Unduh Aplikasi
8.57% Melawan Ibu Tiri : Dibeli Suami Tampan Tak Tertandingi / Chapter 36: Bertemu Ibu Kandung

Bab 36: Bertemu Ibu Kandung

"Kiki, ayah merasa seperti mendapat pertolongan Ilahi akhir-akhir ini, dan kinerja perusahaan berkembang pesat." Ekspresi Gandhi sangat puas, "Tanpa diduga, ketika aku sudah tua, ternyata aku mendapatkan keuntungan."

Mai duduk agak jauh dan berkata dengan masam, "Semua ini adalah pertolongan dari keluarga Prambudi. Kalau tidak, kau pasti berpikir kalau bisa mengatasi segala sesuatunya sendirian…"

Gandhi tersenyum canggung, "Sebagian, sebagian!"

"Ayah adalah yang terbaik di hatiku!" Kiki berbisik, berusaha menghibur Gandhi.

Dia tersenyum lagi karena merasakan rasa puas yang tak terbatas.

Mai mendengarnya, "Kau berkata seperti itu kan cuma demi memupuk kepercayaan dirinya, 'kan."

"Di depan anak, jangan ucapkan kata-kata kasar seperti itu." Gandhi tidak bisa menahan diri untuk menegur. Mai memang biasanya sombong. Apa ucapannya barusan memang sepantasnya dilontarkan untuk Kiki?

Mai tertawa aneh, "Kiki kan sudah bukan anak-abak lagi…"

Kiki tidak mengerti apa yang Mai katakan, jadi dia tersenyum, "Ya, Ayah. Linda dan aku sama-sama sudah dewasa. Tidak perlu terus memperlakukan kami seperti anak-anak."

Hidung Mai berkedut. Mulutnya tidak sabar untuk berkomentar lagi.

Lagi-lagi dia tidak berhasil. Mai dan Linda sekarang mengerti bahwa Ezra sekarang adalah pendukung di belakang Kiki. Tidak baik menyinggung perasaan Kiki, tapi Mai akan melihat berapa lama lagi bunga Kiki bisa mekar di kepala tempat tidur Ezra.

Kiki tidak tinggal lebih lama lagi untuk makan di sana, padahal Gandhi sangat berharap. Setelah Kiki pergi pada jam 4 sore, dia tidak segera kembali ke apartemen, tetapi pergi ke perpustakaan kota untuk meminjam dua buku.

Ketika keluar gedung, gelombang panas yang dibawa oleh matahari di luar menyerbu masuk, dan seluruh tubuhnya seperti meleleh karena panas.

Kiki memegang tas kecil untuk memblokir matahari sambil berjalan perlahan menuju halte bus. Tubuhnya bahkan dipenuhi lapisan tipis bulir keringat.

Sebuah mobil RV hitam perlahan-lahan berhenti di sampingnya, Kiki mundur … menjaga jarak dengan mobil itu

Jendela mobil itu terbuka.

Ada seorang wanita yang sangat cantik duduk di kursi mobil. Wanita itu memakai kacamata hitam Chanel di pangkal hidungnya yang indah, dan bibir merahnya yang indah dengan ringan terbuka, "Nona Kiki, aku Ibu Ezra. Aku ingin berbicara denganmu."

Kiki menatapnya, tetapi tidak bisa mempercayainya ucapan wanita itu.

Wanita di dalam mobil berkata kalau dia adalah Ibu Ezra, dan dia telah bertemu dengan Yuni. Mereka dua orang yang berbeda. Apa wanita ini berbohong padanya?

"Maaf, aku tidak mengenalmu!" Kiki mundur selangkah, masih berjalan menuju halte bus.

Karina di dalam mobil melepas kacamata hitamnya dan berkata, "Tunggu sebentar."

Kiki berbalik tanpa sadar, dan kemudian membeku...

Wanita itu ... sangat mirip dengan dirinya. Dia telah melihat foto-foto Gandhi secara diam-diam.

Persis sama. Mereka memiliki kemiripan yang tidak bisa diganggu-gugat.

Darah di tubuhnya sepertinya mengalir deras, dan sepertinya benar-benar membeku. Sekujur tubuh Kiki sama sekali tidak bisa bergerak. Dia tidak bisa mempercayai penglihatannya sekarang.

Suara Karina sedikit mereda, tidak setinggi sebelumnya, "Masuk ke dalam mobil, ini bukan tempat untuk berbicara."

Bibir Kiki terkatup rapat, dan tidak ada warna di bibirnya.

Setelah sekian lama, dia akhirnya menarik pintu belakang mobil dan duduk.

Karina memasang kacamata hitamnya lagi dan memutar balik mobil ...

Sepuluh menit kemudian, Karina membawa Kiki ke kafe yang sangat tersembunyi, seperti tempat persembunyian kecil.

Kiki duduk di seberang Karina. Tatapan matanya tertuju pada Karina di depannya.

Sosok Karina penuh kemewahan, dan setelan Chanel yang dikenakannya membuat orang itu semakin menawan. Dia memakai riasan indah di wajahnya, rambut digulung, dan penampilannya anggun.

"Dua cangkir kopi." Karina berbisik kepada pelayan, lalu memandang Kiki,"Tidak ingin memilih yang lain?"

Kiki menggelengkan kepalanya perlahan, bahkan dia tidak minum kopi.

Kopi diantar dengan cepat, dan pelayan itu beranjak pergi.

Karina memandang Kiki, dan Kiki dengan peka sadar kalau Karina tidak ingin melihatnya. Kiki hanya meliriknya. Dia segera menundukkan dan perlahan-lahan mengaduk kopi di cangkirnya.

Karina mengambil cangkir dengan anggun, menyesapnya, mendongak dan melihat bahwa Kiki belum bergerak. Wanita itu tersenyum tipis, "Kopi ini menggunakan biji kopi yang diimpor dari Belanda, dan kau tidak bisa meminumnya di kafe biasa."

Tapi Kiki mendorong cangkir itu ke depan dan menatap langsung ke Karina, "Aku tidak suka kopi."

Oleh karena itu, tidak peduli seberapa bagus biji kopi itu, tidak ada daya tarik baginya.

Ada sedikit ketidaknyamanan di mata Karina, tapi dia masih menyembunyikannya dengan baik. Karina meletakkan cangkirnya, menyeka bibir bawahnya dengan tisu, dan mengeluarkan lipstik untuk merias wajahnya. Lalu dia berkata dengan tergesa-gesa, "Katakan, seberapa banyak yang kau inginkan?"

Kiki menatapnya dengan mata yang agak memanas.

Wanita yang terlihat sangat mirip dengannya ini muncul di depannya ternyata bukan untuk menemuinya. Tapi memintanya meninggalkan Ezra.

Tidak ada ekspresi di wajah kecil Kiki, matanya tertuju pada Karina.

Perlahan-lahan, dia berkata, "Kau menikah dengan ayah Ezra, 'kan?"

Ada sentuhan terusik di mata Karina. Serta sedikit rasa malu, seolah kepergok atas perbuatannya.

"Ngomong-ngomong, aku ibu Ezra sekarang. Aku tidak ingin kau mengganggunya. Mari kita bicara tentang betapa kau ingin meninggalkannya." kata Karina, mengeluarkan sebatang rokok tipis dari tas tangannya dan menyulutnya. Dia lalu menyesap rokok itu.

Sosok Karina yang sedang merokok itu tampak sangat indah …

Kiki tak dapat mengingat berapa lama dia tidak berkedip, dan dia sudah agak mati rasa ketika menyaksikan kejadian itu.

"Satu miliar. Jika diberi uang sejumlah itu, aku akan meninggalkannya. Kau Nyonya … Ibu Erza, bukan?" Suara Kiki sangat lembut, tapi terdengar menusuk di telinga Karina.

Permintaan Kiki benar-benar sungguh ironis.

Satu miliar ... Karina bahkan sudah lama menikah dengan Randi. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, Randi tidak memberinya satu miliar.

Karina menekan puntung rokoknya dengan sedikit kesal, dan memandang Kiki, "Terlalu banyak. Sepuluh juta. Kalau kau setuju, aku akan segera menulis cek untukmu."

Kiki tidak bergerak. Gadis itu malah menatap mata Karina lekat-lekat, "Kau … Apa kau Ibuku?"

Karina sudah mengulurkan tangannya untuk mengambil cek. Tetapi setelah mendengar kata-kata Kiki, gerakan Karina pun membeku.

Dia perlahan-lahan mengangkat matanya dan menatap Kiki seolah-olah dia telah melihat hantu.

Karina ingin mengeluarkan sebatang rokok lagi dan menemukan kalau kotak rokok itu kosong ... Tiba-tiba, suaranya hampir menungkik keras, "Aku bukan ibumu! Aku tidak mengenalmu ... aku tidak pernah mengenalmu."

Tangan Karina gemetaran hebat. Dia meraih tas di atas meja, hampir terhuyung-huyung...

Suara sepatu hak tinggi itu menghantam jantung Kiki. Rasanya menyakitkan … Sangat menyakitkan. Seolah-olah jantungnya ditusuk dengan ratusan paku…

Dan kursi yang didudukinya seolah terjatuh, dan dia tak bisa berbuat apapun…

Karina secara tidak sengaja menjatuhkan kantong kertas di atas meja. Kiki mengambilnya, dan sebuah kartu nama terjatuh … Direktur Klub X, Karina.

Karina...

Kiki membaca nama itu berulang kali.

Gandhi selalu memberitahunya bahwa Ibunya sangat mencintainya, dan Ibunya meninggal setelah melahirkannya ke dunia ini…

Tapi sekarang dia melihat ibunya. Karina ... adalah ibu tiri Ezra.

Dia menikah dengan orang lain dan memiliki pria selain Gandhi.

Ibunya sama sekali tidak mencintai putrinya sendiri. Dia bahkan tidak berani menatapnya ...

Kiki memejamkan mata, ternyata dia memang sengaja dicampakkan oleh Ibu kandungnya sendiri.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C36
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk