"BIMOOOO KAMBEEEEEENG !!! SINI KAU NYET!!"
Teriakan Agus terdengar menggema di seluruh koridor sekolah, ia baru saja keluar dari ruang pak Baroto sebab majalah dewasa yang kemarin diletakkan di meja guru oleh Bimo, pengawas ujian saat itu, menemukan majalah bertuliskan nama Agus, lalu dengan wajah merah padam menyeret Agus ke meja peradilan pak Baroto.
Bimo yang berada di koridor seberang, menoleh karena namanya di sebut, tapi dia kemudian mengacungkan emm ... j-jari tengah dengan kedua tangannya kepada Agus sambil tertawa karena tahu kenapa Agus begitu murka.
Segera Agus berlari mengejar Bimo, seketika itu pula Bimo kabur untuk menghindari amukan si Agus, bagaimana aku tahu? Tentu saja tahu karena aku sedang nontonin mereka berdua yang sudah seperti Tom n Jerry dari taman tengah.
Aku bermaksud ingin baca-baca materi di buku untuk UAS selanjutnya, oleh karena itu, aku duduk di tamna ini, di bangku panjang kesayanganku bersama Dwi dan Sari serta beberapa kawan sekelasku yang perempuan.
Kini, sudah buyar konsentrasi kami sebab ulah mereka berdua, kawanku yang lain hanya tertawa sambil geleng-geleng lepala.
"Parah banget si Bimo Ray, hahahah," kata Ajeng padaku.
Aku hanya cengengesan menanggapinya.
"Kalau lagi sama kamu, Bimo tingkahnya konyol gitu juga Ray?" yang ini Desi yang bicara.
"Hah? Heheh iya, saking seringnya becanda, sampai pengen ku jitak karena nyebelin." jawabku sekenanya.
"Waah ... enak ya punya pacar, aku mah Jones, jomblo ngenes, pengen peluk, cuma bisa peluk guling, pengen gandengan, tapi cuma bisa gandengan sama Desi," Ajeng bicara dengan tampang sok sedih.
"Hahahaha ... kasiaaaan," ujar mereka serempak ngeledek Ajeng, aku cuma bisa ketawa.
Bimo gerasak-gerusuk datang padaku, bikin aku kaget, dia lalu duduk di sebelahku setelah lari-lari menghindari Agus, ia sambar botol aqua dingin milikku dan segera menenggaknya.
Tampak Agus yang sudah berlari mendekat kesini, cepat-cepat ia serahkan kembali botol minumku itu lalu mengacak rambutku sebentar dan segera berlari ke arah kantin belakang. Gegas Agus memutar haluan menuju kantin belakang dengan teriakan, "BERHENTI ANJ****"
Kami semua refleks memutar kepala ke arah mereka, bukan cuma kami, tapi juga semua orang yang sekarang sedang berada di luar kelas, memperhatikan bagaiamana Agus melampiaskan kesalnya pada Bimo dengan memiting lehernya sambil meracau kesal dan mengata-ngatai Bimo dengan tangan yang tak berhenti menjitaki kepalanya.
Bimo hanya cengengesan dan ketawa semakin keras karena Agus mengomel tiada henti seperti mamak-mamak kehilangan tupperware.
Semua orang kompak cengengesan sambil geleng-geleng.
Kudengar, Agus di denda 200 ribu oleh pak Baroto untuk di masukkan dalam kas OSIS gara-gara majalah itu, plus push up 50 kali setiap pagi sebelum ujian dimulai. Anak-anak yang lain segera menyembunyikan barang terlarang milik mereka yang biasanya disimpan di laci, takut kalau nasibnya sama dengan Agus karena ulah Bimo.
Karenanya, mereka kompak mengawasi Bimo hingga selesai membersihkan semua ruang kelas, agar tak dikerjai.
--@@@--
Minggu UAS sudah selesai, begitu pula hukuman Bimo. Semua siswa sibuk mencari tahu berapa nilai UAS mereka, dan bagi yang harus remedial, minggu inilah waktunya.
Untung saja aku tak ada mata pelajaran yang harus remed, bahkan nilai Kimia berhasil ku dapatkan pas sekali dengan batas minimum nilai berdasarkan KKM di sekolah. Lega rasanya. Hehehe
Bimo juga tampak tenang-tenang saja saat semua kawannya justru kesana-kemari mengejar guru untuk segera remedial, karena sabtu ini sudah bagi rapor, dan tentu saja mereka tak mau rapor mereka terbakar karena nilai merah yang berjajar indah dipandang.
"Kamu gak ada ngulang Bim?" tanyaku padanya saat kami sedang di kantin belakang, Bimo mengajakku ke kantin pak Budi ini karena kantin depan sangat ramai.
"Enggak, lolos semua tuh nilaiku." katanya bangga sambil main game di ponselnya tanpa melihat ke arahku.
"Oooh ...."
"Liburan semester mau kemana? Lumayan, seminggu Ray," tanyanya masih tanpa melihatku.
"Gak kepikiran pengen kemana, kamu ada ide gak?"
"Camping ke pantai Siung."
"Camping? Gila kamu, bisa di DOR ayah aku, kalau pergi camping sama kamu."
"Ish ... kan gak cuma berdua sayaaangkuuu ... ramean lah," kali ini dia menoleh.
"Iya tetep aja, mana boleh aku sama ayah ikut camping," ujarku sedih.
"Hmm ... kalau pergi main ke pantai aja, tapi gak nginap boleh kan?"
"Kayaknya boleh," aku sedikit ragu.
"Nanti aku yang bilang sama ayahmu," kembali ia lanjutkan gamenya di ponsel setelah bicara ini.
"Tapi mau main ke pantai sama siapa? gak serulah kalo cuma berdua," ucapku lalu menyeruput teh botol yang ku genggam.
"Ajak anak-anak lah, Bayu sama Akbar udah oke, yang lain belum konfirmasi sih."
"Berarti Dwi sama Sari ikut juga dong?"
"Gak tau, coba tanya mereka, Bayu gak bilang soalnya."
"Nanti aku tanya Dwi, hehe."
"Ngomong-ngomong, kawanmu yang berdua itu kemana? Biasa bertiga mulu kalian."
"Lagi remedial sama pak Anwar, hehehe."
"Kamu gak ada remed?"
"Enggak doong ... Raya gitu loh!" sahutku sombong.
"Hahahaha ... baguuus, pinter pacar aku," seperti biasa tangannya mengacak rambutku sambil memuji.
Liburan semester memang saat paling kami tunggu sebagai pelajar, libur selama seminggu seolah memberikan kesempatan kami untuk bebas melakukan apapun dan kemanapun. Bayangan akan main air di pantai sudah sangat membuat aku antusias, apalagi pergi bareng Bimo, heheheh
Tapi sebelum merasakan serunya liburan semester, kami harus terima rapor dulu, karena ini semester awal, jadi tidak perlu membawa orang tua/wali untuk menerima rapor, cukup kami saja. Nanti, saat kenaikan kelas barulah orang tua/wali yang wajib datang untuk mengambil rapor hasil brelajar kami. Yah, kau juga pasti taulah hal ini.
-***-
Hari-hari remedial sudah berakhir, memberikan kelegaan bagi kawan-kawanku yang nilainya tak cukup saat UAS, dan hari ini adalah waktu kami menerima rapor, sekaligus waktunya kami tahu siapa yang berhasil meraih juara umum dan juara kelas, juga rangking kami sendiri tentunya.
Meskipun sempat ada drama kolosal tampar-tamparan setelah UTS kemarin, aku masih tetap optimis mendapat peringkat yang bagus.
Sekarang waktunya pengumuman juara oleh kepala sekolah, seluruh kelas berbaris di lapangan upacara sesuai kelas masing-masing. Kami sudah mulai main tebak-tebakan siapa yang semester ini akan merajai peringkat di sekolah. dan hasilnya, luar biasa diluar dugaan.
Semua siswa terperangah ketika nama seseorang disebut sebagai juara umum peringkat ke-3 semeseter ini, lain dengan semua orang yang menatap tak percaya, aku justru bersorak dan tepuk tangan karena orang itu adalah Bimo, pacarku! Orang paling aneh sedunia yang tak bisa nularin pinternya ke aku karena malah bercanda terus saat belajar bareng.
Riuh tepuk tangan mulai terdengar setelah aku tepuk tangan duluan, seolah tepukan tanganku menyadarkan mereka dari rasa tidak percaya itu. Bimo hanya tertawa melihat aku yang antusias.
Gemuruh suara bising dari semua siswa terdengar seperti dengungan lebah, mungkin mereka sibuk ngomongin hal yang menurut mereka suatu keajaiban dunia karena Bimo masuk jajaran juara umum. Padahal mereka tahu hari pertama UAS Bimo mengerjakan soal di ruang guru, jadi tidak mungkin nyontek.
'Hah! baru tahu kalian kalau Bimoku pinter!' congkakku dalam hati.
Pengumuman juara sudah selesai dilaksanakan, saatnya pembagian rapor oleh wali kelas di kelas masing-masing, semua kawan sekelasku terdengar heboh dan penasaran dengan rangking mereka sendiri, termasuk aku. Satu per satu nama kami dipanggil oleh bu Wati, hingga tibalah giliranku, beliau tak banyak komentar, dan hanya bilang tingkatkan lagi prestasiku. Berarti tak ada masalah dengan nilaiku.
Kau mau tau bagaimana peringkatku? Oke, sini lihat raporku! Bagus kan? bersih dari tinta merah, dan tertulis disana rangking 5 dari 37 siswa. Aku memang pintar!
Aku berjalan riang sambil mengayunkan rapor di tanganku, setelah keluar dari kelas, puas dengan hasil pencapaianku semester ini yang tak turun sama sekali, meskipun banyak drama merangsek ke dalam kehidupan tenangku belakangan. Rangking 5 di SMA Teladan, apalagi di kelas IPA itu sudah luar biasa!
Sari dan Dwi juga berhasil bertahan di 15 besar, tidak banyak remedial mereka semester ini. Arif? tetap jadi juara 2 di kelas, kalau Galih, tak usah ditanya, yang pasti rangkingnya itu selalu dua digit angka puluhan.
Tak sengaja nampak olehku sosok Bimo di ujung koridor, "Bimooo ... teraktir!" aku teriak padanya yang sedang bicara dengan kawannya, dia menoleh ke arahku setelah dengar aku teriak lalu tergelak.
Bergegas aku lari mendekat padanya, dan berhenti tepat di hadapan mereka berdua.
"Hahahah, teraktir apa? Tiap hari juga udah traktir," katanya dengan tawa geli diwajahnya, mungkin merasa lucu lihat aku yang sumringah sebab rangkingku bagus.
"Beda dong, anggap aja selebrasi karena kamu masuk juara umum!" kataku semangat.
"Hahahah ... aku udah biasa tuh masuk juara umum," katanya sok bangga. Nyebelin!
"Uuuuhhh ... sombong kau orang tua!" cibirku.
"Wkwkwkwk ... kamu rangking berapa? Coba lihat rapornya sini," Ia raih rapor di tanganku dan mulai membolak-balik lembarnya.
"Bagus kan!" aku menyombong juga.
"Hahahah, bagus, jadi tambah sayang ...." dielusnya rambutku dengan lembut.
"Huweeek ...."
Kami lupa bahwa ada Erik berdiri disana bersama kami, mendengar bagaimana percakapan kami membuat dia jengah rupanya. Haha
"Ahahahahah ... masih disini nyet? Cabut sana! Aku mau sama Raya," ucap Bimo usil.
"Ini juga mau cabut nyet, merinding aku disini," sahut Erik seraya mulai melangkah.
"Hahahah ... jangan ngembat Samsul kau nyet, dia masih polos!"
"Najeeeesss any*ng!! wkwkwk."
Mereka ngakak tak henti kemudian berpisah, aku benar-benar gak paham dimana lucunya obrolan absurd itu.
"Mau teraktir apa?" tanya Bimo padaku, kembali ia rangkul bahuku sambil jalan.
"Emm ... main timezone yok!" ajakku dengan semangat 45.
"Timezone?" dia mengernyit.
"Iyaaa ... abis itu nonton!"
Bimo tersenyum canggung, sepertinya dia trauma nonton denganku karena takut film yang akan kupilih sejenis dengan ayat-ayat cinta dan bikin dia bosan setengah mati di bioskop. Hahah
waow ... leh ugha u bim, juara 3 umum.
Bimo lovers mana suaranyaaah (-,-)
komen di bawah ❤❤