“Ranu, lo dipanggil sama Pak Nando sekarang!” Ralin menggebrak meja Ranu, yang hanya mendengus cuek.
“Ogah!”
“Kenapa?”
“Nggak usah nanya lagi deh!” Ranu terlihat kesal. “Gue nggak mau bareng Merina.”
“Ini cuma pentas drama…”
“Ya udah, makanya gue nggak mau!”
Ralin mendelik padanya. Sudah berhari-hari ia menghabiskan waktunya membujuk Ranu agar mau mengambil tawaran Pak Nando menjadi pemeran utama pria di dramanya. Ranu menolak, saat tahu yang diajaknya berpasangan bukanlah Ralin, seperti drama mereka yang dulu.
“Apa bedanya gue sama Merina?” tanya Ralin, bersandar di meja Ranu sambil bersedekap. Kelas sepi, semua teman mereka pergi ke kantin untuk menghabiskan waktu istirahat kedua. “Dia bahkan lebih jago akting. Dia senior gue di ekskul teater.”
“Gue maunya sama elo. Chemistry kita udah bagus banget.”