Setelah makan malam, Nayla mengangkat piringnya dan dan meletakkannya di wastafel tempat pencucian piring. Lalu dia mengulurkan tangan kecilnya dan menyalakan keran. Andre pun segera memanggilnya dan bertanya, "Hei, apa yang kau lakukan?"
"Mencuci piring." Nayla menoleh ke arah Andre dan menjawab dengan santai, seolah-olah itu adalah hal yang biasa dia lakukan. Dia menaiki sebuah bangku kecil dan berdiri di depan wastafel.
"Ah, kau tidak perlu mencuci piringmu. Letakkan saja di sana." Andre berjalan mendekati Nayla dan meletakkan piringnya ke wastafel. Kemudian dia melanjutkan ucapannya, "Bibi akan datang besok pagi untuk mencuci piring-piring yang kotor."
"Bibi?" Nayla memiringkan kepalanya sambil menatap Andre dengan bingung. Dua mata hitamnya yang besar dan polos mengedip-ngedip dengan lucu dan membuatnya terlihat bagaikan anak anjing yang menggemaskan.
"Itu… Maksudku pembantu. Kau tahu pembantu, kan?" Andre berpikir sejenak dan menjelaskan pada Nayla. "Ibu sering pergi jauh dari rumah karena pekerjaannya, jadi dia menyewa seorang pembantu untuk mencuci pakaian, membersihkan, dan memasak di saat dia pergi. Kalau tidak. Kita tidak akan bisa makan malam ini. Menurutmu siapa yang menyiapkan semua hidangan ini ? Aku? "
"Ya." Nayla mengangguk dengan jujur.
Andre memandang Nayla dan tidak bisa menahan perasaan gelinya. Dia tertawa dan melambai pada Nayla, "Terserahlah. Pokoknya, kau tidak perlu mencuci piringmu, jadi tinggalkan saja di sana' Lebih baik kau segera pergi ke atas, mandi dan tidur. Kemarilah, akan kuantar kau ke kamar mandi. "
"Oke." Nayla berpikir sejenak dan berdiri dari kursinya. Kemudian dia berjalan mengikuti Andre dengan patuh.
Andre menuntun Nayla ke kamar mandi di lantai atas dan membuka pintu kaca kamar mandi. Kemudian dia membantu Nayla menyalakan keran air panas di bak.
Semburan air yang sangat jernih dan hangat mengalir keluar dari keran bak, dan seketika bak mulai dipenuhi dengan air hangat.
Andre menutup pintu kaca, menoleh ke arah Nayla dan berkata, "Aku akan menyisihkan air panas untukmu. Kau bisa masuk dan mandi sendiri."
"Oke," Nayla mengangguk.
"Handuk mandi ada di atas sana." Andre menunjuk ke arah tumpukan handuk mandi yang tertumpuk dengan rapi di rak handuk mandi. "Setelah kau selesai mandi, kau tidak perlu mematikan airnya. Bungkus saja dirimu dengan salah satu handuk dari sana dan keluar. Setelah itu, giliranku untuk mandi dan aku yang akan mematikan kerannya. Apakah kau mengerti?"
"Baik!" Nayla kembali mengangguk.
"Kalau begitu mandilah sendiri. Aku akan keluar dulu dan menunggumu selesai." Setelah berkata begitu, Andre menatap Nayla sekali lagi dan berniat untuk berbalik dan keluar.
Hanya saja di saat dia hampir melangkah keluar kamar mandi, Andre merasa ujung bajunya tersangkut sesuatu.
Dia berbalik dan menundukkan kepalanya. Andre terkejut saat melihat sebuah tangan kecil yang putih dan lembut sedang menarik ujung pakaiannya dengan kuat.
"Ada apa?" Tanya Andre dangan heran sambil menatap Nayla dan mengerutkan keningnya.
"Kakak." Nayla mengedipkan matanya dan bertanya dengan polos. "Apakah kamu bisa melepaskan pakaianku?"
Apa!?
Mata Andre langsung melebar dengan kaget. Dia mencoba bertanya dengan nada sesantai mungkin, "Apakah kamu tidak bisa melepasnya sendiri?"
"Aku bisa melepas mantelnya, tapi aku tidak bisa melepas sweternya tanpa bantuan orang lain." Nayla memandang Andre dengan sedih dan menambahkan. "Agak sulit..."
Oh begitu...
Bikin takut saja...
Andre menghela napas dengan lega setelah mendengar ucapan Nayla. "Baiklah, aku akan melepas swetermu kalau begitu."
"Oke!" Nayla mengangguk dan melepaskan ujung pakaian Andre.
Andre menarik ujung sweter besar yang dipakai oleh Nayla dengan kedua tangan dan berkata padanya, "Angkat tanganmu."
Nayla segera mengangkat tangannya dengan patuh.
Andre melepas sweternya dengan cukup mudah.
"Baiklah. Apa kau bisa melepaskan bajumu yang lain sendiri tanpa bantuanku?" Andre bertanya dengan santai sambil menatap Nayla yang masih memakai mantel.
"Ya!" Jawab Nayla sambil mengangguk.
"Kalau begitu aku akan keluar dulu." Setelah Andre menjatuhkan kalimat ini, sebelum Nayla bisa menjawab, dia lari keluar dari kamar mandi dan menutup pintu untuknya.
Suara gemerisik baju terdengar dari balik pintu, diiringi dengan suara air yang mengalir deras dari keran.
Andre bersandar di pintu dan menghela napas panjang.
Benar-benar merepotkan. Kenapa tiba-tiba dia mendapat adik perempuan yang tidak ia ketahui dari mana asalnya?
Kalau saja yang dibawa oleh ibunya adalah adik laki-laki, mereka bisa mandi dan tidur bersama tanpa perlu merasa malu, bermain bola bersama, dan bermain video game bersama. Dan...Yah, dia juga bisa merasakan rasanya menjadi bos dengan menyuruh adik laki-lakinya melakukan berbagai macam hal….
Tapi...
Di saat Andre sedang asyik merenung, teriakan keras Nayla terdengar dari balik pintu. "Kakak!"
"Ada apa?" Andre segera menjawab dengan keras saat mendengar panggilan Nayla. Dia berdiri dan menoleh ke arah pintu.
"Kakak, aku tidak bisa membuka pintu kaca kamar mandi!" Nayla berkata keras ke arah pintu, "Bisakah Kakak membantuku?"
...
Dasar perempuan...
Tidak heran...
Andre memegang dahinya dan mendesah pelan. Kemudian dia berbalik dengan pasrah dan membuka pintu kamar mandi.
Ketika dia melangkah masuk, Andre bisa melihat punggung dan pantat telanjang Nayla yang menghadap ke arahnya. Kedua tangan kecil Nayla mencoba menarik pegangan pintu di pintu kaca dengan sekuat tenaga, namun dia tetap tidak bisa membukanya.
Setelah melihatnya, Andre tertegun sejenak, kemudian rona merah muncul di pipi putihnya.Dia segera melangkah maju dan memegang gagang pintu kaca. Kemudian Andre membuka pintu kaca kamar mandi sambil berusaha untuk mengalihkan pandangannya dari Nayla.
Saat melihat pintu kaca kamar mandi yang akhirnya terbuka, Nayla menoleh ke arah Andre dan berkata dengan girang. "Terima kasih, Kak!!"
"Sama-sama." Andre memfokuskan perhatiannya ke lantai kamar mandi dengan sedikit panik dan mendesak Nayla. "Baiklah, lebih baik kau segera masuk dan mandi, atau kamu akan masuk angin nanti."
"Baik!" Setelah Nayla menjawab, dia melangkah maju dan berjalan ke pintu kaca yang beruap.
Namun, Nayla tidak memakai sandal, dan kondisi lantai di kamar mandi cukup basah. Dia juga tidak bisa melihat apa-apa di depannya karena kabut. Pada akhirnya, Nayla terpeleset dan terjatuh ke lantai.
"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh-" Secara refleks Nayla langsung berteriak dan menutup matanya tanpa sadar. Dia segera mengulurkan tangannya untuk meraih apa saja yang bisa dia jadikan sebagai pegangan di sisinya. Sesaat kemudian Nayla bisa mendengar suara "brak". Sepertinya ada sesuatu yang menabrak pintu kaca kamar mandi, dan Nayla mampu menyelamatkan diri dan tidak terjatuh karena dia berhasi meraih sesuatu tersebut.
"Aahh--!!!"
Nafas dingin terdengar di telinganya.
Nayla membuka matanya dengan waspada dan melihat ke samping.
Salah satu tangannya mencengkeram ujung pakaian Andre dengan erat. Di sisi lain, Andre berpegangan pada pintu kaca dan salah satu tangannya memegangi lengan Nayla agar dia tidak terjatuh.
Hanya saja, tanpa sengaja Andre juga menyenggol keran pancuran di atas kepalanya, yang langsung menyala dan menyirami kepala Andre dengan air jernih.
Dan dalam sesaat sebagian besar tubuh Andre menjadi basah kuyup terkena air pancuran.