelum-sebelumnya.

Jika di darat, memungkinkan bagiku untuk menyerang dari darat itu sendiri, atau bahkan menyerang dari udara.

Namun kalau di laut, bukan hanya sulit pergerakannya, tetapi bahkan nafas dan kedalaman lautan juga jadi hambatannya.

Paling yang memungkinkan untuk dipikirkan jadi hal positif adalah besarnya. Memang semakin menakutkan, tetapi juga tempat untuk bisa diserang juga semakin banyak.

Tidak perlu mengambil resiko dengan maju mendekatinya apalagi dekat dengan kepala. Cukup serang bagian vital lainnya dan habisi perlahan-lahan.

"Yang satunya lagi apa!?"

"Bertipe udara mirip Pheonix, tetapi juga punya bentuk kepala kambing dan kaki dua pasang yang memungkinkan lari layaknya cheetah."

Semakin kudengar, yang ada beritanya semakin buruk saja. Aku lama-lama membenci segalanya, tidak hanya bagaimana aku terlalu jenius soal pertarungan dan perencaaan juga prediksi.

Namun juga bagaimana sikapku ini yang menjadi hambatan padaku sering kali walau tidak selalu juga. Toh masalah ini adalah masalah yang simpel, tetapi berakar sampai dalam.

Padahal kalau mau dibilang, seharusnya sikap seperti ini itu menguntungkan. Namun setiap kali saja, yang kuprediksi pastilah hal buruk yang keluar.

Mungkin sekali-kali hal baik muncul, tetapi lebih banyak yang sebaliknya. Kurasa mau dibilang ketidakberuntungan pun sudah tidak bisa lagi.

Semua ini sudah melampaui batas normal dan prediksi pastilah seselalu punya tingkat ketepatan yang amat sangat tinggi, di atas 95 persen mungkin.

Yang lima persen itu adalah yang mungkin benar-benar di luar dugaan seperti kejadian kemunculan monster-monster raksasa ini.

"Cih, aku dan Kiera habisi yang Jormungand, Shin Lala Leviathan, Jurai, urusi yang udara."

"Cepat tanggap seperti biasanya ya? Kalau begitu kita habisi lebih cepat lagi. Beri aku sepuluh menit, kuselesaikan langsung."

"Sepuluh menit? Kalau begitu aku juga. Siapa pun yang lebih cepat dapat jatah semuanya. Jurai, kau setuju?"

"Kenapa tidak? Toh aku sendirian pun sudah kuat, lebih dari kalian."

Entah kenapa reaksi mereka lebih baik dari yang kuduga. Mungkin mereka juga sudah memprediksikan hal yang sama sepertiku.

Memang sih kalau dipikir-pikir gerbang portal setinggi 35 meter dengan diameter 30 meter ini memungkinkan untuk mengeluarkan monster raksasa.

Yang kuharapkan hanya satu, biarlah semua ini cepat selesai dan tidak muncul lagi. Bahkan kami bisa lelah kalau begini caranya dan kondisinya terus-terusan.

Ngomong-ngomong kami semua jadi sangatlah menggila. Kali ini Aeria memihak kepada Jurai saja, anggap saja supaya lebih adil.

Tak ada yang maju dengan menyerang tanpa henti. Semuanya benar-benar gerakan yang efektif dan tersinkronasi.

Kalau musuh yang aku dan Kiera lawan mirip gurita campuran paus, maka cara yang paling mudah adalah kepala atau perutnya untuk diserang.

Paus punya bagian dalam perutnya yang kalau diserang bisa meledak. Asalkan berhati-hati, kami bisa membunuhnya dalam satu serangan saja.

"Kiera, serang bagian kepalanya dan aku serang bagian perutnya. Saat aku bilang mundur, mundur!"

"Baiklah sayang."

Dan benar saja, bahkan tidak ada dua menit aku sudah selesai membunuh monster ini. Untung saja dia tidak masuk ke dalam laut yang terlalu dalam.

Anehnya, di saat aku menyelesaikan perburuanku, semuanya juga selesai. Kami bersama-sama mengatakan kata 'selesai' seolah kebetulan datang kedua kalinya.

Seperti tadi, kami memutusi dengan cepat masing-masing dibawa sendiri tidak ada yang diberikan ke salah satu pihak saja.

Setelah semua monster raksasa selesai dibunuh dan dikemas, maka kami langsung membabat habis monster-monster lain tanpa ampun dan lelah.

Hebatnya, dalam waktu lima belas menit, semuanya berlalu dengan terlalu cepat dan portal seketika itu tertutup juga.

Kurasa ini akhir yang seri pertarungan kali ini, terlalu luar biasa susahnya, tetapi juga memacu adrenalin dengan luar biasanya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C342
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk