Unduh Aplikasi
62% Internal Zone / Chapter 31: Under the Clown

Bab 31: Under the Clown

Monday, 10 December 2253, 09:55:14

******

Cukup lama Yuri dan Lune bertukar pandangan satu sama lain dengan mempertahankan posisi mereka masing-masing. Yuri yang tidak terlalu banyak memikirkan tentang sikap dan perilaku yang dilakukan oleh Lune setiap pagi dan kemudian hanya bisa bangkit dan duduk di tempat tidurnya.

"Jadi?" tanya Yuri yang langsung bertanya saja tanpa banyak berpikir dengan kehadiran sosok Lune.

"Oke. Aku akan langsung saja ke inti permasalahan mengapa aku harus bersusah payah untuk menunggumu bangun dari tidur cantikmu," ucap Lune sembari memasang pose seperti patung pemikir atau yang dikenal dengan The Thinker.

"Oke, lalu?" tanya Yuri.

"Kau tidak akan lupa maupun berpura-pura lupa bahwa kau telah menyetujui permintaan yang akan aku berikan apabila aku tidak menjadikan Bram sebagai samsak latihanku beberapa hari yang lalu," ucap Lune.

"Baiklah. Aku akan mempersiapkan diriku terlebih dahulu, dan aku harap kau segera keluar terlebih dahulu dari ruanganku," ucap Yuri meminta Lune untuk keluar dari ruangannya karena merasa tidak nyaman.

"Kau tidak perlu mengusirku seperti itu, aku masih tahu letak pintu keluarnya. Jadi, tanpa kau beritahu pun aku bisa keluar apabila aku telah menyelesaikan urusanku denganmu," ucap Lune ketus.

"Bukan begitu, Lune. Aku juga butuh privasi---" ucap Yuri membela diri namun tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

"Hahahahahaha," Lune tertawa.

"Apa ada yang lucu dari perkataanku tadi," ucap Yuri memberikan kritikan terhadap tindakan Lune yang mentertawakan perkataannya.

"Maaf, maaf ... bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa bahwa kau sedang bercanda dengan diriku saat ini," ucap Lune.

"Bercanda ... apa maksud dari perkataannya tersebut," gumam Yuri penasaran.

"Setelah sekian lama aku sering masuk dan keluar dari ruanganmu, kau mengungkit masalah privasi sekarang ... hahahaha," ucap Lune yang kemudian disusul dengan tawanya.

"Benar juga apa yang Lune bicarakan," gumam Yuri yang baru saja sadar akan maksud dari tawa Lune tersebut.

"T-api ...," ucap Yuri sembari menundukkan wajahnya untuk menutupi rasa malunya akan perihal yang baru ia sadari setelah Lune mengatakan semua itu.

"Bu-bukan seperti itu juga maksudku ... Hah ... Lu-Lune," ucap Yuri terbata-bata dan tiba-tiba saja ia terkejut saat memalingkan wajahnya tersadar wajah Lune berada tepat dihadapannya.

"Tapi---" ucap Lune tidak menyelesaikan perkataannya sembari mendekatkan dirinya ke Yuri sehingga wajah mereka berdua dapat saling merasakan tarikan oksigen yang saling bersahutan.

"Lu-Lune," ucap Yuri terbata-bata.

"Hmm ...," ucap Lune singkat sembari mengeluarkan senyum kecilnya.

"Apa maksud dia melakukan hal ini ... tidak biasanya dia seperti ini, atau jangan-jangan ada maksud lain dari semua tindakan yang dilakukannya padaku," gumam Yuri dengan memasang ekspresi datar sebab Yuri kembali tersadar bahwa apabila ia tidak hati-hati maka akan masuk ke permainan Lune meski tidak tahu apa tujuan sebenarnya.

Yuri tetap memasang muka datarnya sembari mendorong tubuh Lune menjauh dari jarak pandang yang terbilang cukup dekat tersebut untuk kembali ke posisinya semula. Hal ini dikarenakan, apabila Lune sudah terlalu agresif seperti yang dilakukannya tersebut maka Yuri harus bersiap-siap untuk membayar pajak tambahan akan janji yang harus ditepatinya.

"Kalau kau tidak mau keluar, tunggu saja sebentar. Aku mau---" ucap Yuri hendak berdiri namun ditarik kembali oleh Lune, sehingga Yuri tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena kembali terduduk kembali di tempat tidur.

"A-apa maksudmu, Lune?" tanya Yuri terbata-bata karena terkejut.

"Aku belum selesai berbicara denganmu, apa kau tidak tahu sopan santun," ucap Lune ketus sembari menarik baju Yuri sehingga ia kembali terduduk di atas tempat tidurnya.

"Kau ingin menagih janjimu padaku, bukan!?" ucap Yuri.

"Benar," ucap Lune singkat.

"Lalu, apa maksudmu dengan menarikku untuk duduk kembali. Perbincangan kita dapat dilanjutkan nanti saat aku selesai mandi dan bersiap-siap, bukan!" ucap Yuri membela dirinya karena disebut sebagai orang yang tidak tahu sopan santun.

"Haaahhh, kau ini. Makanya ... kalau tidur jangan sampai bangun kesiangan dan ketinggalan berita heboh hari ini," ucap Lune lalu menjentikkan jarinya ke arah dahi Yuri.

"Aduh ... sakit," ucap Yuri.

******

Seperti diketahui sebelumnya, hari ini pertempuran dalam skala besar yang melibatkan Satuan MOP, IDM, Geng Billy, dan Kelompok Mafia Barat terjadi untuk memperebutkan prototype yang diinginkan oleh pihak militer untuk melanjutkan proyek mereka. Dimana, prototype tersebut dibawa oleh kendaraan FFS pada salah satu kawasan pertokoan yang sedang dalam tahap pembangunan akhir. Pada akhirnya, dalam pertempuran tersebut berhasil meruntuhkan sebagian bangunan sehingga rata dengan tanah dan mengakibatkan 103 orang meninggal dunia dari semua pihak yang ikut terlibat.

******

"Tidak biasanya kau plin plan seperti ini, Lune?" tanya Yuri memberanikan dirinya karena merasa Lune bersikap tidak biasa.

"Huh," ucap Lune singkat sebab tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dari ucapan Yuri tersebut.

"Jadi?" tanya Yuri kembali memastikan.

"Apa maksudmu. Aku plin plan, begitu!?" tanya Lune ketus.

"Bukannya kau tidak suka mengobrol sesuatu yang tidak terlalu penting, dan juga ... dari tadi kau hanya membuang-buang waktu dengan mengajakku mengobrol yang tidak ada kaitannya dengan permintaanmu," ucap Yuri menjelaskan panjang lebar.

"Jadi, apa aku tidak boleh ...," ucap Lune menghentikan perkataannya karena ia tidak merusak suasana mereka hari ini.

"Apanya yang tidak boleh," ucap Yuri penasaran.

"Sudahlah, aku sudah terlanjur malas untuk membahasnya lagi denganmu," ucap Lune ketus sembari memandangi langit kamar ruangan Yuri.

"Wanita ini sungguh benar-benar membuat pusing kepalaku saja," gumam Yuri.

"Kalau aku beritahu bahwa apa aku tidak boleh bersikap seperti Naya maupun Char, kira-kira apa yang akan kau katakan, Yuri!" gumam Lune sembari menutup kedua matanya yang mana wajahnya masih menghadap ke langit-langit ruangan Yuri.

Pada akhirnya, Lune menyerah karena ia tersadar bahwa tidak mungkin Yuri bersikap seperti ini apabila bukan dari dirinya sendiri (Lune) yang dari awal sudah memasang target dan standar dalam menjalin komunikasi dengan Yuri. Selain itu, Lune juga mengerti bahwa Yuri tidak sepenuhnya salah akibat dari jarak yang dibuat oleh Lune dikarenakan beberapa alasan yang tidak dapat diberitahukan kepada siapapun meski nyawa taruhannya.

"Lune, apa kau baik-baik saja?" tanya Yuri yang melihat perubahan sikap Lune.

"Apa maksud dari perkataanmu? Apa kau ingin berbuat yang tidak baik kepadaku, Yuri!?" tanya Lune pura-pura curiga.

"Kau ini," ucap Yuri singkat dan tidak ingin kembali masuk ke permainan Lune.

"Sudahlah, akan aku jelaskan kehadiranku diruanganmu ini. Sebenarnya aku ingin mengajak dirimu untuk menemaniku ke zona hijau untuk membeli sebuah produk terbaru, yakni ADR-V01. Akan tetapi, dikarenakan ada kejadian yang sebagian akses jalan mulai ditutup dan diperketat, maka aku hanya bisa membuang waktuku untuk

menunggumu bangun," ucap Lune menjelaskan dan kembali mengarahkan pandangannya ke arah Yuri.

"Dia yang memulai ... lalu, tiba-tiba saja dia berkata seakan-akan ia sendiri yang ingin menyelesaikan permainan yang melibatkan diriku. Dasar wanita aneh," gumam Yuri kesal.

"Hah ... tu-tunggu dulu, apa kau ingin aku yang membelikan produk tersebut untukmu," ucap Yuri terbata-bata setelah menyadari dengan pendapatnya sendiri maksud dari perkataan Lune sebelumnya.

"Menurutmu," ucap Lune singkat.

"Ini yang aku khawatirkan," gumam Yuri yang waspada dengan apa yang akan dikatakan oleh Lune selanjutnya.

"Be-berarti, a-apa---" ucap Yuri tertahan dan tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

"Berarti kau memiliki dua hutang janji denganku, Yuri" ucap Lune sembari mengalihkan pandangan ke arah Yuri dan tersenyum antara sinis dan manis.

"Jangan sampai aku harus tega untuk berbuat seperti yang aku lakukan terhadap Bram kepada dirimu, Yuri. Dan, aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku," ucap Lune masih berhadap dengan Yuri namun untuk kali ini tanpa memberikan ekspresi apapun.

"Tepat sekali, sesuai dugaanku," gumam Yuri yang hanya bisa memaksa senyumnya untuk muncul sebesar 25%.

Tanpa harus berlama-lama menunggu taktik dan strategi Lune yang akan menjeratnya kembali, Yuri berinisiatif segera cepat berdiri dari tempat tidurnya dan melangkah cepat ke kamar mandi sembari berkata, "Aku tidak tahan lagi, aku mau memenuhi panggilan pagiku terlebih dahulu."

Lune hanya bisa menunggu dengan menjatuhkan dirinya ke tempat tidur Yuri sembari berkata, "Kenapa aku tidak berterus terang saja ... bahwa aku, ingin sekali ...."

******

******

Di dapur umum tempat penampungan, Charlotte yang masih terbawa dengan alunan irama yang dijelaskan oleh Yuri di waktu senja kemarin, akhirnya hanya bisa menghabiskan waktu luangnya untuk membantu Lousiana dan Susan. Selain, memudahkan memantau pembangunan Mart'n Friends, Charlotte berencana kembali ke apartemen miliknya apabila telah menyelesaikan pertemuan laporan kepala cabang pada tahun baru di bulan depan.

"Apa kau tidak apa-apa, Charlotte? Kau terlihat seperti tidak sehat," ucap Lousiana bertanya karena merasa khawatir melihat Charlotte.

"Hah ... tidak apa-apa kok, Ibu Lousiana. Aku baik-baik saja, tadi malam aku tidurnya terlalu larut karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan," ucap Charlotte memberi alasan.

"Baiklah, tapi lain kali jangan memaksakan tubuhmu untuk bekerja terlalu ekstra," ucap Lousiana memberikan saran sembari membereskan beberapa peralatan makan yang telah digunakan.

"Terima kasih, Ibu Lousiana," balas Charlotte dengan senyum kecil memaksa.

"Aku hanya belum bisa memastikan saja, apakah aku harus merasa senang atau tidak atas apa yang telah Yuri sampaikan kemarin," gumam Charlotte.

"Maaf, Ibu Lousiana. Aku pinjam Charlotte untuk membantuku mengurus beberapa perihal pendataan beberapa pendatang baru yang ingin tinggal di tempat penampungan ini, apa tidak apa-apa?" tanya Susan.

"Oh iya, benar juga ... hampir saja Ibu lupa. Baiklah, tapi apabila tidak masalah dengan Charlotte ...," ucap Lousiana.

"Tidak apa-apa Ibu Lousiana, aku akan pergi membantu Susan," ucap Charlotte.

Tidak berapa lama kemudian, Charlotte mengikuti Susan untuk mendata beberapa pendatang yang baru saja masuk ke tempat penampungan disamping agar dapat mengetahui beberapa kebutuhan tambahan apabila diperlukan terhadap pendatang tersebut. Meskipun, hal tersebut pada dasarnya adalah tugas rekan kerja Lousiana, bahkan Lune.

******

"Haahhh ... akhirnya selesai juga," ucap Susan kembali ke ruang kerja utama tempat penampungan tersebut.

Charlotte hanya bisa duduk disebelah Susan dan meletakkan berkas yang dibawa terkait pendataan pendatang baru tersebut, dimana untuk mencegah beberapa hal negatif maupun yang dapat membahayakan setiap orang yang ada di tempat penampungan tersebut.

"Ini, terimalah, Kak Charlotte," ucap Susan sembari memberikan Charlotte minuman mineral botol dari lemari pendingin.

"Terima kasih," ucap Charlotte singkat.

"Aku kira bekerja di tempat penampungan ini sangat mudah dan tidak terlalu menyita banyak tenaga dan waktu, ternyata cukup melelahkan juga," ucap Susan mencoba memulai pembicaraan.

"Kalau ada yang bisa aku bantu meski hanya bantuan kecil akan aku usahakan, selain Kak Charlotte ingin memberitahukan apa masalahnya. Tapi, kalau Kak Charlotte belum mau menceritakan juga tidak apa-apa, aku tidak akan memaksa, gulp ... gulp," ucap Susan lalu meneguk minumannya.

"Terima kasih," jawab Charlotte singkat sembari mengusap botol air minuman mineralnya.

"Pffuuaaahhhh, maaf Kak Charlotte ... Iya Kak, tidak apa-apa, sama-sama. Kakak beritahu saja kalau memang aku dapat membantu," balas Susan.

Charlotte ingin sekali berbagi cerita tentang apa yang sedang ia rasakan saat ini, namun Charlotte bukan seperti Lune yang selalu blak-blakan dan to the point, tidak seperti Lunnaya yang selalu terlihat ceria dan periang, maupun Bram yang selalu bijaksana dalam mengambil setiap tindakannya.

"Pffuuaaahhhh, segar sekali," ucap Susan setelah meneguk kembali air minumnya.

"Kalau Kak Charlotte sudah kembali ke alam dunia nyata ini ... aku tunggu saja di dapur ya, masalahnya sudah hampir masuk jam makan siang dan aku harus kembali membantu Ibu Lousiana," ucap Susan sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Baik, terima kasih atas waktunya, Susan," balas Charlotte.

"Apa maksudnya dari alam dunia nyata, apa ia hanya ingin menghiburku sehingga mengeluarkan kalimat yang tidak masuk akal seperti itu," gumam Charlotte.

"Oh iya, Kak Charlotte. Sebelumnya aku minta maaf atas lelucon yang tidak terlalu bagus, dan aku juga minta maaf atas tindakanku apabila dinilai kurang sopan terhadap orang yang lebih tua daripada diriku. Ini hanya sedikit dorongan semangat saja. Kalau menurutku, lebih baik Kakak lakukan saja yang terbaik menurut Kakak, apapun hasil dan pendapat orang ... anggap saja sebagai bumbu dari manisnya hasil yang mungkin akan Kakak capai pada akhirnya," ucap Susan.

"Oh ... tidak masalah, tidak apa-apa. Aku juga mengerti maksud dari perkataanmu sebelumnya. Selain itu, atas sarannya ... terima kasih banyak," balas Charlotte.

"Baiklah kalau begitu ... aku pergi dulu," ucap Susan yang hanya dibalas dengan lambaian tangan dan senyuman

oleh Charlotte.

Setelah kepergian Susan, Charlotte masih cukup lama duduk diruang kerja utama tempat penampungan tersebut dan pada akhirnya mengembalikan lagi air mineral tersebut ke tempat pendingin lalu pergi ke dapur umum.

"Benar yang dikatakan oleh Susan. Daripada aku membuat orang disekitarku menjadi khawatir, dan ... meski aku bukan seperti Lune, Bram, Lunnaya maupun Susan, aku akan berusaha sampai hatiku benar-benar telah terkunci untuk keluar dari kehidupanmu ... Yuri," gumam Charlotte menyemangati dirinya sendiri.

******

******

"Apa kau tidak ingin kembali saja ke ruanganmu, Lune," ucap Yuri yang telah menyelesaikan urusannya namun masih melihat sosok Lune yang sudah menganggap ruangannya seperti ruangannya sendiri.

"Dia ini mendengarkanku atau tidak sebenarnya," gumam Yuri.

Posisi Lune sebenarnya masih berada di tempat tidur Yuri namun dengan terbaring seperti orang tiduran sembari membelakangi Yuri, sehingga tidak dapat dipastikan apakah Lune benar-benar tidur atau tidak.

"Apa dia berpura-pura tidur dan tidak mendengarkan perkataanku," gumam Yuri yang saat ini sudah berdiri tepat disebelah tempat tidurnya.

Dengan sedikit penasaran meskipun pada dasarnya Yuri sangat tidak ingin dan sebelumnya tidak pernah berbuat yang membuat Lune emosi, kemudian duduk secara perlahan-perlahan dan meminimalisir pergerakan seperti satuan pasukan penjinak bom. Akan tetapi, yang ada dihadapan ini adalah bom hidup yang dapat meledak

kapanpun.

"Ternyata dia tertidur, syukurlah kalau begitu," gumam Yuri berasumsi demikian, meskipun sebagian wajah Lune tertutupi oleh rambutnya.

"Tapi, kenapa harus tidur diruanganku, apa aku harus menunggunya bangun, atau aku tinggalkan saja ia disini," gumam Yuri.

Banyak pertanyaan dan keingintahuan seorang Yuri terhadap Lune meski mereka telah cukup lama menjadi saudara angkat dan tinggal di tempat penampungan. Akan tetapi, baru kali ini Yuri menemukan sesuatu yang sungguh dan benar-benar menarik perhatiannya saat Yuri menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutup

wajah Lune.

"Dia sangat cantik kalau diam seperti ini, dan ... cukup manis juga," ucap Yuri pelan terkagum dengan pemandangan yang sangat jarang sekali dapat ia lihat selama ini.

"Apa aku beri sedikit make up tambahan di wajah Lune, sesekali aku juga ingin menjahilinya," gumam Yuri sembari tersenyum licik.

"Hah!" ucap Yuri ketika melihat AD milik Lune berkedip yang menandakan bahwa ada orang yang sedang menghubunginya dan seketika keinginan untuk menjahili Lune hilang.

"Aku penasaran, kira-kira siapa yang menghubungi. Apa Lune memiliki teman ... atau jangan panggilan dari kekasihnya," gumam Yuri sembari mengeluarkan senyum liciknya.

Tanpa membuang-buang waktu, Yuri segera menggerakkan tangan kanannya berganti posisi dari wajah Lune yang sebelumnya menyingkirkan beberapa helai rambut ke posisi AD yang terpasang di tangan kirinya untuk melihat jelas siapa yang menghubungi Lune tersebut. Sebab, Lune jarang keluar dari tempat penampungan apabila tidak

ada yang dibutuhkan begitu penting.

******

Berbagai argumen bercampur rasa penasaran, dengan tidak membuang kesempatan yang ada didepan mata, maka muncul pergolakan antara hati dan pikiran Yuri yang menyebabkan prahara antara sisi baik dirinya dengan sisi jahatnya.

"Tunggu dulu, ini adalah privasi Lune, apa boleh aku berbuat seperti ini," ucap sisi baik Yuri yang menggerakkan tangan kirinya untuk menghentikan tangan kanannya.

"Tidak apa-apa, Lune juga tidak akan tahu, kalau tidak sekarang ... kapan lagi dapat memiliki kesempatan yang cukup langka seperti ini," ucap sisi jahat Yuri.

"Tapi, bagaimanapun kau tetap seorang laki-laki yang harus bisa melindungi privasi dari seorang wanita," ucap sisi baiknya.

"Tapi ... Lune sendiri mentertawakanmu, bukan! Lalu, mengapa masih membicarakan soal privasi kembali. Apa kau mau ditertawakan untuk yang ke dua kalinya oleh Lune," ucap sisi jahatnya.

"Kau itu adalah Kakak tertua di tempat penampungan ini, jangan berbuat yang tidak baik. Selalu berikan contoh dan teladan kepada saudara-saudaramu yang lain. Apabila Lune mengetahui hal ini dan mulai menjaga jarak darimu, apakah kau tetap layak untuk diperlakukan sebagai seorang Kakak dan saudara mereka," ucap sisi baik Yuri yang akhirnya berhasil menarik tangan kanannya untuk menjauh dari AD Lune yang masih berkedip.

"Tapi, Lune sendiri sepertinya sudah terbiasa dan tidak merasakan sesuatu yang aneh dan diluar pemikiran perempuan normal lainnya. Apa ada seorang perempuan yang bahkan saudara angkat merasa tidak nyaman untuk meminjam ruang mandi dan bajumu seperti saat menghajar Bram," ucap sisi jahat Yuri menjelaskan.

"Ada benarnya juga," ucap Yuri.

"Tunggu dulu ... tunggu dulu, apa itu bisa menjadi alasan buatmu melakukan hal seperti ini," ucap sisi baik Yuri.

"Bukannya ini masih termasuk normal, hanya ingin melihat saja kira-kira siapa yang menghubungi Lune," ucap sisi jahat Yuri.

��Tapi, apa kau yakin kalau Lune benar-benar tidur dan tidak sengaja untuk memasang jebakan untuk menjeratmu ke dalam lembah hitam yang dalam. Pikirkanlah dengan baik dan matang akan konsekuensi yang akan menjatuhkan harkat dan martabat sebagai seorang saudara," ucap sisi baik Yuri.

"Apa benar ada hal-hal seperti itu," ucap sisi jahat Yuri dengan tenang.

******

Cukup lama peperangan yang terjadi dalam batin dan hati nurani Yuri, yang pada akhirnya membuat Yuri memutuskan menghentikan tindakannya agar tidak mengganggu privasi Lune, selain dari alasan memanfaatkan situasi yang menguntungkan satu pihak saja.

"Lebih baik aku bersiap pergi untuk makan siang saja," ucap Yuri hendak berdiri dari tempat tidurnya.

Tidak berapa lama Yuri berdiri dan belum memulai langkahnya untuk segera menjauhi tempat tidurnya, posisi tidur Lune telah berganti menghadap ke arah Yuri dengan tangan kirinya yang terpasang AD tersebut dapat secara jelas dilihat oleh Yuri.

"Apa gerakanku tadi membuatnya terganggu?" gumam Yuri bertanya kepada dirinya sendiri dengan berharap-harap cemas.

Yuri masih terdiam dan mematung untuk memantau situasinya terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkan putri tidur sembari berkata, "Haahhhh, untung saja."

Namun, lagi-lagi langkah Yuri terhenti. Bukan karena ingin mengambil AD maupun rokok miliknya yang dapat diambil kembali setelah makan siang ketika ia kembali ke ruangannya. Tapi, rasa penasaran Yuri yang semakin tinggi karena AD milik Lune berkedip kembali dan dapat dilihat dengan jelas oleh Yuri sembari bergumam, "DF-02."

"DF-02 ... apa maksud dari kode tersebut," gumam Yuri penasaran.


PERTIMBANGAN PENCIPTA
Redi_Indra_Yudha Redi_Indra_Yudha

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C31
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk