Unduh Aplikasi
9.54% RE: Creator God / Chapter 36: CH.36 Mengaku

Bab 36: CH.36 Mengaku

Sesampainya di rumah aku langsung berbaring di lantai karena tenagaku terkuras habis-habisan. Untung saja aku tidak memaksakan diri sampai melebihi batas. Jujur saja kapasitas manaku memang tak terbatas, tetapi soal menyesuaikan diri dengan mana dunia seperti ini, sangatlah buruk mengaturnya.

Walau tidak pingsan, tetapi keadaanku sangatlah jauh dari keadaan normalku. Bahkan rasanya aku baru bisa berdiri ketika badanku ditopang dengan tongkat atau orang lain. Hanya bisa berharap tidak terjadi hal buruk lainnya lagi atau aku akan benar-benar pingsan.

"Papa, mama, sekarang katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kalian sembunyikan dari kami?" Furisu mulai bertanya meragukanku.

"Benar, jujur saja soal masalah papa pingsan kami sudah tidak peduli, tetapi soal barusan, kami berhak tau." Shouko anak laki-lakiku pun ikut bertanya.

Diriku dari kemarin selalu terpojokkan oleh banyak hal. Apa tidak ada ya bisa melakukan karena kerelaan memberi tahu. Semuanya serasa mengkhianati diriku deh. Bahkan biasanya yang anak laki-lakiku tidak pernah peduli, sekarang ikutan bertanya tentang hal ini.

"Kalian jangan lancang seperti itu kepada orang tua. Mama dan papa akan jelaskan untuk kalian." Kiera menengahi pembicaraan ini.

"Maaf ma, hanya saja kami khawatir dengan kondisi papa yang sebelumnya pingsan tanpa kami tau apa alasannya, sekarang papa dan mama menyembunyikan rahasia dari kami." dengan rasa bersalah Migusa menjawab perkataan istriku.

Sebaiknya memang aku harus jelaskan semua, bahkan yang Kiera belum tau. Kalau ada yang aku sembunyikan lagi pasti mereka tidak akan bisa mempercayaiku nantinya, dan itu hal yang paling tidak kuinginkan.

"Begini saja, biarkan papa dan mama mandi dan beristirahat dulu, kami janji setelah itu kami akan jelaskan kepada kalian." aku mencoba untuk bangkit dari posisi berbaringku perlahan.

"…baiklah pa, maaf." Furisu menunduk bersalah juga.

Aku datang dan memeluk anak-anakku. Dengan mengusap kepala mereka, aku berbisik kepada mereka.

"Kalau kalian nurut, papa akan beri kalian sesuatu, bahkan mama pun tidak tau akan hal ini." dengan hati-hati agar tidak didengarkan Kiera, aku berbisik.

"Baik." jawab seluruh anakku.

Akhirnya aku bisa masuk ke dalam kamar bersama Kiera sedangkan anak-anak juga mandi karena barusan pulang sekolah juga.

"Sayang, apakah kau benar-benar akan memberi tahu anak-anak? Pasti mereka akan berubah setelah ini." Kiera masuk dan memelukku dari belakang ketika aku sedang mandi di bawah pancuran air.

"Mau bagaimana lagi, apa pun yang aku lakukan pun mereka akan tetap berubah. Memberi tahu mereka hanya akan mengubah hidup mereka sedikit, setidaknya mereka tidak akan membenci kita." aku pun hanya bisa menjawab pasrah.

Pasrah, jalan terakhirku ketika aku terhalangi oleh jalan buntu. Kalau bukan karena takdir yang membuatku seperti ini, aku pasti sudah hidup tenang apa pun yang kulakukan selain semua yang telah terjadi.

"Bantu aku memulihkan mana setelah ini. Aku terlalu memakai mana untuk terbang dalam kondisi yang tidak normal." dengan tekanan yang ada aku harus melakukan hubungan sekali lagi hari ini.

Sungguh tidak normal memang, tetapi apa boleh buat, ini jalan satu-satunya yang tercepat dan tidak memperlukan banyak usaha, kecuali tubuh yang bergerak.

Sama seperti sebelumnya, manaku kembali pulih dengan bantuan Kiera. Oh ya yang dibantu hanyalah memutar sirkulasi mana di dalam tubuh.

"Sekarang, duduklah di sini dan kami akan jelaskan." setelah Kiera memanggil anak-anak dari kamar, kita berkumpul di ruang keluarga.

Perasaanku masih tidak enak sebenarnya karena menyembunyikan banyak hal dari anak-anakku bahkan istriku walau dia bisa mengetahuinya sendiri. Aku pun hanya bisa buka mulut menjelaskan dari awal kejadian hampir 20 tahun yang lalu, sampai kejadian barusan ini. Singkatnya aku menjelaskan riwayat hidupku ini.

Anak-anak pun hanya bisa duduk diam hening saat aku menjelaskan. Mencerna informasi seperti ini memang lah bukan hal yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan. Kiera pun sangat terkejut juga karena memori yang dia baca hanyalah memori akhir-akhir ini, bukan memori dulu.

"Kami mengerti sekarang pa, ma. Maafkan kami yang begitu emosi dan tidak sabaran dalam hal ini." Migusa mewakili semuanya meminta maaf kepadaku.

"Tidak apa-apa. Bahkan awalnya ketika mama mengetahui rahasia papa, mama juga sangat marah kenapa menyembunyikannya, tetapi mama sadar suatu hal. Semuanya itu papa lakukan untuk kita agar terhindar dari bahaya dan masalah." ucapan Kiera memberikanku sedikit kelegaan untuk tidak harus aku yang menjelaskan semuanya.

Aku hanya bisa tersenyum dalam keadaan seperti ini. Walau aku tau memang bukan saatnya tersenyum, tetapi senyum itu lah yang selalu menemani diriku sejak dulu. Sebuah senyum dan wajah palsu.

"Tidak, ini kesalahan kami ma. Kalau kami tidak mengungkit-ungkitnya, pasti kita tidak ada di sini membahas hal ini." yang dilakukan Furisu pun hanya bisa mengakui kesalahan juga.

Di rumah ini mungkin memang, kuasa terbesar dipegang oleh diriku sendiri. Namun kalau suruh menghadapi masalah rumah tangga, aku paling lemah dalam hal itu.

"Sudahlah, tidak perlu saling menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Kalau di sini kita semua tidak salah, hal ini tidak akan terjadi. Ini semua terjadi karena masa lalu papa juga, tidak bisa dipungkiri."

Benar, kalau saja aku tidak berkatikan dengan diriku yang menghadapi hal-hal aneh itu, aku pasti bisa hidup tenang. Walau begitu kehidupan seperti ini juga tidak terlalu buruk menurutku.

"Kalau begitu apakah kalian memaafkan kami?" Kiera bertanya dengan lembut.

"Tentu saja. Pada dasarnya asalkan papa dan mama tidak menyembunyikan sesuatu kami juga tidak akan begitu." salah satu anak laki-lakiku, Kyosei menjawab.

"Terima kasih nak." balas Kiera lagi.

Kalau seperti ini, rasanya harmonis datang menyisir kehidupanku lagi. Tak kuasa aku menahan rasa senang ini sampai-sampai aku sedikit menangis terharu. Aku hanya bisa duduk terdiam di dalam lamunanku sendiri. Semoga saja semuanya ini tidak terjadi lagi, semua masa burukku.

"Papa, kau tidak apa-apakah?" Furisu datang dan memelukku dari samping.

"Tidak apa-apa kok nak." aku hanya bisa mengelap air mataku dan tersenyum membalas ucapannya.

Aku paling benci hal yang aku sayangi hilang dari diriku. Selama aku punya jiwa dan raga bersama denganku, aku akan melindunginya sampai akhirnya walau nyawa taruhannya. Semuanya ini aku lakukan karena aku tidak mau menyesal sampai akhir hidupku.

Namun tiba-tiba aku mendapat panggilan suara dari seseorang dari Pentarundum milikku. Langsung saja aku membuka Pentarudum milikku dan mengangkat panggilan suara itu.

"Tu-tuan, ini aku." ternyata asisten perusahaanku.

"Katakan, ada apa."

Dengan sedikit menyingkir ke samping dari keluargaku aku berbicara dengan asistenku. Dari nada bicaranya, kelihatannya dia terlihat sangat gugup sekali.

"A-ada seseorang yang ingin mencarimu." dari ucapannya rasanya ada seseorang yang mengancam dirinya.

"Aku akan segera ke perusahaan sekarang, tunggulah." dengan buru-buru aku menutup panggilan suara itu.

Sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini membuatku sedikit khawatir akan banyak hal yang di sekitarku. Aku tidak ingin ada orang yang disakiti karena diriku yang bodoh dan tidak berguna ini.

"Aku akan pergi ke kantor sekarang, jumpa nanti lagi." setelah masuk kamar dan mengganti pakaianku ke pakaian kerjaku aku langsung menyampaikan pesan ke keluargaku.

"Tunggu dulu, kalau ada masalah buru-buru pun kau tidak akan sampai segitu paniknya, katakan ada apa?" Kiera menebak pikiranku.

"Kelihatannya ada orang yang mengancam asistenku, entah siapa, aku harus segera pergi." aku mencium dahi Kiera sebelum akhirnya aku melangkah pergi dari rumahku.

Kalau saja bukan karena hal ini, aku pasti sudah bisa tidur dengan tenang di kamarku. Tetapi baru saja aku berpikir apakah aku bisa hidup tenang tanpa masalah, langsung saja masalah baru muncul di hadapanku.

"Tunggu, biarkan aku ikut denganmu. Kalau terjadi sesuatu aku bisa membantumu sayang." sebenarnya aku tidak ingin membahayakan Kiera, tetapi yang dikatakannya benar juga.

Lagi pula dia juga punya kekuatan sihir yang sama sepertiku, kecocokan mana dirinya dengan mana dunia pun lebih tinggi. Walau pada dasarnya manaku lebih banyak, tetapi dalam urusan boros atau tidaknya, aku pasti kalah telak.

"Cepat naik. Anak-anak kalian tunggu di rumah saja, kami akan segera kembali." setelah menitipkan pesan aku langsung pergi ke garasi dan mengendarai mobilku.

Aku yang bahkan selalu memakai mobil terkencang buatanku memaksaku menyentuh angka 300 km/jam, hampir 350 bahkan. Hal itu tidak pernah kulakukan bahkan ketika aku sedang ingin mengebut. Cih, kurasa kecepatan segini pun masih terlalu lambat, aku harus pakai cara lain, keluarkan sayap mobil ini dan terbang ke perusahaan dalam waktu 4 menit kurang. Jarak antara rumah dan perusahaan sekitar 20 km, jadi itu perhitungan kasarku.

"Aku akan pakai kecepatan penuh dan terbang, tahanlah sedikit." walau aku bilang mobil ciptaanku melawan hukum Newton, batasannya hanya dikecepatan 250 km/jam saja, tidak lebih.

Bahkan ketika aku mengendarai mobil ini, aku sampai gelisah sendiri dengan kondisi ini. Tanganku gemetaran tak henti-hentinya. Untung saja ada Kiera yang memeluk dan menenangkanku, kalau tidak aku akan bertindak hal yang lebih gegabah.

"Tenangkan dirimu, dia akan baik-baik saja." semoga benar sesuai perkataan Kiera.

Siapa pun yang memaksaku datang dengan membuatku gelisah seperti ini, bukan lah seseorang yang biasa saja. Kenapa aku bilang seperti itu, karena yang bisa mengancam orang dari perusahaanku bukanlah orang yang biasa-biasa saja. Tidak banyak orang yang bisa mengancam seperti itu.

"Baiklah, sayang kau amati saja dari kejauhan nanti, supaya tidak terkena ancaman juga." aku memberi pesanku kepada Kiera.

"Aku mengerti."

Sesampainya di depan perusahaanku, langsung saja aku bergegas bersama Kiera ke lantai paling atasku, di mana terdapat kantorku. Tidak perlu tanya pun aku mengerti bahwa dia pasti disandra di ruangan kerjaku, karena tempat asistenku bekerja adalah di kantorku juga, tidak ada yang lain.

"Tunggu lah dari samping, aku akan langsung masuk ke dalam." setelah pintu lift terbuka di tujuanku, aku langsung menapakan kakiku ke ruangan kerjaku.

"Kau datang juga, darling." itu!?


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C36
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk